Saat Stop Kontak dan Koneksi WI-FI (Paling) Dicari
“Stop kontak mana, ya?”“Permisi, di sini bisa wi-fi?”
Lebih dari satu dekade
lalu, saya tidak membayangkan akan seperti ini. Dalam kehidupan urban,
ada dua hal yang (paling) dicari setiap kali kita di kantor maupun ke
tempat nongkrong macam resto, kafe, hingga convenient store yang kian
menjamur:
- Stop kontak: saat baterai ponsel dan laptop perlu di-charge. Mau online berlama-lama takkan aman tanpa benda yang satu ini, meski koneksi wi-fi tengah lancar jaya.
- Koneksi wi-fi: berkat fasilitas favorit generasi Y ke bawah ini, kita bisa berlama-lama di resto, kafe, hingga convenient store dengan gadget andalan – berselancar di dunia maya selama berjam-jam (meski mungkin hanya memesan satu jenis minuman, hehe.)
Apakah lantas kita jadi 100% cuek dengan keadaan sekitar? Haruskah selalu demikian?
Saat itulah kita harus menentukan batas agar seimbang. Inilah realita kehidupan urban kelas menengah ke atas hari ini. Saat stop kontak dan koneksi wi-fi menjadi yang (paling) dicari.
Tetap saja, yang tidak
diinginkan kadang bisa terjadi. Koneksi wi-fi di kafe langganan melambat
– atau tiba-tiba malah putus sama sekali. Gangguan sinyal membuat
ponsel kehilangan fungsinya.
Yang terparah? Mati listrik!
Buat yang (kepalang)
kecanduan, mungkin rasanya seperti krisis tingkat dunia. Tenang, selalu
masih ada pilihan. Mungkin itu saatnya Anda harus istirahat sejenak dari
paparan radiasi. Membaca dari media cetak. Mendengarkan suara sekitar.
Tersenyum pada seraut
wajah yang Anda kenal di depan Anda, mungkin? Siapa tahu mereka menunggu
perhatian Anda, meski mungkin tidak bisa membawa Anda melanglang buana
ke dunia maya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar