Assalamualaikum..
Ketika Ruh Berpisah Dengan Jasad
Suatu
ketika Nabi SAW mendatangi rumah istri kesayangan beliau, al Khumaira,
Aisyah RA. Melihat kedatangan beliau, Aisyah yang sedang duduk bersila
ingin bangkit menyambut, tetapi Rasulullah SAW bersabda, “Duduklah saja
pada tempatmu, wahai Ummul Mukminin, tidak perlu engkau berdiri!!”
Nabi
SAW menghampiri Aisyah dan kemudian berbaring terlentang dengan
berbantalkan pangkuannya, tampak sekali kemanjaan dan kasih sayang
beliau kepadanya. Sepertinya pada hari itu Rasulullah SAW sangat lelah
sehingga tidak lama berselang beliau telah tertidur. Aisyah memandangi
wajah beliau dengan kasih sayang dan kekaguman. Tanpa disadari jari
jemarinya mengurai jenggot Rasulullah SAW, dan Aisyah menemukan
sembilanbelas rambut jenggot yang telah memutih (beruban). Tiba-tiba
saja tersirat dalam hatinya, “Sesungguhnya beliau akan keluat dari dunia
(meninggal) sebelum aku, dan tinggallah umat Islam dalam keadaan tanpa
nabi!!”
Merasakan kenyataan seperti itu, Aisyah jadi bersedih dan
menangis, air matanya mengalir ke pipi dan menetes jatuh mengenai wajah
Rasulullah SAW sehingga beliau terbangun. Dengan heran beliau bersabda,
“Apa yang membuatmu menangis, wahai Ummul Mukminin!!”
Aisyah
menceritakan perasaan sedih yang menghantui dirinya, dan Nabi SAW hanya
tersenyum mendengarnya. Beliau bersabda, “Wahai Aisyah, keadaan apakah
yang sangat menyusahkan bagi seseorang (yakni bagi ruhnya) ketika ia
menjadi mayat?”
Aisyah berkata, “Katakanlah padaku, ya Rasulullah!!”
Beliau berkata, “Engkau saja yang mengatakannya dahulu!!”
Aisyah
sejenak berfikir, kemudian ia berkata, “Tidak ada yang menyusahkan atas
diri mayit kecuali ketika ia diusung ke luar rumah menuju kuburnya,
anak-anak yang ditinggalkannya akan berduka dan berkata : Wahai ayah,
wahai ibu!! Begitu juga orang tuanya akan berkata : Wahai anakku, wahai
anakku!!”
Nabi SAW bersabda, “Hal itu memang terasa akan pedih, tetapi ada yang lebih pedih daripada itu!!”
Aisyah
berkata lagi, “Tidak ada yang lebih berat bagi mayit kecuali ketika ia
dimasukkan ke dalam liang lahad dan ia diurug di bawah tanah, anak dan
orang tuanya, kerabat dan kekasihnya akan meninggalkannya pulang. Mereka
membiarkannya sendirian beserta amal perbuatannya, menyerahkan
urusannya kepada Allah. Kemudian setelah itu datanglah malaikat Munkar
dan Nakir ke dalam kuburnya!!”
Beliau bersabda lagi, “Apa lagi yang lebih berat dari apa yang engkau katakan itu?”
Akhirnya Aisyah menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui!!”
Maka
Nabi SAW bersabda, “Hai Aisyah, sesungguhnya saat yang paling berat
(paling menyedihkan) bagi mayat adalah ketika tukang memandikan masuk ke
dalam rumahnya untuk memandikan mayatnya….”
Kemudian beliau
menjelaskan lebih lanjut, bahwa ketika tukang memandikan itu melepas
cincin (atau perhiasan lainnya) dari tubuhnya, melepas pakaian pengantin
(atau pakaian lainnya) dari badannya, melepaskan sorban para syaikh dan
fuqoha dari kepalanya, ketika itulah sang ruh berseru saat melihat
tubuhnya yang telanjang, seruan yang bisa didengarkan oleh seluruh
mahluk kecuali jin dan manusia, “Wahai tukang memandikan, demi Allah aku
memohon kepadamu, agar engkau melepaskan pakaianku (dan lain-lainnya)
dengan pelan-pelan, karena sesungguhnya saat ini aku tengah beristirahat
dari sakitnya dikeluarkannya nyawaku oleh malaikat maut!!”
