Label

Kamis, 25 Desember 2014

ANASTESI LOKAL dan PRINSIP PENJAHITAN PERINEUM

BAB I
PENDAHULUAN
1.1              Latar Belakang
Anestasi local, prinsip penjahitan perineum Episiotomi adalah suatu tindakan operatif berupa sayatan pada perineum meliputi selaput lendir vagina, cincin selaput dara, jaringan pada septum rektovaginal, otot-otot dan fascia perineum dan kulit depan perineum. Episiotomi adalah pengguntingan jaringan yang terletak di antara lubang kemaluan (vagina) dan lubang pelepasan (anus). Tujuannya untuk memperlebar jalan lahir sehingga memudahkan proses lahirnya bayi. Episiotomi adalah insisi perineum yang dimulai dari cincin vulva ke bawah, menghindari anus dan muskulus spingter serta memotong fasia pervis, muskulus konstrikter vagina, muskulus transversus perinei dan terkadang ikut terpotong serat dari muskulus levator ani. Episiotomi adalah sayatan pada bagian perineum—area antara anus dan vagina—untuk melebarkan saluran lahir bilamana dianggap perlu guna menghindari kerobekan vagina pada saat melahirkan.

1.2              Rumusan Masalah
Dari Latar belakang di atas , maka dapat disimpulkan rumusan masalah sebagai berikut :
1.      Apa pengertian dari Anastesi lokal dan prinsip penjahitan perineum?
2.      Bagaimana teknik penginjeksian anastesi ?
3.      Bagaimana prosedur episiotomi ?


1.3              Tujuan Masalah
Dari  Rumusan masalah di atas , maka dapat disimpulkan yang menjadi tujuan masalah adalah :
1.      Mahasiswi Dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan anastesi lokal
2.      Mahasiswi dapat mengetahui prinsip-prinsip penjahitan perineum














BAB II
PEMBAHASAN
2.1       Anestasi local dan prinsip penjahitan perineum
Anestasi local, prinsip penjahitan perineum Episiotomi adalah suatu tindakan operatif berupa sayatan pada perineum meliputi selaput lendir vagina, cincin selaput dara, jaringan pada septum rektovaginal, otot-otot dan fascia perineum dan kulit depan perineum. Episiotomi adalah pengguntingan jaringan yang terletak di antara lubang kemaluan (vagina) dan lubang pelepasan (anus). Tujuannya untuk memperlebar jalan lahir sehingga memudahkan proses lahirnya bayi. Episiotomi adalah insisi perineum yang dimulai dari cincin vulva ke bawah, menghindari anus dan muskulus spingter serta memotong fasia pervis, muskulus konstrikter vagina, muskulus transversus perinei dan terkadang ikut terpotong serat dari muskulus levator ani. Episiotomi adalah sayatan pada bagian perineum—area antara anus dan vagina—untuk melebarkan saluran lahir bilamana dianggap perlu guna menghindari kerobekan vagina pada saat melahirkan. Prosedur ini dilakukan dokter karena robekan justru lebih sakit dan lebih lambat sembuh ketimbang sayatan yang ditutup dengan jahitan. Episiotomi adalah insisi bedah ke dalam perineum dan vagina dengan indikassi obstetrik. (Dorland, 1998)
Teknik penginjeksian anestesi adalah :
1.      Jelaskan kepada ibu apa yang akan anda lakukan dan bantulah ia agar rileks.
2.      Masukkan jarum pada ujung atau pojok laserasi atau luka dan dorong masuk sepanjang luka mengikuti garis dimana jarum jahitnya akan masuk atau keluar.
3.      Aspirasi dan kemudian injeksikan anestesis tersebut sambil menarik jarum ke titik dimana jarum masuk.
4.      Hentikan penginjeksian anestesi dan belokkan kembali jarum sepanjang garis lain dimana anda merencanakan akan membuat jahitan.
5.      Ulangi proses pemasukkan jarum, kemudian aspirasi, dan injeksikan sambil menarik jarum hingga selurah daerah yang kemungkinan akan merasa sakit sudah dianestesi.


2.2       Prosedur Episiotomi
I. Anastesi Lokal
II. Tindakan Episiotomi
1.      Pegang gunting yang tajam dengan satu tangan.
2.      Letakkan jari telunjuk dan tengah diantara kepala bayi dan   perineum,   searah dengan rencana sayatan.
3.      Tunggu fase acme (puncak his) kemudian selipkan gunting dalam keadaan terbuka di antara jari telunjuk dan tengah.
4.      Gunting perineum, dimulai dari fourchet (komisura posterior) 45˚ ke lateral (kiri atau kanan).
III. Melahirkan Bayi
IV. Melahirkan Plasenta
V. Menjahit Luka Episiotomi
1.      Atur posisi ibu menjadi posisi litotomi dan arahkan cahaya lampu sorot pada daerah yang benar.
2.      Keluarkan sisa darah dari dalam lujmen vagina, bersihkan daerah vulva dan perineum.
3.      Kenakan sarung tangan yang bersih/DDT. Bila diperlukan pasanglah tampon atau kasa ke dalam vagina untuk mencegah darah mengalir ke daerah yang akan dijahit.
4.      Letakkan handuk atau kain bersih di bawah bokong ibu.
5.      Uji efektifitas anastesi lokal yang diberikan sebelum episiotomi masih bekerja (sentuhkan ujung jarum pada kulit tepi luka). Jika terasa sakit, tambahkan anestesi lokal sebelum penjahitan dilakukan.
6.      Atur posisi penolong sehingga dapat bekerja dengan leluasa dan aman dari cemaran.
7.      Telusuri daerah luka menggunakan jari tangan dan tentukan secara jelas batas luka. Lakukan jahitan pertama kira-kira 1 cm di atas ujung luka di dalam vagina. Ikat dan potong salah satu ujung dari benang dengan menyisakan benang kurang lebih 0,5 cm.
8.      Jahitlah mukosa vagina dengan menggunakan jahitan jelujur dengan jerat ke bawah sampai lingkaran sisa himen.
9.      Kemudian tusukkan jarum menembus mukosa vagina di depan himen dan keluarkan pada sisi dalam luka perineum. Periksa jarak tempat keluarnya jarum di perineum dengan batas atas irisan episiotomi.
10.  Lanjutkan jahitan jelujur dengan jerat pada lapisan subkutis dan otot sampai ke ujung luar luka (pastikan setiap jahitan pada ke dua sisi memiliki ukuran yang sama dan lapisn otot tertutup dengan baik).
11.  Setelah mencapai ujung luka, balikkan arah jarum ke lumen vagina dan mulailah merapatkan kulit perineum dengan jahitan subkutikuler.
12.   Bila telah mencapai lingkaran himen, tembuskan jarum ke luar mukosa vagina pada sisi yang berlawanan dari tusukan terakhir subkutikuler.
13.  Tahan benang (sepanjang 2 cm) dengan klem, kemudian tusukkan kembali jarum pada mukosa vagina dengan jarak 2 mm dari tempat keluarnya benang dan silangkan ke sisi berlawanan hingga menembus mukosa pada isi berlawanan.
14.  Ikat benang yang dikeluarkan dengan benang pada klem denga simpul kunci.
15.  Lakukan kontrol jahitan dengan pemeriksaan colok dubur (lakukan tindakan yang sesuai bila diperlukan).
16.  Tutup jahitan luka episiotomi denga kasa yang dibubuhi cairan antiseptik.
VI. Penanganan kala IV

2.3       Indikasi
Indikasi dari ibu antara lain:
1.      Fasilitas untuk persalinan dengan tindakan atau menggunakan instrumen.
2.      Mencegah robekan perineum yang kaku atau diperkirakan tidak mampu beradaptasi terhadap regangan yang berlebihan, (misalnya bayi yang sangat besar atau makrosomia).
3.      Mencegah kerusakan jaringan pada ibu pada kasus letak/presentasi abnormal (bokong, muka, ubun-ubun kecil).
4.      Arkus pubis yang sempit.

Indikasi dari janin antara lain:
1.      Sewaktu melahirkan janin prematur. tujuanya adalah untuk mencegah terjadinya trauma yang berlebihan pada kepala janin.
2.      Sewaktu melahirkan janin letak sungsang, letak defleksi, dan janin besar.
3.      Pada keadaan dimana ada indikasi untuk mempersingkat kala II seperti pada gawat janin.

2.4       Kontra indikasi
Kontra indikasi episiotomi antara lain:
1.      Bila persalinan tidak berlangsung pervaginam.
2.      Bila terdapat kondisi untuk terjadinya perdarahan yang banyak seperti penyakit kelainan darah maupun terdapatnya varises yang luas pada vulva dan vagina.
2.5       Jenis Episiotomi
Sayatan episiotomi umumnya menggunakan gunting khusus, tetapi dapat juga sayatan dilakukan dengan pisau. Berdasarkan lokasi sayatan maka dikenal 4 jenis episiotomi yaitu:
a.       Episiotomi medialis. Sayatan dimulai pada garis tengah komissura posterior lurus ke bawah tetapi tidak sampai mengenai serabut sfingter ani. Keuntungan dari episiotomi medialis ini adalah: perdarahan yang timbul dari luka episiotomi lebih sedikit oleh karena merupakan daerah yang relatif sedikit mengandung pembuluh darah.sayatan bersifat simetris dan anatomis sehingga penjahitan kembali lebih mudah dan penyembuhan lebih memuaskan. Kerugiannya adalah dapat terjadi ruptur perinei tingkat III inkomplet (laserasi m.sfingter ani) atau komplet (laserasi dinding rektum).
b.      Episiotomi mediolateralis Sayatan disini dimulai dari bagian belakang introitus vagina menuju ke arah belakang dan samping. Arah sayatan dapat dilakukan ke arah kanan ataupun kiri, tergantung pada kebiasaan orang yang melakukannya. Panjang sayatan kira-kira 4 cm. Sayatan disini sengaja dilakukan menjauhi otot sfingter ani untuk mencegah ruptura perinei tingkat III. Perdarahan luka lebih banyak oleh karena melibatkan daerah yang banyak pembuluh darahnya. Otot-otot perineum terpotong sehingga penjahitan luka lebih sukar. Penjahitan dilakukan sedemikian rupa sehingga setelah penjahitan selesai hasilnya harus simetris.
c.       Episiotomi lateralis Sayatan disini dilakukan ke arah lateral mulai dari kira-kira jam 3 atau 9 menurut arah jarum jam. Jenis episiotomi ini sekarang tidak dilakukan lagi, oleh karena banyak menimbulkan komplikasi. Luka sayatan dapat melebar ke arah dimana terdapat pembuluh darah pudendal interna, sehingga dapat menimbulkan perdarahan yang banyak. Selain itu parut yang terjadi dapat menimbulkan rasa nyeri yang mengganggu penderita. d. Insisi Schuchardt. Jenis ini merupakan variasi dari episiotomi mediolateralis, tetapi sayatannya melengkung ke arah bawah lateral, melingkari rektum, serta sayatannya lebih lebar.
2.6       Syarat dilakukan Episiotomi
1.      Kepala sudah kelihatan 3-4 cm waktu ibu mengedan.
2.      Saat pemasangan forsep.
3.      Episiotomi dilakukan setelah cunam terpasang tetapi sebelum traksi dilakukan.
4.      Pada persalinan letak sungsang episoiotomi dilakukan sebelum bokong lahir.

2.7       Prinsip dalam penjahitan luka episiotomi
1.      Penyingkapan luka episiotomi yang adekuat dengan penerangan yang baik, sehingga restorasi anatomi luka dapat dilakukan dengan baik.
2.      Hemostasis yang baik dan mencegah dead space.
3.      Penggunaan benang jahitan yang mudah diabsorbsi.
4.      Pencegahan penembusan kulit oleh jahitan dan mencegah teganggan yang berlebihan.
5.      Jumlah jahitan dan simpul jahitan diusahakan seminimal mungkin.
6.      Hati-hati agar jahitan tidak menembus rektum.
7.      Untuk mencegah kerusaakan jaringan dipakai jarum atraumatik.

2.8       Cara mengurangi rasa nyeri dan membantu mempercepat penyembuhan
1.      Gunakan krim dan semprotan anestesi lokal yang disarankan dokter.
2.      Jaga area genital tetap kering dan bersih dengan cara dicuci, dan mengganti pembalut wanita sesering mungkin.
3.      Bilas dengan kapas beralkohol sehabis buang air kecil/besar untuk mencegah infeksi dan mempercepat penyembuhan.
4.      Mandi air hangat.
5.      Duduk di atas bantal, atau “bantal donatᾀ yang dibuat untuk penderita wasir.
6.      Kompres area tersebut dengan es segera setelah melahirkan.
7.      Jangan sekali-kali dikompres es atau air panas apabila area genital kebal oleh semprotan atau krim anestesi lokal—anda tak bisa merasakan apa-apa bilamana suhunya terlalu ekstrim.

2.9       Komplikasi
Komplikasi episiotomi antara lain:
1)      Luka sayatan
2)      Robekan pada serviks uteri dan dinding vagina.
3)      Timbul jaringan perut.

BAB III
PENUTUP
3.1                   Kesimpulan
Anestasi local, prinsip penjahitan perineum Episiotomi adalah suatu tindakan operatif berupa sayatan pada perineum meliputi selaput lendir vagina, cincin selaput dara, jaringan pada septum rektovaginal, otot-otot dan fascia perineum dan kulit depan perineum. Episiotomi adalah pengguntingan jaringan yang terletak di antara lubang kemaluan (vagina) dan lubang pelepasan (anus).
3.2                   Saran
Dalam makalah ini , diharapkan kepada mahasiswa mampu menerapkan dan memahami tentang anastesi lokal dan prinsip penjahitan perineum .














DAFTAR PUSTAKA
Indrayani, Dkk. 2013. Asuhan Persalinan Dan Bayi Baru Lahir. Jakarta: Tim
Rukiyah Ai Yeyeh,Dkk. 2011. Asuhan Kebidanan II (Persalinan). Jakarta:Tim
Sujiyatini, dkk. 2011. Asuhan kebidanan II (persalinan). Yogyakarta. Romiha press
http://delimaekaprastiyani.blogspot.com/2013/10/perubahan-psikologis-pada-ibu-bersalin_8518.html

Tidak ada komentar: