Ilmu takkan
habis walau di bagi. . have fun ヘ(^_^ヘ) (ノ^_^)ノ
Selasa , 13 Mei 2014
Pembangunan kesehatan bertujuan
untuk mempertinggi derajat kesehatan masyarakat. Demi tercapainya derajat
kesehatan yang tinggi, maka wanita sebagai penerima kesehatan, anggota keluarga
dan pemberi pelayanan kesehatan harus berperan dalam keluarga, supaya anak
tumbuh sehat sampai dewasa sebagai generasi muda.
Berdasarkan Konferensi Wanita
sedunia ke IV di Beijing pada tahun 1995 dan Koperensi Kependudukan dan
Pembangunan di Cairo tahun 1994 sudah disepakati perihal hak-hak reproduksi
kesehatan wanita tersebut. Dalam hal ini (Cholil,1996) menyimpulkan bahwa
terkandung empat hal pokok dalam reproduksi kesehatan wanita yaitu :
1.
Kesehatan reproduksi dan seksual (reproductive and sexual health)
2.
Penentuan dalam keputusan reproduksi (reproductive decision making)
3.
Kesetaraan pria dan wanita (equality and equity for men and women)
4.
Keamanan reproduksi dan seksual (sexual and reproductive security)
Adapun definisi tentang arti
kesehatan reproduksi yang telah diterima secara internasional yaitu sebagai
keadaan kesejahteraan fisik, mental, sosial yang utuh dalam segala hal yang
berkaitan dengan sistem, fungsi-fungsi dan proses reproduksi.
Selain itu juga disinggung hak
produksi yang didasarkan pada pengakuan hak asasi manusia bagi setiap pasangan
atau individu untuk menentukan secara bebas dan bertanggung jawab mengenai
jumlah anak, penjarakan anak, dan menentukan kelahiran anak mereka.
Dalam pengertian kesehatan
reproduksi secara lebih mendalam, bukan semata-mata sebagai pengertian klinis
(kedokteran) saja tetapi juga mencakup pengertian sosial (masyarakat). Intinya
kesehatan secara menyeluruh bahwa kualitas hidupnya sangat baik.
Namun, kondisi sosial dan ekonomi
terutama di negara-negara berkembang yang kualitas hidup dan kemiskinan
memburuk, secara tidak langsung memperburuk pula kesehatan reproduksi wanita
dan indikatornya adalah:
1.
Gender
Peran masing-masing pria dan wanita
berdasarkan jenis kelamin menurut budaya yang berbeda-beda. Gender sebagai
suatu kontruksi sosial mempengaruhi tingkat kesehatan dan karena peran gender
berbeda dalam konteks cross cultural berarti tingkat kesehatan wanita juga
berbeda-beda.
2.
Kemiskinan
Kemiskinan dapat mengakibatkan
beberapa masalah dalam kesehatan seseorang, yaitu:
·
Makanan yang
tidak cukup atau makanan yang kurang gizi
Menurut WHO di negara berkembang
termasuk Indonesia diperkirakan 450 juta wanita tumbuh tidak sempurna karena
kurang gizi pada masa kanak-kanak, akibat kemiskinan. Jika pun berkecukupan,
budaya menentukan bahwa suami dan anak laki-laki mendapat porsi yang banyak dan
terbaik, terakhir sang ibu memakan sisa yang ada.
Wanita sejak ia mengalami menstruasi
akan membutuhkan gizi yang lebih banyak dari pria untuk mengganti darah yang
keluar. Zat yang sangat dibutuhkan adalah zat besi yaitu 3 kali lebih besar
dari kebutuhan pria, disamping itu wanita juga membutuhkan zat yodium lebih
banyak dari pria, kekurangan zat ini akan menyebabkan gondok yang membahayakan
perkembangan janin baik fisik maupun mental.