Ketika
tukang memandikan menuangkan air ke mayatnya, sang ruh berteriak keras
dengan teriakan yang didengar oleh semua mahluk, kecuali jin dan
manusia, “Hai tukang memandikan, demi Allah, janganlah engkau menuangkan
air yang panas, jangan pula engkau tuangkan air yang terlalu dingin,
sesungguhnya jasadku telah terbakar saat dicabutnya nyawaku!!”
Ketika
tukang memandikan mulai menggosok tubuhnya, lagi-lagi sang ruh
berteriak, “Wahai tukang memandikan, demi Allah, janganlah memegang
tubuhku terlalu keras, sungguh jasadku telah terluka sebab keluarnya
nyawaku!!”
Ketika selesai memandikan dan jasadnya diletakkan pada
kain kafan, dan mulai diikat di bawah kakinya, sang ruh berseru lagi,
“Demi Allah wahai tukang memandikan, janganlah engkau ikat terlalu erat
pada kepalaku, agar masih terlihat wajah-wajah keluargaku, anak-anakku,
dan kerabat-kerabatku lainnya. Karena saat ini terakhir kali aku bisa
melihat mereka, aku tidak akan melihatnya lagi hingga hari kiamat
tiba!!”
Ketika dikeluarkan dari rumahnya dan diletakkan di dalam
keranda, sang ruh berseru lagi, “Demi Allah, wahai para pengantarku,
janganlah tergesa-gesa membawaku pergi sehingga aku berpamitan kepada
rumahku, keluargaku, kerabatku, dan harta-hartaku. Aku tinggalkan
istriku menjadi janda, anak-anakku menjadi yatim, karena itu janganlah
kalian menyakiti mereka. Biarkanlah aku sesaat untuk mendengarkan suara
keluargaku, anak-anakku, dan kerabat-kerabatku, karena aku akan berpisah
hingga saat kiamat tiba….!”
Ketika kerandanya dipikul dan keluar
tiga langkah dari rumahnya, lagi-lagi sang ruh berseru, “Hai para
kekasihku, saudara-saudaraku dan anak-anakku, janganlah kalian terbujuk
oleh dunia sebagaimana dunia telah memperdaya aku!! Janganlah kalian
dipermainkan oleh jaman sebagaimana ia telah mempermainkan aku!!
Ambillah ibarat (hikmah) dariku!! Sesungguhnya aku meninggalkan untuk
ahli warisku apa yang aku kumpulkan, dan aku tidak membawa (manfaat)
apapun dari dunia (harta) yang kutinggalkan, bahkan Allah akan
menghisabku. Engkau bersenang-senang dengannya (harta peninggalanku itu)
dan kalian tidak mendoakan aku!!”
Sungguh nasehat yang sangat
berharga. Sayangnya, semua seruan dan teriakan ruh tersebut yang bisa
didengar oleh seluruh mahluk, ternyata jin dan manusia tidak bisa
mendengarnya. Padahal justru dua jenis mahluk itu yang sebenarnya bisa
memperoleh banyak manfaat dan pengajaran jika saja bisa mendengar dan
memahami seruan sang ruh.
Ketika jenazahnya dishalatkan dan
sebagian orang lainnya meninggalkan masjid atau musholla, sang ruh
berseru lagi, “Demi Allah, wahai saudara-saudaraku, aku tahu bahwa orang
mati akan dilupakan oleh orang-orang yang masih hidup, akan tetapi
janganlah kalian cepat-cepat pulang sebelum kalian melihat tempat
tinggalku. Sesungguhnya aku tahu bahwa wajah mayat itu lebih dingin
daripada air yang sangat dingin bagi orang-orang yang masih hidup,
tetapi janganlah kalian terlalu cepat pulang meninggalkan aku
sendirian!!”
Ketika jenazahnya diletakkan di sisi kuburnya, dan
kemudian diturunkan ke liang lahad, sang ruh berseru untuk terakhir
kalinya, “Demi Allah, wahai saudara-saudaraku dan para pengantarku,
sesungguhnya aku mendoakan kalian semua tetapi mengapa kalian tidak mau
mendoakan aku? Wahai ahli warisku, tidaklah aku kumpulkan harta dunia
kecuali aku tinggalkan untuk kalian, maka ingatlah kalian kepadaku dan
berbuatlah kebaikan. Setelah aku mengajarkan kalian membaca al Qur’an
dan tata krama (adab), hendaklah kalian jangan lupa mendoakan aku!!”