Label

Senin, 02 Juni 2014

Gagal , Siapa Takut ?

gagal dalam kehidupan

Saya yakin, setiap manusia pasti akan menemukan satu fase yang bernama kegagalan dalam hidupnya. Entah itu dari hal yang sangat sepele seperti tidak lulus ujian atau mengalami kebangkrutan yang sangat besar. Kegagalan tersebut kadang lebih cenderung membuat kita, manusia, untuk menyerah dan pasrah hingga akhirnya stuck, tak ada perubahan sama sekali. Mungkin tak bisa move-on tersebut masih saya kategorikan sebagai sikap yang lebih lumrah dibanding orang yang sudah gagal hingga akhirnya memutuskan untuk mengakhiri hidupnya, tragis. Tapi, kondisi pasrah dan berdiam diri juga setidaknya jangan berlarut terlalu lama.

Apakah kalian takut menjumpai kegagalan dalam misi kalian? Atau karena saking takutnya untuk gagal kedua kali, hingga harus pasrah dan tidak mencoba bangkit kembali? Hanya saja, kita tidak begitu memperhatikan bahwa tindakan berdiam diri alias pasrah adalah suatu tindakan yang tidak masuk akal. Perhatikan kalimat saya, dengan tidak mencoba sama sekali sama halnya dengan menciptakan kegagalan pertama. Jadi, rasa takut adalah sumber kegagalan yang pasti.

Memang benar jika semua orang itu memiliki rasa takut dengan porsi masing-masing. Rasa takut sebenarnya bisa menimbulkan banyak sekali reaksi dalam setiap tindakan kita. Bisa bersifat negatif maupun positif. Rasa takut bisa menimbulkan rasa paranoid yang berlebihan hingga membuat kita terkurung dalam diri kita sendiri. Sebaliknya, rasa takut bisa memberikan pesan kepada diri kita agar lebih waspada. Percaya kan, bahwa rasa takut itu bisa memberi kekuatan ekstra kepada tubuh kita? Rasa takut bisa membuat kita menghadapi tantangan tersulit yang sebelumnya tak pernah kita bayangkan. Maka, percayalah dan buktikan bahwa rasa takut bisa mendorong kita untuk menjadi lebih kuat dan lebih maju daripada sebelumnya.

Dan, biarkan rasa takut tersebut berkembang positif. Mempersiapkan diri kita untuk menghadapi segala kemungkinan yang ada di depan sana. Jangan malah menahan kita untuk pasrah. Taklukkan rasa takut tersebut dengan sebuah usaha yang nyata. Bubuhi dengan sebuah keoptimisan sebagai persembahan terbaik yang pernah dilakukan. Letakkan rasa tersebut di dalam hati. Tidak ada segala sesuatu yang terjadi begitu saja, bukan? Dan tentunya tidak ada sesuatu yang sia-sia sekalipun kalian menyebutkan sebuah kegagalan. Yang menurutmu baik, belum tentu baik bagimu. Begitu pula sebaliknya, kawan. Yuk, move-on.

Kegagalan yang paling abadi adalah kegagalan untuk mulai bertindak dan mencoba. Bila memang dalam masa percobaan tersebut kalian gagal, maka ambillah sesuatu dari kegagalan tersebut agar tak terulang di percobaan berikutnya.

Allah SWT berfirman, "Dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada berputus asa dari rahmat Allah, melainkan kaum yang kafir." (QS. Yusuf: 87)

Stop Kontak Dan Wi-Fi yang Populer

Saat Stop Kontak dan Koneksi WI-FI (Paling) Dicari
“Stop kontak mana, ya?”

“Permisi, di sini bisa wi-fi?”

Lebih dari satu dekade lalu, saya tidak membayangkan akan seperti ini. Dalam kehidupan urban, ada dua hal yang (paling) dicari setiap kali kita di kantor maupun ke tempat nongkrong macam resto, kafe, hingga convenient store yang kian menjamur:
  1. Stop kontak: saat baterai ponsel dan laptop perlu di-charge. Mau online berlama-lama takkan aman tanpa benda yang satu ini, meski koneksi wi-fi tengah lancar jaya.
  2. Koneksi wi-fi: berkat fasilitas favorit generasi Y ke bawah ini, kita bisa berlama-lama di resto, kafe, hingga convenient store dengan gadget andalan – berselancar di dunia maya selama berjam-jam (meski mungkin hanya memesan satu jenis minuman, hehe.)
Tiba-tiba sendirian jadi tidak (begitu) masalah. Kita masih bisa berkonsentrasi pada pekerjaan – atau sekedar ‘melarikan diri’ sejenak ke dunia maya. Masih ada yang bisa kita lakukan saat tidak ada orang sekitar yang bisa diajak mengobrol. (Intinya, sendirian tapi anti garing.)

Apakah lantas kita jadi 100% cuek dengan keadaan sekitar? Haruskah selalu demikian?

Saat itulah kita harus menentukan batas agar seimbang. Inilah realita kehidupan urban kelas menengah ke atas hari ini. Saat stop kontak dan koneksi wi-fi menjadi yang (paling) dicari.

Tetap saja, yang tidak diinginkan kadang bisa terjadi. Koneksi wi-fi di kafe langganan melambat – atau tiba-tiba malah putus sama sekali. Gangguan sinyal membuat ponsel kehilangan fungsinya.

Yang terparah? Mati listrik!

Buat yang (kepalang) kecanduan, mungkin rasanya seperti krisis tingkat dunia. Tenang, selalu masih ada pilihan. Mungkin itu saatnya Anda harus istirahat sejenak dari paparan radiasi. Membaca dari media cetak. Mendengarkan suara sekitar.

Tersenyum pada seraut wajah yang Anda kenal di depan Anda, mungkin? Siapa tahu mereka menunggu perhatian Anda, meski mungkin tidak bisa membawa Anda melanglang buana ke dunia maya.

Jejak Sang Pemimpi

Harap Dalam Diam Dan Gelap

Sunday, 02 June 2014



Jika lentera tak kunjung datang.....
Namun jauh dilubuk hati masih tersimpan segenggam harapan
Harapan yang entah kapan akan terwujudkan
Namun yang Ku tahu hidup memang penuh dengan ketidakpastian
Yang Membuat hati ini tetap menyimpan setiap harapan dan impian
Jika semua pasti untuk apa harap dan impian
Jika manusia tau kapan Ajal menjemput buat apa berjuta-juta uang dikeluarkan demi sebuaah keselamatan
Disana hanya sebuah bentuk harapan tanpa ada istilah menuhankan uang
Jika hati belum menemukan keindahan akan ketidakpastian
Cobalah putar kembali video masa lalu yang telah terlewatkan
Untuk mencari sebuah keajaiban ditengah-tengah ketidaktentuan............
Tuhan....
Biarkan hati ini berharap meski dalam pandangan mata semua terasa gelap
Untukmu yang merasa lelah berharap
Semoga ada sesuatu yang membuatmu untuk terus merasa kuat