Wanita juga sangat rawan terhadap
beberapa penyakit, termasuk penyakit menular seksual, karena pekerjaan mereka
atau tubuh mereka yang berbeda dengan pria. Salah satu situasi yang rawan
adalah pekerjaan wanita yang selalu berhubungan dengan air, misalnya mencuci,
memasak dan sebagainya. Seperti diketahui air adalah media yang cukup berbahaya
dalam penularan bakteri penyakit.
·
Persediaan
air yang kurang, sanitasi yang jelek dan perumahan yang tidak layak.
·
Tidak
mendapatkan pelayanan yang baik.
3.
Pendidikan
Kemiskinan mempengaruhi kesempatan
untuk mendapatkan pendidikan. Kesempatan untuk sekolah tidak sama untuk semua
orang tetapi tergantung dari kemampuan membiayai. Dalam situasi kesulitan biaya
biasanya anak laki-laki lebih diutamakan karena laki-laki dianggap sebagai
pencari nafkah utama dalam keluarga.
Dalam hal ini bukan indikator
kemiskinan saja yang berpengaruh tetapi juga gender berpengaruh pula terhadap
pendidikan, tingkat pendidikan ini mempengaruhi tingkat kesehatan. Orang yang
berpendidikan biasanya mempunyai pengertian yang lebih besar terhadap
masalah-masalah kesehatan dan pencegahannya, minimal dengan mempunyai
pendidikan yang memadai seseorang dapat mencari uang, merawat diri sendiri dan
ikut serta dalam mengambil keputusan dalam keluarga dan masyarakat.
Pendidikan berpengaruh kepada sikap seseorang terhadap
kesehatan, rendahnya pendidikan membuat kurang peduli terhadap kesehatan. Mereka
tidak mengenal bahaya atau ancaman kesehatan yang mungkin terjadi terhadap diri
mereka. Sehingga walaupun sarana yang baik tersedia mereka kurang dapat
memanfaatkan secara optimal karena rendahnya pengetahuan yang mereka miliki.
Kualitas sumber daya manusia sangat tergantung pada kualitas pendidikan, dengan
demikian program pendidikan mempunyai andil besar terhadap kemajuan sosial
ekonomi bangsa.
a) Angka melek huruf :
Sampai tahun 2004, persentase perempuan yang melek
huruf terus mengalami peningkatan, meskipun persentasenya masih lebih rendah
dari laki-laki. Secara rasional angka melek huruf sudah mencapai
87,9%, pada laki-laki sebesar 92,3% dan pada perempuan sebesar 83.5%.
b) Rata-rata lama sekolah :
Tahun efektif bersekolah pada umur 15 tahun sebesar
7.09% dimana pada laki-laki 7,62% dan perempuan 6,57%. Angka ini akan
menunjukkkan bahwa secara rata-rata pendidikan penduduk mencapai jenjang
pendidikan kelas I SLTP.
c) Jenjang pendidikan yang telah ditamatkan :
Pada tahun 2003 penduduk usia lebih dari 10 tahun
yang berpendidikan SLTP hanya sebanyak 36,21%, pada laki-laki sebesar 39.87%
dan pada perempuan 32.57%. Kondisi ini menunjukkan bahwa taraf
pendidikan perempuan belum setara dengan laki-laki, hal ini dikarenakan
terbentuk kontruksi yang terbentuk dari masyarakat. Pendidikan yang tinggi
dipandang perlu bagi kaum wanita untuk meningkatkan taraf hidup, membuat
keputusan yang menyangkut masalah kesehatan sendiri.
Seorang wanita yang lulus dari perguruan tinggi akan
lebih mudah mendapatkan pekerjaan dan mampu berprilaku hidup sehat bila
dibandingkan dengan seorang wanita yang memiliki pendidikan rendah.
Meningkatnya pendidikan berdampak pada pengalaman dan wawasan yang semakin
luas, pendidikan dapat meningkatkan status sosial dan kedudukan seorang
perempuan didalam masyarakat sehingga perempuan dapat meningkatkan aktifitas
sehari-hari maupun aktifitas sosialnya. Menurut profil klasifikasi perempuan
diberbagai negara menunjukkan bahwa pendidikan, pekerjaan dan kesehatan
perempuan Indonesia dinilai sangat buruk.
4.
Menikah muda
Di negara berkembang termasuk
Indonesia nikah muda pada wanita masih banyak terjadi (biasanya di bawah usia
18 tahun). Hal ini banyak kebudayaan yang menganggap kalau belum menikah di
usia tertentu dianggap tidak laku. Ada juga karena faktor kemiskinan, orang tua
cepat-cepat menikahkan anaknya agar lepas tanggung jawabnya dan diserahkan anak
wanita tersebut kepada suaminya. Ini berarti wanita muda yang hamil mempunyai
risiko tinggi pada saat persalinan.
Di samping itu risiko tingkat
kematian dua kali lebih besar dari wanita yang menikah di usia 20 tahunan.
Dampak lain, mereka putus sekolah, pada akhirnya akan bergantung kepada suami
baik dalam ekonomi dan pengambilan keputusan.
5.
Beban kerja yang berat
Wanita bekerja jauh lebih lama
daripada pria, berbagai penelitian yang telah dilakukan diseluruh dunia
rata-rata wanita bekerja 3 jam lebih lama. Akibatnya wanita mempunyai sedikit
waktu istirahat, lebih lanjut terjadinya kelelahan kronis, stress dan
sebagainya. Kesehatan wanita tidak hanya dipengaruhi oleh waktu.
6.
Indikator penghasilan
Penghasilan
meningkat, maka pola pemenuhan kebutuhan akan bergeser dari pemenuhan
kebutuhan pokok saja, menjadi pemenuhan kebutuhan lain, khususnya peningkatan
kesehatan. Penghasilan berkaitan dengan status sosial ekonomi , dimana
sering kali status ekonomi menjadi penyebab terjadinya masalah kesehatan. Misalnya banyak kejadian anemia defisiensi fe pada wanita usia subur yang
sering kali disebabkan kurangnya asupan makanan yang bergizi seimbang. Anemia
pada ibu hamil akan lebih memberikan dampak yang bisa mengancam keselamatan
ibu.
7.
Upah
Fenomena perempuan bekerja bukanlah barang baru ditengah masyarakat kita.
Sebenarnya tidak ada perempuan yang benar-benar menganggur, biasanya para
perempuan juga memiliki pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan rumah tangganya
entah itu dengan mengelola sawah, membuka warung dirumah, mengkreditkan pakaian
dan lain sebagainya. Mungkin sebagian besar masyarakat Indonesia masih
beranggapan bahwa perempuan dengan pekerjaaan diatas bukan termasuk kategori
perempuan bekerja. Hal ini karena perempuan bekerja identik dengan wanita karir
atau wanita kantoran, padahal dimanapun dan kapanpun perempuan itu bekerja
seharusnya tetap dihargai pekerjaannya.
8.
Usia harapan hidup
Usia harapan
hidup (Life Expectancy Rate) merupakan lama hidup manusia di dunia. Usia
harapan hidup perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Harapan hidup
penduduk Indonesia mengalami peningkatan jumlah dan proporsi sejak 1980.
Harapan hidup perempuan adalah 54 tahun pada 1980, kemudian 64,7 tahun pada
1990, dan 70 tahun pada 2000.
Meningkatnya
usia harapan hidup penduduk Indonesia membawa implikasi bertambahnya jumlah
lansia. Berdasarkan data, wanita Indonesia yang memasuki masa menopause saat
ini semakin meningkat setiap tahunnya. Meningkatnya jumlah itu sebagai akibat
bertambahnya populasi penduduk usia lanjut dan tingginya usia harapan hidup
diiringi membaiknya derajat kesehatan masyarakat.
Hal-hal yang berpengaruh penting
pada kelangsungan hidup yang lebih lama
Penyebab panjangnya umur manusia, diluar soal takdir tentunya, tergantung dari beberapa factor (Prof. Dr. Ir. Ali Khomsan, ahli gizi Institut Pertanian Bogor), yaitu:
Penyebab panjangnya umur manusia, diluar soal takdir tentunya, tergantung dari beberapa factor (Prof. Dr. Ir. Ali Khomsan, ahli gizi Institut Pertanian Bogor), yaitu:
·
Pola Makan
·
Penyakit
bawaan dari lahir, mereka yang diberi berkah oleh Tuhan Yang Maha Kuasa untuk
menjalani hidup lebih panjang adalah orang-orang yang terkait dengan rendahnya
penyakit degeneratif. Yaitu penyakit-penyakit yang mengancam kehidupan manusia,
seperti penyakit kanker, jantung koroner, diabetes dan stroke.
·
Lingkungan
tempat tinggal
·
Strees atau
Tekanan
9. Tingkat kesuburan
Begitu banyak pasangan suami istri
yang sangat menginginkan kehadiran si buah hati namun belum juga dikaruniani
seorang anak. Banyak pula dari mereka yang mengikuti beberapa program guna
mengharapkan terjadinya suatu kehamilan. Kemandulan atau ketidak suburan sering
kali hanya dituduhkan ke pihak wanita, padahal pihak pria juga memiliki faktor
penyebabnya.
Namun disini kita tidak akan
membahas tentang hal tersebut. Kita hanya membedah seputar masalah masa subur
wanita yang biasanya dijadikan tolak ukur untuk pasangan suami istri melakukan
kegiatan seksual dengan harapan terjadi suatu kehamilan.
Masa subur adalah suatu masa dalam siklus menstruasi perempuan dimana terdapat sel telur yang matang yang siap dibuahi, sehingga bila perempuan tersebut melakukan hubungan seksual maka dimungkinkan terjadi kehamilan.
Masa subur adalah suatu masa dalam siklus menstruasi perempuan dimana terdapat sel telur yang matang yang siap dibuahi, sehingga bila perempuan tersebut melakukan hubungan seksual maka dimungkinkan terjadi kehamilan.
Siklus menstruasi dipengaruhi oleh
hormon seks perempuan yaitu esterogen dan progesteron. Hormon-hormon ini
menyebabkan perubahan fisiologis pada tubuh perempuan yang dapat dilihat
melalui beberapa indikator klinis seperti, perubahan suhu basal tubuh,
perubahan sekresi lendir leher rahim (serviks), perubahan pada serviks,
panjangnya siklus menstruasi (metode kalender) dan indikator minor kesuburan
seperti nyeri perut dan perubahan payudara.
Dengan mengetahui masa subur, ini
akan bermanfaat bagi pasangan yang bermasalah dalam mendapatkan keturunan,
yaitu dengan cara:
·
Menilai
kejadian dan waktu terjadinya ovulasi
·
Memprediksikan
hari-hari subur yang maksimum
·
Mengoptimalkan
waktu untuk melakukan hubungan seksual untuk mendapatkan kehamilan
·
Membantu
mengindentifikasi sebagian masalah infertilitas.
Fakta membuktikan bahwa wanita yang
sedang dalam masa subur biasanya bersikap lebih tajam terhadap wanita lain.
Pada saat ovulasi (sekitar hari ke-12 sampai 21 siklus menstruasi) perasaan
ingin bersaing dengan wanita lain semakin tinggi. Pada masa ovulasi, wanita
sering memberikan komentar yang buruk ketika dimintai pendapat tentang wanita
lain.
DAFTAR
PUSTAKA
http://afaelearning.blogspot.com/2013/10/indikator-status-kesehatan-wanita.html diunduh tanggal 23 Maret 2014
http://novboykep-novboy91.blogspot.com/p/blog-page.html diunduh tanggal 20 Maret 2014
http://puisicanti.blogspot.com/2013/05/kesehatanreproduksi.html diunduh tanggal 23 Maret 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar