BOUNDING ATTACHMENT
Oleh,
Selina Novela
Ajirna Wati
Chyntia Ervina
Cut Ayu Lestari
Ida Susanti
Nurjannah
RizkiAzmi
Akademi Kebidanan Muhammadiyah
Banda Aceh
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun
panjatkan kepada Allah swt yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya
sehingga penyusun dapat menyelesaikan hasil diskusi kelompok kami yang judul
makalah ini adalah ” Bounding Attachment ”.
Dibuat dengan tujuan sebagai bahan kajian perkuliahan yang dipresentasikan pada
Mata Kuliah Konsep Kebidanan Akademi Kebidanan Muhammadiyah Banda Aceh.
Kesempurnaan
tentunya masih jauh bila dilihat dari isi makalah ini, sebab sangat sederhana
bila dikategorikan sebagai suatu karya tulis yang berkehendak meneliti suatu
kebenaran. Namun penulis mengharapkan pembaca dapat memperoleh manfaat yang
sebesar-besarnya dari kehadiran karya ini. Sebagai sebuah karya yang mengkaji
persoalan Konsep Kebidanan dengan demikian diperlukan referensi-referensi lain
dalam bidang yang dibahas di dalam karya tulis ini.
Makalah
ini berhasil diselesaikan berkat
kerjasama
serta adanya bimbingan dan arahan dari dosen pembimbing mata kuliah yaitu “ Cut Sriyanti, SST, M. Keb “,
terima kasih kami ucapkan kepada dosen pembimbing
yang telah menyarankan penyusun dalam pembuatan makalah.
Banda
Aceh, 10 Oktober 2014
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGATAR ......................................................................................... i
DAFTAR ISI....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................... 2
1.3 Tujuan..................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................... 3
2.1 Pengertian Bounding
Attachment............................................................ 3
2.2 Tahap –
Tahap Bounding Attachment..................................................... 4
2.3 Elemen –
Elemen Bounding Attachment................................................. 4
2.4 Prinsip –
Prinsip dan Upaya Meningkatkan Bounding Attachment........ 6
2.5 Manfaat
Bounding Attachment............................................................... 7
2.6 Hambatan
Bounding Attachment............................................................ 8
BAB III PENUTUP............................................................................................ 9
3.1 Kesimpulan................................................................................................ 9
3.2 Saran ......................................................................................................... 9
DAFTAR
PUSTAKA......................................................................................... 10
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Kelahiran adalah sebuah momen yang
dapat membentuk suatu ikatan antara ibu dan bayinya. Saat bayi dilahirkan
adalah saat yang menakjubkan bagi seorang ibu, terutama ketika ia dapat
melihat, memegang dan memberikan ASI pada bayinya untuk pertama kali.masa
tersebut juga merupakan masa tenang setelah melahirkan. Karena ibu sudah merasa
rileks, sehingga memberikan peluang ideal untuk melalui pembentukan ikatan
batin.
Seorang bayi yang baru lahir
mempunyai kemampuan yang banyak, misalnya mencium, merasa,mendengar dan
melihat. Kulit mereka sangat sensitif terhadap suhu dan sentuhan.selain
itu,selama satu jam pertama setelah melahirkan, mereka sangat waspada dan siap
untuk mempelajari dunia baru mereka. Jika tidak ada komplikasi yang serius,
maka setelah lahir, maka bayi dapat
langsung diletakkan di atas perut ibu. Kontak segera ini sangat bermanfaat,
baik bagi ibu maupun bayinya karena kontak kulit sangat membantu bayi tetap hangat.
Ikatan antara ibu dan bayi telah
terjadi sejak masa kehamilan, dan saat persalinan ikatan itu akan semakin kuat.
Bidan sebagai tenaga kesehatan dapat memfasilitasi prilaku ikatan awal ini
dengan cara menyediakan sebuah lingkungan yang mendukung,sehingga kontak dan
interaksi yang baik dari orang tua kepada anak dapat terjadi.
1.2
Rumusan Masalah
1. Apa
pengertian Bounding Attachment ?
2. Apa
saja tahap – tahap Bounding Attachment ?
3. Apa
saja elemen – elemen Bounding Attachment ?
4. Apa
saja prinsip dan upaya untuk meningkatkan Bounding Attachment ?
1.3
Tujuan
1. Untuk
mengetahui apa itu Bounding Attachment
2. Untuk
untuk mengetahui elemen – elemen dalam Bounding Attachment
3. Untuk
mengetahui hambatan Bounding Attachment
4. Untuk
mengetahui tahap – tahap dari Bounding Attachment
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Bounding Attachment
Bonding
Attachment terjadi pada kala lV, ketika terjadi kontak antara ibu - ayah -anak
yang berada dalam ikatan kasih. Menurut Brazelton (1978), Bonding merupakan
suatu keterkaitan mutual pertama antar individu
pertemuan pertama kali antara orang tua dan anak. Sementara itu,
Attachment adalah suatu prasaan menyayangi atau loyalita yang menggikat
individu dengan individu lain.
Menurut Nelson dan May (1996), Attachment merupakan ikatan antara individu
meliputi pencurahan perhatian serta
adanya hubungan emosi dan fisik yang akrab. Bonding attachment bersifat
unik, spesifik, dan bertahan lama karena
ikatan antara orang tua dan anak dapat terus berlanjut bahkan walau selamanya
kalau dipisah kan oleh jarak dan waktu serta tanda-tanda keberadaan secara
fisik tidak terlihat ( Klaus dan Kenell, 1982).
Menurut Sexton dan Pelikan (1996) Bonding adalah suatu langkah untuk
mengungkapkan perasaan afeksi ( kasih sayang) oleh ibu kepada bayinya segera setelah lahir
dan attachment adalah intraksi antara ibu dan bayi secara spesifik sepanjang
waktu. Sementara itu, Maternal Neonatal Health mendefenisikannya sebagai kontak
dini secara langsung antra ibu dan bayi setelah proses persalinan, mulai dari
kala lll sampai dengan pospartuim.
Menurut Mercer (1996) prakondisi yang memengaruhi ikatan
adalah sebagai berikut
1.
Kesehatan emosional orang tua
2.
Sistem dukungan yang meliputi pasangan
hidup, teman dan keluarga.
3.
Suatu tingkat ketrampilan dalam
berkomunikasi dan dalam memberi asuhan yang
kompeten.
4.
Kedekatan orang tua dengan bayi.
5.
Kecocokan antara orang tua dan bayi ( termasuk
keadan, temperamen dan jenis kelamin).
2.2 Tahap – tahap Bounding Attachment
Berikut ini
adalah tahap-tahap terjadinya ikatan batin ( Bonding Attachmen) antara orang
tua dan bayi :
1. Perkenalan
(acquaaintance),dengan melakukan kontak mata,menyentuh, berbicara,dan mengekplorasi segera setelah
mengenal banyinya.Menurut Klaus,Kennel(1982), perkenalan ini merupakan bagian
penting dari terbentuknya sebuah ikatan.
2. Bonding
( keterikatan ).
3. Attachmen,perasaan
sayang yang mengikat individu dengan individu lain.
2.3 Elemen – Elemen Bounding Attachment
1.
Sentuhan
Sentuhan atau indra
peraba, dipakai secara ekstensif oleh orang tua dan pengasuh lain sebagai suatu
sarana untuk mengenali bayi baru lahir dengan cara mengeksplorasi tubuh bayi
dengan ujung jarinya. Penelitian telah menemukan suatu pola sentuhan yang
hampir sama, yakni pengasuh mulai mengeksplorasi jari tanggan kebagian kepala dan tungkai
kaki. Tidak lama kemudian pengasuh memakai telapak tangannya untuk mengelus badan badan bayi dan
akhirnya memeluk dengan tangannya (Rubin, 1963; Klaus, Kennell, 1982; dan
tulman, 1985 ). Gerakan ini dipakai untuk menenangkan bayi.
2.
Kontak
Mata
Ketika bayi bayi baru
lahir mampu secara fungsionalmempertahan kan kontak mata, orang tua dan bayi
akan menggunakan lebih banyak waktu
untuk saling memandang. Beberapa
ibu mengatakan kontak mata mereka merasa lebih dekat dengan bayinya (klaus dan
kennelli, 1982)
3.
Suara
Saling mendegar dan
merespons suara antara orang tua dan bayinya juga penting dilakukan. Orang tua
menunggu tangisan pertama bayinya dengan tegang. Sementara itu, bayi akan jadi
tenang dan berpaling ke arah orang tua mereka saat saat orang tua mereka
berbicara dengan suara bernada tinggi.
4.
Aroma
Prilaku lain yang
terjalin antara orang tua dan bayinya ialah respon terhadap aroma/bau
masing-masing. Ibu mengatahui bahwa siapa anak yang memiliki aroma yang unik (
porter, cernoch,perry, 1985). Sementara itu, bayi belajar dengan cepat untuk
membedakan aroma ibunya ( Stainto, 1985).
5.
Hiburan
( Entertaiment)
Bayi baru lahir
bergerak-gerak sesuai dengan struktur pembicaraan orang dewasa. Mereka
menggoyangkan tangan, mengangkat kepala, menendang –nendang kaki, seperti
sedang berdangsa mengikuti nada suara orang tuanya. Hiburan terjadi saat anak
berbicara. Irama ini berfungsi memberi umpan balik positif kepada orang tua dan
mengangkat suatu pola komunikasi efektif yang positif.
6.
Bioritme.
Anak yang baru lahir
atau yanng belum lahir dapat dikatakan dengan ritme tugas ibunya. Untuk itu, salah satu tugas bayi baru lahir ialah membantu ritme
personal ( bioritme). Orang tua dapat membantu proses ini dengan memberi kasih
sayang yang konsisten dengan memamfaat kan waktu saat bayi mengembangkan
prilaku yang positif. Hal ini dapat meningkatkan intraksi sosial dan kesempatan
bayi untuk belajar.
7.
Kontak
Dini.
Saat ini tidak ada
bukti- bukti alamiah yang menujukkan bahwa kontak dini setelah lahir merupakan
hal yang penting untuk hubungan orang
dan anak. Namun menurut Klaus dan kennel (1982), ada beberapa keuntungan
biologis yang dapat di peroleh dari kontak dini yaitu sebagai berikut :
a.
Kadar oksitosin dan prolaktin yang
meningkat
b.
Refleks mengisap dilakukan sedini
mungkin
c.
Pembentukan kekebalan aktif dimulai.
d.
Mempercepat proses ikatan antar orng tua
dan anak.
2.4 Prinsip –Prinsip dan Upaya Meningkatkan
Bounding Attachment
Prinsip- prinsip dan upaya
Meningkatkan Bonding attachment
1. Bonding
attachment dilakukan di menit pertama dan jam pertama.
2. Orang
tua merupakan orang pertama yang menyentuh bayi pertama kali.
3. Adanya
ikatan yang baik dan sistematis berupa kedekatan orang tua ke anak.
4. Orang
tua ikut terlibat dalam proses persalinan.
5. Persiapan
(perinatal cere- pnc) sebelumnya.
6. Cepat
melakukan proses adaptasi.
7. Kontak
sedini.mungkin dapat memberi kehagatan pada bayi, merupakan rasa sakit ibu,serta
memberi rasa nyaman.
8. Tersedia
fasilitas untuk kontak lebih lama.
9. Penekanan
pada hal-hal positif.
10. Adanya
perawat maternitas khusus(bidan) .
11. Libatkan
angota kelurga lainnya.
12. Pemberian
informasi bertahap mengenai Bonding attachment.
Dampak positif yang dapat diperoleh
dari Bonding Attachment adalah bayi merasa di cintai,
diperhatikan,dipercayai,merasa aman, serta berani mengadakan eksplorasi .
selain itu dapat menumbuhkan sikap sosial. Hambatan yang bisa ditemui dalam
melakukan Bonding attachment adalah kurangnya sistem dukungan (Support
system),ibu dan bayi beresiko , serta kehadiran bayi yang tidak di ingin kan.
Dengan tambahan Bonding attachment, maka perkembangan tingkah laku anak akan
terhambat,dan sebaliknya akan tumbuh sikap-sikap yang tidak menguntungkan
seperti tingkah laku steriotip , sosial abnormal, kemunduran kemampuan
(motorik,kognitif, dan verbal), serta bersikap apatis.
2.5 Manfaat Bounding Attachment
Adapun manfaat dari implementasi teori bounding
attachment jika dilakukan secara baik yaitu :
1. Bayi
merasa di cintai, diperhatikan, mempercayai, menumbuhkan sikap social
2. Bayi merasa aman, berani mengadakan eksplorasi
3.
Akan sangat berpengaruh positif pada pola perilaku dan kondisi
psikologis bayi kelak
2.6 Hambatan Bounding Attachment
Sesuatu yang prosesnya
tidak sealur dengan tujuan dari Bounding Attachment dan dapat dikatakan sebagai
penghambat dalam Bounding Attachment adalah :
1. Kurangnya support sistem
2. Ibu dengan resiko ( ibu sakit )
3.
Bayi dengan resiko ( bayi premature, bayi sakit, bayi dengan cacat fisik
)
4.
kehadiran bayi yang tidak diinginkan
2.6 RAWAT GABUNG
Rawat gabung adalah satu cara perawatan ibu dan bayi yang
baru di lahirkan tidak di pisah kan, melainkan ditempatkan dalam sebuah ruang,
kamar atau tempat bersama-sama 24 jam penuh dalam seharian nya. Dengan kata
lain, rawat gabung, adalah suatu sistem perawatan ibu dan bayi bersama-sama
atau pada tempat yang berdekatan sehingga memungkinkan sewaktu-waktu atau
setiap saat ibu tersebut dapat menyusui bayinya. Menurut sifatnya rawat gabung
di bedakan menjadi dua, yaitu rawat gabung kontinu yaitu bayi berada di samping
ibu terus menerus, serta rawat gabung intermiten, pada saat bayi akan menetek
saja.
Tujuan rawat
gabung secara umum adalah membina hubungan emosional antara ibu dan bayi,
meningkatkan penggunaan air susu ibu (ASI), pencegahan infeksi dan pendidikan
kesehatan bagi ibu.
Dengan rawat
gabung, ibu dapat menyusui bayinya sedini mungkin, kapam saja dimana saja bayi
membutuhkan nya. Ibu dapat melihat dan memehami cara perawatan bayi secara
benar yang dilakukan oleh petugas, ibu mempunyai pengalaman dalam perawatan
bayinya sendiri selagi ibu masih di rumah sakit, dapat melibatkan suami secara
aktif untuk membantu dalam menyusui bayinya secara baik dan benar, ibu
mendapatkan kehangatan emosional atau batin karena selalu kontak dengan
bayinya.
Syarat bayi baru
lahir bisa di lakukan rawat gabung, antara lain bayi lahir spontan, bayi
presentasi, kepala, maupun bokong. Apalagi bayi lahir dengan tindakan, maka
rawat gabung dilakukan setelah bayi cukup sehat, refleksi menghisap bayi, tidak
ada tanda-tanda infeksi dan lain-lain. Apalagi bayi lahir secara seksio sesaria
dengan spembiusan umum, rawat
gabung di lakukan setelah ibu sadar dan bayi tidah mengantuk, 4-6 jam setelah
operasi selesai. Syarat lain agar bayi baru lahir bisa rawat gabung, adalah
bayi tidak asfiksia setelah 5 menit pertama ( nilai APGAR lebih dari 7 ), umur
kehamilan lebih dari atau sama dengan 37 minggu, berat lahir lebih dari atau
sama dengan 2500 gr, tidak terdapat infeksi intra partum, bayi dan ibu dalam
keadaan sehat.
Rawat gabung
tidak di perbolehkan pada bayi yang sangat premature, bayi dengan berat lahir
kurang dari 2000 gr, bayi dengan seksis, bayi dengan gangguan nafas, bayi
dengan cacat bawaan berat atau ibu dengan infeksi berat (antara lain
tubercolosis,seksis).
Bayi baru lahir
tidak boleh di lakukan rawat gabung, apabila keadaan ibu atau keadaan bayi
tidak memungkinkan. Kontra indikasi rawat gabung dari keadaan ibu, antara lain
status kardiorespirasi tidak normal (ibu dengan decompensatio cordis tingkat
III di anjurkan untuk menyusui ), pascaeklamsi kesadaran belum baik, infeksi
atau( tubercolosis aktif), Hepatitis, HIV / AIDS, citomegalovirus (CMV),Herpes,
Kanker payudara dan psikosis. Kontra indikasi rawat gabung dari keadaan bayi,
antara lain bayi kejang / kesadaran menurun, penyakit jantung/paru berat, bayi
yang memerlukan perawatan khusus/ pengawasan intensif serta bayi dengan cacat bawaan tidak mampu menetek.
Pelaksanan rawat
gabung, bisa dilakukan di poliklinik kebidanan, di ruang bersalin, di ruang perawatan serta di poli klinik
anak.Kegiatan rawat gabung bisa dimulai sejak ibu memeriksakan kehamilan di
poliklinik kebidanan, antara lain kegiatan penyuluhan, pemutaran filem di
ruangan khusus, konsultasi kesehatan ibu dan bayi. Kegiatan rawat gabung di
ruang bersalin bisa dilakukan apabila bayi memenuhi beberapa kriteria berikut
ini: nilai APGAR lebih 7, berat badan lahir 2500-4000 gram, usia kehamilan 37
sampai dengan 42 minggu, bayi lahir spontan, tidak ada infeksi intrapartum, ibu
sehat, tidak ada komplikasi persalinan pada ibu dan bayi, tidak ada kelainan
bawaan berat. Kegiatan rawat gabung di ruang bersalin, antara lain dalam
setengah jam setelah lahir bayi segera disusu kan, ibu diberikan penyuluhan
tentang asi dan rawat gabung, persiapan ibu dan bayi ke ruang perawatan.
Kegiatan rawat
gabung di ruang perawatan, yakni meletakkan bayi dalam boks bayi di samping
tempat tidur ibu, mengawasi keadan umum bayi, catat dalam status. Bayi boleh me
netek setiap kali, tidak boleh di beri susu botol, jika ada indikasi medis
pemberian susu formula, berikan dengan pipet, sendok, cangkir atau naso gastrik
tube(NGT), memantou ibu meneteki bayi, penyuluhan sebelum ibu dan bayi pulang.
Kegiatan rawat gabung di poli klinik anak, yakni menimbang berat badan,
memeriksa payudara dan proses laktasi, mengkaji makanan bayi, memeriksa keadaan
asi, penyuluhan makanan dan perawatan bayi, memberikan jadwal makanan bayi,
pemeriksaan bayi oleh dokter serta memberikan imunisasi sesuai jadwal.
Model pegaturan
ruangan untuk mendukung kegiatan rawat gabung, antaralain satu kamar untuk satu
ibu dan satu bayi, satu kamar untuk empat sampai lima ibu dan kamar disebelah
untuk bayi . bayi bisa ditarik oleh ibu tanpa ibu keluar kamar, beberapa ibu
dalam satu kamar, bayi di kamar lain yang di sekat dengan kaca, ibu dan bayi
pada satu tempat tidur, boks, bayi di samping tempat tidur ibu.
Rawat gabung
memberikan banyak manfaat bagi ibu dan bayi. Manfaat rawat gabung dan aspek
fisik, antara lain mengurangi kemungkinan infeksi silang dari pasien lain atau
petugas, dengan menyusui colostrum dapat memberikan kekebalan, ibu dapat dengan
mudah mengetahui perubahan-perubahan yang terjadi pada bayinya karna setiap
saat dapat melihat bayinya. Manfaat aspek psikologis, antara lain bayi banyak
mendapatkan nutrisi secara fisiologis dan membantu proses infolusi uterus.
Manfaat dari aspek psikologis, adalah terjalin proses lekat akibat sentuhan
badaniah antara ibu dan bayinya, bayi merasa aman dan terlindungi. Manfaat dari
aspek edukatif, ibu mempunyai pendidikan dan pengalaman yang berguna sehingga
mampu menyusui dan merawat bayinya. Manfaat dari aspek ekonomi adalah adanya
penghematan untuk pembelian susu buatan. Manfaat dari aspek medis menurut kan
terjadinya infeksi nosokomial menurunkan angka mortalitas dan mobilitas.
Keuntungan dari
kegiatan rawat gabung, antara lain menggalakkan pemakaian ASI, hubungan
emosional ibu dan bayi nya lebih dini dan dekat, ibu dapat segera melaporkan
keadaan aneh pada bayinya, mengurangi ketegantungan ibu pada petugas dan
meningkatkan percaya diri, ibu bisa belajar merawat bayi, ibu dapat bertukar
pengalaman dengan ibu lain, resiko infeksi silang dan nosokomial berkurang, beban
perawatan terutama, pengawasan berkurang, sehingga petugas bisa melakukan
kegiatan lain.
Kerugian dari
kegiatan rawat gabung, antara lain memungkinkan ibu kurang istirahat, bisa
salah memberikan makanan kepada bayi karna pengaruh orang lain, pada ibu yang
kurang menjaga kebersihan diri, bayi dan ibu akan mudah sakit, bayi dapat
terkena infeksi dari pengunjung, serta kadang ada hambatan teknis dan fasilitas
dalam pelaksanaan.
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Bounding Attachment merupakan proses
dimana sebagai hasil dari suatu interaksi terus-menerus antara bayi dan orang
tua yang bersifat saling mencintai memberikan keduanya pemenuhan emosional dan
saling membutuhkan. Bounding Attachment sangat diperlukan untuk bayi dan ibu
terutama bagi ibu primipari. Bagi ibu primipari akan banyak mendapatkan
pengalaman dan perubahan yang dialami sangat banyak setelah melahirkan karena
adanya pergantian peran dari seorang ibu yang dulunya belum pernah memiliki
anak dan tidak tahu cara merawat anak, sekarang sudah berganti peran dan mau
tidak mau ibu harus dapat mengambil peran antaralain merawat bayi, member ASI
dan masih banyak lagi peran yang berubah setelah melahirkan.
3.2
Saran
Masih banyak sekali
bidan atau tenaga kesehatan yag belum melakukan hal ini begitu bayi lahir.
Banyak yang melakukan inisiasi menyusui
dini namun hanya sebentar saja. Bayi langsung dibawa ke ruang bayi tanpa
mendapatkan kontak dengan ibunya secara maksimal.
DAFTAR
PUSTAKA
Rukiyah Ai Yeyeh,dkk.Asuhan
Neonatus Bayi dan Anak Balita.2010.Jakarta.CV.Trans
Info Media.
Muslihatun Nur Wafi.Asuhan
Neonatus Bayi Dan Balita.2011.Yogyakarta.
Fitramay Hidayat,
AAA, 2005, pengantar ilmu keperawatan anak 1, Salemba Medika,
Jakarta.
Johnson,
R dan Taylor, W, Alih Bahasa Suharyati Samba, 2005, Buku Ajar Praktik
Kebidanan,
EGC, Jakarta.
Ladewig,
PW., London, ML., Olds, SB., Alih Bahasa
Salmiyatun, 2006, Asuhan
Keperawatan
Ibu-Bayi Baru Lahir, EGC, Jakarta.
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar