CAPUT SUCCEDANEUM
Oleh :
Kelompok 5
Selina Novela
Meri Yulianda
Mutia Sari Yusuf
Dian Lestari
Wisda Mulia Sari
AKADEMI
KEBIDANAN
MUHAMMADIYAH
BANDA ACEH
2014/2015
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat
Allah swt, yang telah senantiasa memberikan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita
sehingga penulis telah dapat menyelesaikan makalah yg berjudul “CAPUT SUCCEDANEUM”
Shalawat beriring salam kita sanjung sajikan
kepangkuan Nabi Muhammad saw beserta
keluarga dan sahabatnya , berkat perjuangan beliaulah kita dapat merasakan
betapa bermakna nya hidup dari alam yang penuh kebodohan ke alam yang penuh
dengan ilmu pengetahuan seperti sekarang ini .
Alhamdulillah penulis dapat menyelesaikan
makalah dengan baik . Oleh karena itu, dengan hati yang tulus penulis
mengucapkan terima kasih dan penghargaan yg sebesar-besarnya kepada Ibu dosen
pengasuh mata kuliah Asuhan Kebidanan Neonatus .
Akhirnya penulis menyadari sepenuhnya bahwa
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan . Oleh karena itu, dengan segala
kerendahan hati penulis menerima kritik dan saran yg bersifat konstruktif dan
membangun dari semua pihak untuk kesempurnaan nya . penulis hanya dapat berdo’a
semoga Allah swt memberikan balasan yang berlipat ganda . Amin Ya Rabbal ‘Alamin.
Banda Aceh ,
10 September
Penulis
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR
............................................................................................................
i
DAFTAR ISI ..........................................................................................................................
ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang Masalah
............................................................................1
1.2 Tujuan Penulisan ........................................................................................3
1.3 Manfaat
......................................................................................................3
1.4 Ruang
Lingkup
..........................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Defenisi
......................................................................................................5
2.2
Gejala..........................................................................................................5
2.3
Penanganan ................................................................................................5
2.4 Faktor Predisposisi ................
.....................................................................6
2.5 Penatalaksanaan...........................................................................................6
2.6 Komplikasi...................................................................................................6
2.7 Patofisiologi ................................................................................................6
2.8 Contoh Asuhan Pada Bayi Caput
Succedaneum..........................................6
2.9 Assesment
...................................................................................................8
2.10 Planning
.....................................................................................................8
BAB III PENUTUPAN
3.1 Kesimpulan ..................................................................................................9
3.2 Saran ............................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA
............................................................................................................11
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kelahiran seorang bayi merupakan
saat yang membahagiakan orang tua, terutama bayi yang lahir sehat. Bayi yang
nantinya tumbuh menjadi anak dewasa melalui proses yang panjang, dengan tidak
mengesampingkan faktor lingkungan keluarga. Terpenuhinya kebutuhan dasar anak
(asah-asih-asuh) oleh keluarga akan memberikan lingkungan yang terbaik bagi
anak, sehingga tumbuh kembang anak menjadi seoptimal mungkin. Tetapi tidak
semua bayi lahir dalam keadaan sehat. Beberapa bayi lahir dengan gangguan pada
masa prenatal, natal dan pascanatal. Keadaan ini akan memberikan pengaruh bagi
tumbuh kembang anak selanjutnya.
Proses kelahiran sangat dipengaruhi
oleh kehamilan. Dalam kehamilan yang tidak ada gangguan, diharapkan kelahiran
bayi yang normal melalui proses persalinan yang normal, dimana bayi dilahirkan
cukup bulan, pengeluaran dengan tenaga mengejan ibu dan kontraksi kandung rahim
tanpa mengalami asfiksia yang berat ataupun trauma lahir.
Pada saat persalinan, perlukaan atau
trauma kelahiran kadang-kadang tidak dapat dihindarkan dan lebih sering
ditemukan pada persalinan yang terganggu oleh salah satu sebab. Penanganan
persalinan secara sempurna dapat mengurangi frekuensi peristiwa tersebut.
Insidensi trauma lahir diperkirakan
sebesar 2-7 per 1000 kelahiran hidup. Walaupun insiden telah menurun pada
tahun-tahun belakangan ini, sebagian karena kemajuan di bidang teknik dan
penilaian obstetrik, trauma lahir masih merupakan permasalahan penting, karena
walaupun hanya trauma yang bersifat sementara sering tampak nyata oleh orang
tua dan menimbulkan cemas serta keraguan yang memerlukan pembicaraan bersifat
suportif dan informatif. , Beberapa trauma pada awalnya dapat bersifat laten,
tetapi kemudian akan menimbulkan penyakit atau akibat sisa yang berat. Trauma
lahir juga merupakan salah satu faktor penyebab utama dari kematian perinatal.
Di Indonesia angka kematian perinatal adalah 44 per 1000 krlahiran hidup, dan
9,7 % diantaranya sebagai akibat dari trauma lahir. Bayi baru lahir
( neonatus ) adalah bayi, dari lahir sampai usia 4 minggu lahir biasanya dengan
usia gestasi 38-42 minggu. (Donna L. Wong, 2003)
Caput Succedaneum adalah benjolan
yang membulat disebabkan kepala tertekan leher rahim yang saat itu belum
membuka penuh yang akan menghilang dalam waktu satu dua hari. Caput suksedaneum
ini ditemukan biasanya pada presentasi kepala, sesuai dengan posisi bagian yang
bersangkutan. Pada bagian tersebut terjadi oedema sebagai akibat pengeluaran
serum dari pembuluh darah. Caput suksedaneum tidak memerlukan pengobatan khusus
dan biasanya menghilang setelah 2-5 hari. (Sarwono, 2006)
Kelainan pada ibu dan bayi dapat
terjadi di beberapa saat sesudah persalinan bahkan persalinan normal sekalipun.
Pada umumnya kelahiran bayi normal cukup bulan merupakan tanggung jawab penuh
seorang bidan terhadap keselamatannya dan juga pada ibu pada persalinan normal.
Saat ini angka kematian ibu dan bayi di Indonesia masih sangat tinggi bahkan
tertinggi di Asia Tenggara. Di Indonesia, berdasarkan perhitungan oleh BPS
diperoleh AKI tahun 2007 sebesar 248/100.000 kelahiran hidup. Sementara untuk
AKB, berdasarkan perhitungan dari BPS, pada tahun 2007 diperoleh AKB sebesar
26.9/1.000 kelahiran hidup.
Di Jawa Timur AKI dan AKB pada tahun
2006 adalah mencapai 72/100.000 kelahiran. Sedangkan untuk daerah Blitar
sendiri pada tahun 2007 tercatat AKB sebesar 100,2/100.000 kelahiran hidup dan
AKI sebesar 3,06/1.000 kelahiran hidup. Dan untuk masalah terjadinya caput succedaneum
pada bayi khususnya di RSD Mardi Waluyo Blitar di awal tahun 2008 adalah
disebabkan persalinan dengan tindakan vakum ekstraksi dan kala II memanjang.
Dengan angka kejadian untuk persalinan dengan vakum ekstraksi 40 dari 809
persalinan dan kala II memanjang 27 dari 809 persalinan di RSD Mardi Waluyo
Blitar. Untuk Caput Succedaneum tidak tercatat dalam dalam data Ruang Neonatus
RSD Mardi Waluyo.
Kejadian caput succedaneum pada bayi
sendiri adalah benjolan pada kepala bayi akibat tekanan uterus atau dinding
vagina dan juga pada persalinan dengan tindakan vakum ekstraksi. (Abdul Bari
Saifuddin, 2001). Sebagian besar cedera lahir terjadi selama persalinan lama
dan berlarut-larut atau kesulitan lahir. Cedera lahir dapat terjadi apabila
janin besar atau presentasi atau posisi janin.
1.2 Tujuan
Penulisan
1.2.1 Tujuan Umum
Adapun
tujuan umum yaitu memberikan Asuhan Neonatus dengan Jalan Lahir yang terdiri
dari caput suksedaneum, cephalhematoma, trauma pada flexus brachialis, fraktur
klavikula dan fraktur humerus.
1.2.2 Tujuan Khusus
Tujuan
khusus yaitu terdiri dari :
1. Mengantisipasi
masalah atau resiko yang akan terjadi saat persalianan
2. Memberikan
Asuhan Neonatus pada BBL agar tidak terjadi cacat
3. Melakukan
tindakan segera pada BBL yang mengaami jejas persalinan
4. Mengevaluasi
hasil Asuhan Neonatus yang diberikan pada BBL
1.3 Manfaat
Penulisan
Diharapkan
dengan adanya Asuhan Neonatus dengan Jejas Persalinan dapat memberikan ilmu
pengetahuan dan ketrerampilan dasar yang diberikan. Sehingga akan mendatangkan
calon-calon bidan yang professional. Diharapkan dengan adanya Asuhan Neonatus
dengan Jejas Persalinan dapat mencegah terjadinya kasus serupa sehingga
mengurangi AKB di Indonesia, serta dapat mengurangi resiko bayi lahir cacat. Diharapkan
dengan adanya Asuhan Neonatus dengan Jejas Persalinan, mahasiswa lebih dapat
menerapkan ilmu pengetahuan yang telah diberikan saat melakukan pendidikan
selama dalam perkuliahan. Serta dapat melakukan keterampilan dasar praktik
dilapangan.
1.4
Ruang Lingkup
Ruang lingkup dari pembuatan makalah
ini yaitu mencangkup :
1. Keadaan
kesehatan ibu dan anak di Indonesia meliputi angka kematian, penyebab kesakitan
dan kematian
2. Peran dan
tanggung jawab orang tua dalam pemeliharaan bayi dan anak
3. Pertumbuhan dan
perkembangan bayi dan anak normal serta factor-faktor yang mempengaruhinya
4. Kebutuhan
fisik serta psikologis anak
5. Prinsip dan
standar nitrisi pada bayi dan anak
6. Prinsip
keselamatan bagi bayi dan anak.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Defenisi
Caput succedaneum adalah neonatal yang melibatkan kondisi
serosanguinous, subcutan, cairan extraperiosteal, koleksi margin di definisikan
dengan buruk yang disebabkan oleh tekanan yang diajukan bagian dari kulit kepala
terhadap dilatasi serviks (Turniket efek dari leher rahim) selam melahirkan. Pembengkakan
jaringan lunak kepala yang dapat dilampaui sutura tengah. Benjolan yang d fu
kepala terletak pada presentasi kepala pada waktu bayi lahir. Terjadinya edema
dibawah kepala bayi sebagai akibat pengeluaran cairan serum dari pembuluh
darah. Menghilang dalam 2 – 4 hari setelah persalinan.
Caput succedaneum adalah pembengkakan yang edemetosa atau kadang-kadang
ekimotik dan difus dari jaringan lunak kulit kepala yang mengenai bagian yang
telah dilahirkan selama persalinan verteks. Edema pada caput succedaneum dapat
hilang pada hari pertama, sehingga tidak diperlukan terapi. Tetapi jika terjadi
ekimosis yang luas, dapat diberikan indikasi foto terapi untuk kecenderungan
hiperbilirubin. (Rukiyah, 2013)
Caput succedaneum merupakan oedema subcutis akibat penekanan jalann
lahir pada persalinan letak kepala, berbentuk benjolan yang segera tampak
setelah bayi lahir, tak berbtas tegas dan melewati batas sutura. Kelainan ini
biasanya ditemukan pada resentasi kepala, sesuai dengan posisi bagian yang
bersangkutan. Pada bagian tersebut terjadi edema sebagai akibat pengeluaran
serum dari pembuluh darah. Caput Succedaneum tidak memerlukan pengobatan khusus
dan biasanya menghilang setelah 2 – 5 hari. Kadang-kadang caput succedaneum
disertai dengan molding atau penumpangan tulang parietalis, tetapi tanda
tersebut dapat hilang setelah 1 minggu.
Caput succedaneum ini ditemukan biasanya pada presentasi kepala, sesuai
dengan posisi bagian yang bersangkutan. (Sarwono, 2006)
2.2 Gejala
Caput succedaaneum muncul sebagai pembengkakan kulit kepala yng
memanjang digaris tengah dan atas garis jahitan dan berhubungan dengan
kepala pencetakan.
2.3 Penanganan
Asuhan garing penanganan pada bayi yang mengalami caput succedaneum
terdiri dari pengamatan saja, pemulihan biasanya akan terjadi dengan cepat.
Jika kulit kepala bayi kontur telah berubah, kontur normal harus kembali. Bayi
akan sering (dimengerti) marah sehingga mungkin memerlukan anal gesia untuk
sakit kepala dan penanganan harus disimpan ke minimum untuk beberapa hari
pertama.
2.4 Faktor
Predisposisi
Persalinan dengan partus lama, partus dengan tindakan, sekunder dari
tekanan uterus atau dinding vagina.
2.5 Penatalaksanaan
Bayi dirawat seperti pada perawatn bayi normal, observasi keadaan umum
bayi, pemberian ASI adekuat, cegah terjadinya infeksi.
2.6 Komplikasi
Caput Hemorargic, Infeksi, Ikhaterus, Anemia.
.
2.7 Patofisiologi
Pada kala II lama terjadi penekanan
otot diafragma pelvis mengakibatkan spasme pintu panggul. Dengan adanya gaya
berat, mengakibatkan kontraksi uterus sehingga tulang kepala tertekan. Sehingga
fontanel meregang dan CSS (Central Canal of Spinal cord) tidak bisa mengalir ke
seluruh otak. Sehingga CSS menerobos ke jaringan atau intraviber. Sehingga
potensial (cairan) tedorong ke bagian ubun-ubun besar dan terjadi timbunan CSS
dibawah kulit kepala. Sehingga menyebabkan Caput Succedaneum.
2.8 Contoh
Asuhan pada bayi dengan Caput Succedaneum
1. Data Subjektif
Bayi Ny.S (24 Thn) dan Tn.x (27 Thn) berumur
26 hari tanggal 07 – 10 2009 Pukul 10.05 WIB. Lahir secara spontan dengan Vacum
forcep. Dari jenis kelamin perempuan dengan kedua orang tua beragama islam,
bersuku Sunda, dengan Ibu, sekolah terkhir tamat SMA bekerja sebagai penjaga warung
dan Ayah sekolah terakhir tamat SMK seorang Wiraswasta. Penghasilan keduanya
sebesar Rp.1.500.000 / bulan dan bertempat tinggal Cimawu RT 06 RW 02,
Purwakarta. Anamnesia dilakukan pada
tanggal 08 / 10 / 2009 Pukul 15.30 WIB oleh bidan, Ibu mempunyai riwayat
kehamilan yaitu pada saat hamil muda sering periksa kandungannya 4 kali oleh
Bidan. Dengan keluhan mual tiap pagi, kadang muntah 1-2 kali sehari tetapi
makanan dapat masuk ke dalam tubuh sedikit-sedikit, kadang ada pusing dan
terasa cepat lelah. Sedangakan pada hamil tua, sering periksa kandungannya 5
kali oleh bidan, dengan keluhan pegal-pegal bila berdiri terlalu lama, sering
BAK saat siang hari dan malam tidak ada pusing. Umur saat persalinan anak
pertama ini 37 minggu 5 hari, dengan golongan darah ibu A dan ayah begolongan
darah A, Ibu mengatakan tidak mempunyai penyakit saat kehamilannya baik
pendarahan, pre/eklamsia tidak pernah, penyakit kelamin tidak ada. Ibu makan 3
kali sehari dengan nasi, sayur hijau bening dengan ayam dan buah. Ibu tidak pernah
minum obat-obatan, jamu, tidak pernah merokok dan tidak pernah minum alkohol.
Ibu mengatakan cemas terhadap benjolan di kepala bayinya setelah beberapa jam
lahir.
2. Data Objektif
Pemeriksaan fisik bayi KU ; bayi, kesadaran Compos-metis,
denyut nadi 130x / menit, Bergerak aktif, refelek menghisap dan menelan baik
dan kuat. Pada bagian kepala ubun-ubun besar dan ada kelainan terdapat
pembengkakan kulit kepala yang memanjang di garis tengah ditandai dengan
cairanyang menumpuk, sutura normal dan ada maulage, pada Caput succedaneum, dan
tidak ada Cephalhematoma. Matasimestris, Lobang hidung ada, tidak ada keluaran
dari lubang hidung, tidak ada pernafasan cuping hidung, telinga simetris,
hubungan letak dengan mata sedikit lebih atas tulang rawan lentur. Mulut simestris,
bibir lembab warna merah muda, sumbing tidak ada, palatum keras, reflek puting
susu ada reflek sucking ada, reflek menelan ada. Tidak ada pembesaran kelenjar
getah benih, pergerakan tidak kaku. Dada simetris, pernafasan normal, bunyi
jantung regular, puting susu menonjol
kleuar, tiak ada bunyi nafas jantung dan paru-paru tambahan, reflek muro ada,
perut tidak kembung, abdomen simestris, tidak ada pembesaran hepar, tidak ada
penonjolan sekiatar umbi likal, perut keras saat menangis. Tali pusat tidak
merah dan tidak bernanah. Punggung simestris, tidak penonjolan dan cekungan.
Ekstremitas atas dan bawah bergerak aktif dengan jumlah jari lengkap. Tidak ada
kelainan fraktur clavikula dan fraktur humerus serta ada reflek fleksus
brachialis. Genetalia testis sudah ada d scrotum, ada lubang, lobang muara
interna terlatak pada ujung penis. Kullit tidak ada tanda-tanda lahir warna
merah. Usia bayi saat ini 1 hari.
Pemeriksaan antropometri BB Bayi 3200 gram dengan panjang badan 45 cm, Lingkar
badan 43 cm, Lila 12 cm. Pada eliminasi BAB sudah saat lahir dengan warna
kehitaman konsistensi cairan bau khas. Sedangkan BAK belum, bayi diberikan ASI
tanpa pendamping apapun.
2.9 Assesment
Setelah dilakukan pemeriksaan secara
subjektif dan objektif didapatkan hasil pemeriksaan pada bayi baru lahir umur 1
hari didapatkan diagnosa Caput Succedaneum. Masalah yang terjadi pada bayi baru lahir
dengan umur 1 hari dengan caput succedaneum yaitu ada kecemasan dari orangtua
bayi tersebut. Tidak ada masalah potensial.
Kebutuhan yang harus dilakukan oleh bidan
kepada orang tua bayi baru lahir usia 1 hri dengan caput succedaneum yaitu
dengan memberikan Penkes kepada orang tua agar tetap tenang dan tidak cemas
dalam menghadapi bayinya.
2.10 Planning
Beritahu ibu hasil
pemeriksaan bahwa kondisi umum bayi baik, kesadarn kompos metris, denyut nadi
130 x / menit, bayi bergerak aktif, reflek menghisap dan menelan baik dan kuat,
BB Bayi 3200 gr dengan panjang badan 45 cm, dan ibu mengerti terlihat dari ibu
yang tidak cemas. Beritahu ibu tentang caput succedaneum pada bayi baru lahir
yaitu terjadi akibat pembengkakan kulit kepala yang memanjang di garis tengah
berisi cairan pada kepala bayi dan ibu mengerti terlihat dari ibu yang sudah
agak tenang. Beritahu ibu untuk
penyembuhan yang cepat, yang biasanya hilang pada hari kedua sampai lima dan
ibu mau melaksanakannya. Beritahu ibu tentang ASI ekslusif yaitu memberikan ASI
segera setelah lahir sampai usia 6 bulan pertama dengan jarak 2-3 jam/hari dan
ibu melaksanakannya. Beritahu ibu dan keluarga untuk merujuk bayi ke pelayanan
kesehatan yang memadai apabila benjolan tidak hilang pada hari kedua sampai
lima segera menghubungi bidan dan ibu mengerti terlihat ibu yang mampu
perkataan bidan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Caput succedaneum adalah pembengkakan yang edematosa atau kadang-kadang ekimotik dan difus
dari jaringan lunak kulit kepala yang mengenai bagian yang telah dilahirkan
selama persalinan verteks. Edema pada caput suksadenum dapat hilang pada hari
pertama, sehingga tidak diperlukan terapi. Tetapi jika terjadi ekimosis yang
luas, dapat diberikan indikasi fototerapi untuk kecenderungan hiperbilirubin.
Kadang-kadang caput suksadenum disertai dengan molding atau penumpangan
tulang parietalis, tetapi tanda tersebut dapat hilang setelah satu minggu.
Sefalhematoma merupakan perdarahan subperiosteum. Sefalhematoma terjadi
sangat lambat, sehingga tidak nampak adanya edema dan eritema pada kulit
kepala. Sefalhematoma dapat sembuh dalam waktu 2 minggu hingga 3 bulan,
tergantung pada ukuran perdarahannya. Pada neonatus dengan sefalhematoma tidak
diperlukan pengobatan, namun perlu dilakukan fototerapi untuk mengatasi
hiperbilirubinemia. Tindakan insisi dan drainase merupakan kontraindikasi
karena dimungkinkan adanya risiko infeksi. Kejadian sefalhematoma dapat
disertai fraktur tengkorak, koagulopati dan perdarahan intrakranial.
Tanda dan gejala yang tampak pada bayi yang mengalami fraktur klavikula
antara lain : bayi tidak dapat menggerakkan lengan secara bebas pada sisi yang
terkena, krepitasi dan ketidakteraturan tulang, kadang-kadang disertai
perubahan warna pada sisi fraktur, tidak adanya refleks moro pada sisi yang
terkena, adanya spasme otot sternokleidomastoideus yang disertai dengan
hilangnya depresi supraklavikular pada daerah fraktur.
3.2 Saran
Dengan
adanya Asuhan Neonatus dengan jalan lahir dapat lebih meningkatkan lagi para
tenaga kesehatan baik secara teknis maupun non teknis dalam memberikan
pelayanan kesehatan. Dalam pembahasan Asuhan Neonatus dengan jalan lahir lebih
memberikan ilmu yang bermanfaat lagi supaya dari pihak pendidikan dapat
meningkatkan calon-calon bidan yang professional.
Dengan
adanya pembuatan tugas Asuhan Neonatus dengan jalan lahir ini, mudah-mudahan
mahasiswa dapat lebih mengerti lagi tentang pembahasan mengenai Asuahan
Neonatus. Serta dapat menjadi motivasi dan inspirasi dalam mengembangkan ilmu
yang telah terkuasai, supaya dapat menjalankan praktik dilapangan lebih
terampil lagi.
DAFTAR
PUSTAKA
Rukiyah, dkk . 2013, “Asuhan Neonatus bayi dan balita”. CV Trans Info Media
: Jakarta
Maryanti, Dwi. dkk.2011,”Buku Ajaran Neonatus Bayi dan Balita”Jakarta:CV
Trans Info Media
Maryunani Anik dan Nurhayati.2009,”Asuhan Kegawatdaruratan dan penyulit
pada Neonatus. Jakarta:CV Trans Info Media
Muslihatun, Wafi Nur. 2010. “Asuhan Neonatus Bayi dan Balita.
Yogyakarta:Fitra Maya