Label

Kamis, 25 Desember 2014

PEMERIKSAAN KEHAMILAN

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pemeriksaan kehamilan
Pemeriksaan kehamilan merupakan salah satu tahapan penting  menuju kehamilan yang sehat,boleh dikatakan pemeriksaaan kehamilan merupakan hal yang wajib dilakukan oleh para ibu hamil.
Pemeriksaan kehamilan dapat di lakukan melalui dokter kandungan atau bidan dengan minimal pemeriksaan 4 kali selama kehamilan trismester pertama,kedua dan dua kali pada kehamilan trismester ketiga,itupun jika kehamilan normal.namun ada baiknya pemeriksaan kehamilan dilakukan sebulan sekali hingga usia 6 bulan,sebulan 2 kali pada usia 7-8 bulan dan seminggu sekali ketika usia kandungan menginjak  9 bulan.
Pemeriksaan kehamilan dilakukan karena dilakukan monitoring secara menyeluruh baik menegenai kondisi ibu maupun janin yang sedang dikandung nya.dengan pemeriksaan kehamilan kita dapat  mengetahui perkembangan kehamilan,tingkat kesehatan kandungan,kondisi janin,dan bahkan penyakit atau kelainan pada  kandungan yang diharapkan dapat dilakukan penanganan secara dini.
2.2 Hal yang dilakukan dalam pemeriksaan kehamilan
A. Pemeriksaan berat badan
Pemeriksaan berat badan dilakukan setiap kali ibu hamil memeriksakan kandungan nya,hal ini dilakukan untuk mengetahui perkembangan berat badan yang dialami termasuk normal atau tidak.pertambahan berat badan yang normal akan sangat baik bagi ibu dan janin.sebaliknya,jika bertamabh yang dialami tidak normal,akan menimbulkan resiko pada ibu dan janin.bagi ibu hamil yang mengalami pertambahan berat badan yang tidak normal,dokter atau bidan akan memberikan saran yang sebaiknya dilakukan agar ibu hamil memperoleh pertambahan berat badan yang normal.
B. Pemeriksaan tinggi badan
Pemeriksaan tinggi badan juga dilakukan saat pertama kali ibu melakukan pemeriksaan.pengukuran tinggi badan ini untuk mengetaui ukuran panggul si ibu.mengetahui ukuran panggul si ibu sangat penting untuk mengetahui apakah persalinan dapat dilakukan  secara normal atau tidak.karena jika tinggi badan ibu terlalu pendek maka dikhawatirkan proses persalinan tidak dapat dilakukan secara normal.
C. Pemeriksaan urin
Pemeriksaan ini dilakukan untuk memastikan kehamilan.selain itu juga untuk mengetahui fungsi ginjal ibu hamil,ada tidaknya protein dalam urin mengarah pada pre-eklamsia.dan kadar gula pada ibu hamil mengalami diabetes meletus atau tidak.
D. Pemeriksaan detak jantung
Pemeriksaan ini penting untuk mengetahui kondisi janin sehat atau baik.pemeriksaan detak jantung ini biasanya menggunakan tenknik doopler sehingga ibu hamil dapat mendengarkan detak janin yang dikandungan nya.
E. Pemeriksaan dalam
Dilakukan untuk mengetahui ada tidaknya kehamilan,memeriksa apakah terdapat tumor,memeriksa kondisi abnormal di dalam rongga panggulmmendiagnosa ada nya bisul atau erosi pada mulut rahim,melakukan pengambilan lender mulut rahim (papsmeer),mengetahui ada tidak nya penyakit kehamilan,mengetahui letak janin,dan untuk mengetahuiukuran ronggal panggul sebagai jalan lahir bayi.biasanya pemeriksaan ini dilakukan awal kehamilan.
F. Pemeriksaan perut
Untuk melihat posisi atas rahim,mengukur pertumbuhan janin,dan mengetahui posisi janin.pemeriksaan ini harus dilakukan secara rutin setiap kali dilakukan pemriksaan dengan dokter kandungan atau bidan.
G. Pemeriksaan kaki
Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat ada atau tidak nya odema dan kemungkinan varises.pembengkakan yang terjadi di minggu-minggu akhir kehamilan adalah normal,namun pembengkakan yang berlebihan menandakan pre-eklamsia.
H. Pemeriksaan darah
Pemeriksaan ini  bertujuan untuk mengetahui keadaan kesehatan umum ibu hamil.dilakukan dengan cara AFP(alpha fetoprotein).pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui kemungkinan gangguan saluran saraf tulang belakang dan akan mendeteksi keadaan otak janin.kadar AFP yang rendah menunjukan adanya donw syndrome pada janin.biasanya pemeriksaan AFP dilakukan pada usia kehamilan 15-20 minggu.
I.                   Uji torch
Untuk mengetahui ada tidaknya infeksi parasit seperti torch di dalam tubuh ibu hamil.infeksi torch biasanya menyebabkan bayi  terlahir dengan kondisi cacat atau mengalami kematian.
Pemeriksaan torch dilakukan dengan menganalisis kadar imunoglobin G (igB) dan imunoglobin M (igM)dalam serum darah ibu hamil.kedua zat ini termasuk ke dalam system kekebalan tubuh.jika ada zat asing atau kuman yang menginfeksi tubuh,maka tubuh akan memproduksi igG dan igM untuk melindungi tubuh.banyak sedikitnya igG dan igM dalam serum darah mengindikasikan ada tidaknya infeksi serta besar kecilnya infeksi.jika hasil igG negative  berarti infeksi yang terjadi pada masa lalu dan kin sudah aktif lagi.jika hasil igM positif,berarti infeksi masih berlansung aktif dan ibu hamil memerlukan pengobatan agar janin dalam kandungan yang terinfeksi dapat segerah ditangani sehingga infeksi tidak semakin buruk.

J. Tujuan pemeriksaan kehamilan
Tujuan pemeriksaan kehamilan adalah untuk mengetahui  dan mencegah sedini mungkin kelainan yang dapat timbul,meningkatkan dan menjaga kondisi badan ibu dalam menghadapi kehamilan,persalinan dan menyusui serta menanamkan pengertian pada ibu tentang pentingnya penyuluhan yang diperlukan wanita hamil.

2.3Pemeriksaan secara inpeksi
a.pengertian
pemeriksaan secara inpeksi merupakan pemeriksaan pasien dengan cara melihat lansung dengan mata seluruh tubuh klien atau hanya bagian tertentu yang diperlukan.inspeksi adalah mengamati dengan seksama dengan menggunakan “sense of sign”termasuk dengan melihat mata telanjangdan menggunakan alat penerang.inspeksi dimulai sejak bertemu klien dan berlanjut saimana bidan bidan/klien berakhir.inspeksi merupakan kegiatan aktif suatu proses dimana bidan harus tahu apa yang dilihat ?dan dimana ?
inspeksi selallu mendahului pemeriksaan yang lain.inspeksi digunakan untuk mengkaji warna,skars,bentuk tubuh,ekspresi wajah dan struktur tubuh.
Inspeksi adalah cara pemeriksaan dengan melihat bagian-bagian tubuh dengan menggunakan pendekatan sistematis ( swartz,1995).pemeriksaan ini dilaksanakan pada ibu hamil,pemeriksaan harus melatih mata agar sensitive melihat perubahan-perubahan pada organ tubuh ibu sehingga bisa membedakan kondisi organ tubuh yang normal dan tidak normal.secara umum,pemeriksaan pada ibu hamil bertujuan mengetahui adanya perubahan yang patologis pada organ tubuh sehingga bisa diprediksi kondisi status awal kesehatan ibu yang dapat menyebabkan resiko terhadap janin yang dikandung nya.
b. Tujuan pemeriksaan inspeksi
Pemeriksaaninspeksi  pada ibu hamil bertujuan mengetahui adanya perubahan yang patologis pada organ tubuh sehingga bisa diprediksi kondisi status awal kesehatan ibu yang dapat menyebabkan resiko terhadap janin yang dikandung nya.
c. Langkah kerja pemeriksaan inspeksi
Langkah kerja :
·           Atur pencahayaan yang cukup
·           Atur suhu dan suasana ruangan nyaman
·           Posisi pemeriksa sebelah kanan pasien
·           Buka bagian yang diperiksa
·           Perhatikan kesan pertama pasien : perilaku, ekspresi, penanmpilan umum, pakainan, postur tubuh, dan gerakan dengan waktu cukup.
·           Lakukan inspeksi secara sistematis, bila perlu bandingkan bagian sisi tubuh pasien.

2.4 Palpasi
a.pengertian
pemeriksaan secara palpasi merupakan pemeriksaan klien dengan cara meraba dengan telapak punggung tangan pemeriksa untuk menegetahui  misalnya kulit,nadi,kuku,dll.
b. Tujuan pemeriksaan palpasi
Tujuan pemeriksaan :
Mengetahui bagian-bagian janin yang berada pada bagian samping kanan dan samping kiri uterus.
Palpasi secara leopold
c. Pemeriksaan palpasi dengan teknik leopold
 1. Mengaplikasikan konsep teori palpasi Teknik Leopold
Salah satu jenis pemeriksaan menggunakan sensasi taktil untuk menentukan cirri-ciri satu organ (Lukmanto dkk., 2006). Palpasi juga disebut periksa raba. Periksa raba abdomen pada wanita hamil dilakukan pada usia kehamilan 36 minggu untuk kehamilan normal dengan alasan pada usia kehamilan tersebut, janin sudah tumbuh optimal sehingga memenuhi seluruh rongga rahim. Organ-organ tubuh bayi sudah simetris, kepala sudah tumbuh dalam ukuran optimal dan merupakan bagian terberat dari seluruh organ tubuhnya. Dengan demikian, menurut hukum gravitasi bumi, benda yang terberat akan mencari posisi paling bawah. Pada saat ini kepala mulai turun masuk ke pintu atas panggul dan posisi janin sudah menetap di dalam rongga uterus sehingga tidak memungkinkan berubah posisi. Pemeriksaan dengan palpasi  sebelum 36 minggu tidak dilakukan karena letak, posisi, dan presentasi janin masih berubah-ubah. Selain itu, setiap pemeriksaan palpasi yang kita lakukan,  janin dalam kandungan  akan terganggu walaupun pemeriksaan sudah dilakukan secara cermat dan berhati-hati. Palpasi pada usia kehamilan 28 minggu dilakukan bila pada pemeriksaan McDonald, ditemukan tinggi fudus uteri lebih tinggi dari seharusnya.

 2.   Memenuhi tujuan dan  teknik palpasi Leopold
Tujuan pemeriksaan dengan teknik palpasi Leopold adalah mengetahui letak janin dan sebagai bahan pertimbangan dalam memperkirakan usia kehamilan. Secara terperinci tujuan palpasi Leopold untuk setiap langkah pemeriksaan adalah sebagai berikut :
Teknik Pemeriksaan Palpasi  Leopold I
Tujuan pemeriksaan :
a.       Mengetahui  tinggi fundus uterus untuk mempekirakn usia kehamilan.
b.      Menentukan bagian-bagian janin yang berbeda di fundus uteri.

Cara pemeriksaan :
      Sebelum diperiksa, ibu hamil dipersiapkan antara lain diberi tahumaksud dantujuan pemeriksaan. Pakaian dalam yang menghalangi pemeriksaan dibuka, pakaian luar dilonggarkan, dan bila ketat diganti dengan pakaian longgar untuk mempermudah pemeriksaan.Ibu hamil diperiksa dalam keadaan tidur terlentang, kedua lutut agak ditekuk. Pemeriksaan di seblah kanan ibu dengan posisi kaki kiri di depan dan kakin kanan di belakang menghadap ke wajah ibu.
       Suhu tangan pemeriksa disesuaikan dengan tangan ibu supaya uterus tidak berkontraksi saat dilakukan  palpasi dengan jalan : Bila cuaca dingin pemeriksa mencuci tangan dengan menggunakan air hangat, atau setelah mencuci tangan kedua telapak tangan dogosok-gosokan sampai terasa hangat.
      Mulai pemeriksaan dengan mendorong fundus uteri ke bagian tengah menggunakan tangan kiri, kemudian ditahan dengan tangan kanan dengan menggunakan jari-jari tangan kiri , tinggi fudus uteri diukur dari prosesus xifoideus sampai pusat . Akan diperoleh tinggi fudus uteri berapa jari berapa di bawah prosesus xifoideus. Bila fudus uteri mendekati  pusat,  tangan kiri pemeriksa menahan fudus uteri, tangan kanan mengukur tinggi fudus uteri mulai dari pusat. Berdasarkan pengukuran dari pemeriksaan palpasi diperkirakan usia kehamilan disesuaikan pula dengan hasil anamnesis hari pertama hair terakhir.
      Setelah tinggi fudus uteri diukur, dilanjutkan meraba bagian-bagian janin yang berada pada fudus uteri menggunakan tangan kanan dan tangan kiri secara bergantian.Bila meraba dengan tangan kanan, tangan kiri menahan, demikian sebaliknya.Bila teraba bagian yang bulat, keras, dan bila ditekan terasa lentingan, merupakan pertanda dari kepala janin.Bila kepala janin berada pada fudus uteri, janin adalah persentasi bokong.
      Bila bagian yang besar,bulat, lunak dan tidak ditekan tidak terasa lentingan, merupakan pertanda dari bokong janin. Bila bokong janin berada pada fudus uteri berarti janin presentasi kepala.Bila teraba bagian yang datar melebar adalah pertanda dari punggung janin.Bila punggung berada pada fudus uteri, berarti posisi janin melintan.Bila teraba bagian yang berbenjol-benjol kecil-kecil merupakan pertanda dari bagian-bagian kecil janin, seperti tangan dan kaki.Bila bagian-bagian kecil janin berada pada fundus uteri berarti janin juga posisinya melintang.
      Bila pada pemeriksaan palpasi dengan teknik Leopold I kita menemukan dua bagian besar janin, fudus uteri itu merupakan pertanda dari kehamilan  ganda/kembar. Misalnya, dua bagian yang bulat dank eras atau satu bagian yang bulat dank eras, dan satu bagian yang besar dan lunak, dan biasanya disertai dengan tinggi fudus uteri lebih tinggi dari usia kehamilan apabila diperhitungkan    berdasarkan     hari      pertama           haid     terakhir

Teknik Pemeriksaan Palpasi Leopold II
Tujuan pemeriksaan :
Mengetahui bagian-bagian janin yang berada pada bagian samping kanan dan samping kiri uterus.
Cara pemreiksaan:

Setelahmeraba bagian-bagian janin pada fundus uteri pada pemeriksaan Leopold I, tangan kiri dipindahkan ke bagian kanan uterus ibu, dan tangan kanan dipindahkan ke bagian kiri uterus ibu. Tangan kanan meraba bagian  janin yang ada di bagian samping kiri uterus, dan tangan kiri menahan uterus pada bagian samping kanan. Selanjutnya, tangan kiri meraba bagian janin yang berada di bagian samping kanan uterus ibu, dan tangan kanan menahan bagian samping kiri uterus ibu.Bila yang dirasakan bagian yang datar dan melebar adalah pertanda punggung janin, dan biladirasakan di bagian samping kiri uterus berarti posisi janin punggung kiri, sedangkan apabila dirasakan sebelah kanan berarti posisi janin punggung kanan. Sebaliknya, bila ditemukan di samping kiri uterus bagian yang bulat keras, mudah digerakan dan ada lentingan, sebagai pertanda kepala janin, dan di sebelah kanan ditemukan bagian yang besar, lunak, dan sulit digerakan, sebagai pertanda bokong janin, berarti posisi janin melintang dengan kepala di kiri. Demikian sebaliknya.

Teknik Pemeriksaan Palpasi Leopold III
Tujuan pemeriksaan:
a.       Menentukan bagian tubuh janin yang berada pada bagian bawah uterus.
b.      Mengetahui apakah bagian tubuh janin yang berada pada bagian bawah uterus sudah atau belum masuk ke pintu atas punggul ibu.
Cara pemeriksaan:
      Setelah meraba samping kanan dan samping kiri uterus, tangan kiri dipindahkan ke fudus uteri, tangan kanan memegang bagian bawah uterus diantara tulang pipa iskiadika anterior superior dan batas uterus bagian bawah, kemudian menggoyangkan secara berlahan-lahan, apabila teraba keras, bila digoyangkan ada lentingan, pertanda bokong janin. Pada satu bagian terendah janin digoyangkan, terasa bergoyang, berarti bagian terendah janin belum masuk ke pintu atas panggul.Sebaliknya, apabila saat digoyangkan tidak terasa bergoyang berarti bagian terendah janin sudah masuk ke pintu atas panggul.

Teknik Pemeriksaan Palpasi  Leopold IV
Tujuan pemeriksaan:
a.       Memastikan apakah bagian terendah janin sudah benar-benar masuk ke pintu atas panggul atau belum.
b.      Menentukan seberapa banyak bagian terendah janin sudah memasuki ke pintu atas panggul.
  Cara pemeriksaan:
      Pemeriksaan palpasi dengan teknik Leopold IV apabila, dari hasil pemeriksaan Leopold III ditemukan bagian terendah janin sudah masuk ke pintu atas panggul, atau hasil pemeriksaan dengan teknik Leopold III masih ada keragu-raguan./ Untuk mengecek hasil pemeriksaan palpasi

Leopold III.
      Setelah melakukan pemeriksaan palpasi dengan teknik Leopold III, pemeriksa mengubah posisi menghadap ke bagian kaki ibu, ibu diminta untuk meluruskan kakinya atau tidak menekuk lutut.Tangan kiri pemeriksa dipindahkan ke sebelah lateral kiri uterus ibu, dan tangan kanan dipindahkan kesebelah lateral kanan uterus ibu, ujung jari tangan kanan dan kiri berada pada tepi atas tulang simfisis pubis. Pertemukan kedua ibu jari dan ujung-ujung jari tangan kanan dan kiri. Apabila ibu jari dan ujung-ujung jari tangan kanan dan kiri dapat bertemu satu sama lain disebut konvergen, berarti bagian terendah jani belum masuk pintu atas panggul ibu. Apabila ibu  jari dan ujung-ujung jari tangan kanan dan tangan kiri tidak adapat dipertemukan disebut divergen, berarti sebagian besar bagian terendah janin sudah masuk ke  pintu rongga panggul ibu.
Pemeriksaan palpasi teknik Leopold dilaksanakan setelah melaksanakan pemeriksaan tinggi funfus uteri dengan teknik McDonald, pada usia kehamilan 36 minggu, atau pada usia kehamilan 28 minggu apabila hasil pemeriksaan rtinggi fudus uteri dengan teknik McDonald hasilnya lebih tinggi dari usia kehamilan berdasarkan data hari pertama haid terakhir (HPHT).


Bagian-bagian tubuh yang di palpasi
Kepala
Palpasi pada kepala ini yaitu meraba atau melihat kulit kepala ada bersih atau tidak nya,seperti ketombe.
Muka (face)
Simetris atau tidak kemudian bagian muka diraba ada pembengkakan atau tidak (odema)
Leher
Dibagian leher diraba ada atau tidaknya pembengkakan kelenjar tiroid akibat ibu hamil kurang mengkonsumsi yodium.
Payu dara
Setelah di inspeksi payudara ibu simetris atau tidak,kemudian payu dara di raba ada atau tidak jaringan yang tumbuh membahayakan ibu hamil,seperti kanker payu darah.
Dengan cara
Meraba payu dara dari dalam keluar,secara melingkar seperti lingkaran obat nyamuk (secara bergantian).
Meraba payu dara secara zig zag sampai ke bagian ketiak ibu.
Meraba dari bagian putting susu ke luar seperti lingkatran bunga matahari.
Cara diatas dilakukan dengan mengangkat sebelah tangan ibu secara bergantian.

2.5 Perkusi
a.      pengertian
perkusi merupakan metode pemeriksaan dimana permukaan tubuh diketuk untuk memperoleh bunyi yang dapat di dengar atau vibrasi yang dapat dirasakan.
Pemeriksaan secara perkusi merupakan pemeriksaan klien dengan mengetuk-ngetukan tangan atau memakai alaat (misalnya,perkusi hummer) pada bagian tertentu untuk mendengarkan suara (bunyi) atau gerakan reflek.
Perkusi digunakan untuk menetukan ukuran dan bentuk organ internal atau organ tubuh bagian dalam.perkusi juga digunakan pada pemeriksaan lain yang berkaitan dengan kesehatan fisik kliean.misalnya kembung,batas-batas jantung ,batas hepar/paru-paru (mengetahui  pengembangan paru)dan lain-lain.
Pemeriksaan perkusi reflek patella adalah pemeriksaan dengan pengetukkan pada tendon patella menggunakan palu reflek,pada kondisi normal setelah dilakukan pengetukan akan terjadi reaksi reflek,jika reaksi negative kemungkinan ibu mengalami kekurangan vitamin B1,ibu dipriksa dalam posisi duduk dengan kedua tungkai  bawah menggantung santai kemudian priksa menentukan tendon patella.
Tujuan pemeriksaan perkusi
Untuk mengetahui keadaan fisik ibu,dan menentukan ukuran organ internal atau organ tubuh bagian dalam dan untuk mengetahui ibu kekurangan vitamin B1 atau tidak.





Nama alat yang di gunakan
Perkusi hummer
Lankah kerja pemeriksaan perkusi:
Area terbuka
Luruskan jari tengah tangan kiri, tekan bag. Ujung jari dan letakkan dgn kuat pada permukaan diperkusi.
Upayakan jari – jari yg lain tidak menyentuh permukaan, konsisten pd permukaan yg diperkusi.
Lenturkan jari tengah tangan kanan ke atas dgn lengan bawah relaks.
Pertahankan kelenturan tangan pada pergelangan tangan.
2.6 Auskultasi
a.      pengertian
pemeriksaan secara auskultasi merupakan pemeriksaan klien dengan cara mendengarkan bunyi pada bagian tubuh tertentu dengan menggunakan alat seperti stetoskop laenex.
Auskultasi merupakan proses mendengar bunyi yang dihasilkan dalam tubuh.pemeriksaan auskultasi pada ibu hamil di dengar pada bagian abdomen menggunakan stetoskop monoaural atau funduskop atau doopler.bunyi bisa terdengar dari bayi meliputi bunyi jantung,gerakan dan bising tali pusat dan dari ibu meliputi bising rahim aorta dan usus.
Aukultasi adalah suatu tindakan pemeriksaan dengan mendengarkan bunyi yang terbentuk di dalam organ tubuh. Hal ini dimaksudkan untuk mendeteksi adanya kelainan dengan cara membandingkan dengan bunyi normal. Auskultasi yang dilakukan di dada untuk mendengar suara napas dan bila dilakukan di abdomen mendengarkan suara bising usus.
b. Penilaian pemeriksaan auskultasi meliputi :
1) Frekuensi yaitu menghitung jumlah getaran permenit.
2) Durasi yaitu lama bunyi yang terdengar.
3) Intensitas bunyi yaitu ukuran kuat/ lemahnya suara
4) Kualitas yaitu warna nada/ variasi suara.

Pemeriksa harus mengenal berbagai tipe bunyi normal yang terdengar pada organ yang berbeda, sehingga bunyi abnormal dapat di deteksi dengan sempurna.Untuk mendeteksi suara diperlukan suatu alat yang disebut stetoskop yang berfungsi menghantarkan, mengumpulkan dan memilih frekuensi suara.Stetoskop terdiri dari beberapa bagian yaitu bagian kepala, selang karet/plastik dan telinga.Selang karet/plastik stetoskop harus lentur dengan panjang 30-40 cm dan bagian telinga stetoskop yang mempunyai sudut binaural dan bagiannya ujungnya mengikuti lekuk dari rongga telinga Kepala stetoskop pada waktu digunakan menempel pada kulit pasien. Ada 2 jenis kepala stetoskop yaitu :
1) Bel stetoskop digunakan untuk bunyi bernada rendah pada tekanan ringan, seperti pada bunyi jantung dan vaskuler. Bila ditekankan lebih kuat maka nada frekuensi tinggi terdengar lebih keras karena kulit menjadi teranggang, maka cara kerjanya seperti diafragma.
2) Diafragma digunakan untuk bunyi bernada tinggi seperti bunyi usus dan paru
c. Cara pemeriksaan
1) Posisi pasien dapat tidur, duduk atau berdiri tergantung bagian mana yang diperiksa dan bagian tubuh yang diperiksa harus terbuka
2) Pastikan pasien dalam keadaan rilek dengan posisi yang nyaman
3) Pastikan stetoskop sudah terpasang baik dan tidak bocor antara bagian kepala, selang dan telinga
4) Pasanglah ujung steoskop bagian telinga ke lubang telinga pemeriksa sesuai arah, ukuran dan lengkungannya. Stetoskop telinga
5) Hangatkan dulu kepala stetoskop dengan cara menempelkan pada telapak tangan pemeriksa atau menggosokan pada pakaian pemeriksa
6) Tempelkan kepala stetoskop pada bagian tubuh pasien yang akan diperiksa dan lakukan pemeriksaan dengan seksama dan sistimatis
7) Pergunakanlah bel stetoskop untuk mendengarkan bunyi bernada rendah pada tekanan ringan yaitu pada bunyi jantung dan vaskuler dan gunakan diafragma untuk bunyi bernada tinggi seperti bunyi usus dan paru
8) Informasikan hasil pemeriksaan dan catat pada status.

2.7  Pemeriksaan fisik head to toe
1.      Persiapan
a.       Alat
Meteran, Timbangan BB, Penlight, Steteskop, Tensimeter/ spighnomanometer, Thermometer, Arloji/ stopwatch, Refleks Hammer, Otoskop, Handschoon bersih ( jika perlu), tissue, buku catatan perawat.
Alat diletakkan di dekat tempat tidur klien yang akan di periksa.
b.      Lingkungan
            Pastikan ruangan dalam keadaan nyaman, hangat, dan cukup penerangan. Misalnya menutup pintu/jendala atau skerem untuk menjaga privacy klien
c.       Klien (fisik dan fisiologis)
Bantu klien mengenakan baju periksa jika ada dan anjurkan klien untuk rileks.
2.      Prosedur Pemeriksaan
a.       Cuci tangan
b.      Jelaskan prosedur
c.       Lakukan pemeriksaan dengan berdiri di sebelah kanan klien dan pasang handschoen bila di perlukan
d.      Pemeriksaan umum meliputi : penampilan umum, status mental dan nutrisi.
Posisi klien : duduk/berbaring
Cara : inspeksi
1)      Kesadaran, tingkah laku, ekspresi wajah, mood. (Normal : Kesadaran penuh, Ekspresi sesuai, tidak ada menahan nyeri/ sulit bernafas)
2)      Tanda-tanda stress/ kecemasan (Normal :)Relaks, tidak ada tanda-tanda cemas/takut)
3)      Jenis kelamin
4)      Usia dan Gender
5)      Tahapan perkembangan
6)      TB, BB ( Normal : BMI dalam batas normal)
7)      Kebersihan Personal (Normal : Bersih dan tidak bau)
8)      Cara berpakaian (Normal : Benar/ tidak terbalik)
9)      Postur dan cara berjalan
10)  Bentuk dan ukuran tubuh
11)  Cara bicara. (Relaks, lancer, tidak gugup)
12)  Evaluasi dengan membandingkan dengan keadaan normal.
13)  Dokumentasikan hasil pemeriksaan
3.      Pemeriksaan kulit dan kuku
Tujuan
1)      Mengetahui kondisi kulit dan kuku
2)      Mengetahui perubahan oksigenasi, sirkulasi, kerusakan jaringan setempat, dan hidrasi.
Persiapan
1)      Posisi klien: duduk/ berbaring
2)      Pencahayaan yang cukup/lampu
3)      Sarung tangan (utuk lesi basah dan berair)
Prosedur Pelaksanaan
1)      Pemeriksaan kulit
Inspeksi : kebersihan, warna, pigmentasi,lesi/perlukaan, pucat, sianosis, dan ikterik.
Normal: kulit tidak ada ikterik/pucat/sianosis.
Palpasi : kelembapan, suhu permukaan kulit, tekstur, ketebalan, turgor kulit, dan   edema.
Normal: lembab, turgor baik/elastic, tidak ada edema.
2)      Pemeriksaan kuku
Inspeksi : kebersihan, bentuk, dan warna kuku.
Normal: bersih, bentuk normaltidak ada tanda-tanda jari tabuh (clubbing finger), tidak ikterik/sianosis.
Palpasi : ketebalan kuku dan capillary refile ( pengisian kapiler ).
Normal: aliran darah kuku akan kembali < 3 detik.
3)      Pemeriksaan kepala, wajah, mata, telinga, hidung, mulut dan leher
Posisi klien : duduk , untuk pemeriksaan wajah sampai dengan leher perawat berhadapan dengan klien
a)      Pemeriksaan kepala
Tujuan
(1)   Mengetahui bentuk dan fungsi kepala 
(2)   Mengetahui kelainan yang terdapat di kepala 
Persiapan alat
(1)   Lampu
(2)   Sarung tangan (jika di duga terdapat lesi atau luka)
Prosedur Pelaksanaan
Inspeksi : ukuran lingkar kepala, bentuk, kesimetrisan, adanya lesi atau tidak, kebersihan rambut dan kulit kepala, warna, rambut, jumlah dan distribusi rambut.
Normal: simetris, bersih, tidak ada lesi, tidak menunjukkan tanda-tanda kekurangan gizi(rambut jagung dan kering)
Palpasi : adanya pembengkakan/penonjolan, dan tekstur rambut.
Normal: tidak ada penonjolan /pembengkakan, rambut lebat dan kuat/tidak rapuh.
b)      Pemeriksaan wajah
Inspeksi : warna kulit, pigmentasi, bentuk, dan kesimetrisan.
Normal: warna sama dengan bagian tubuh lain,  tidak pucat/ikterik, simetris.
Palpasi : nyeri tekan dahi, dan edema, pipi, dan rahang
Normal: tidak ada nyeri tekan dan edema.
c)      Pemeriksaan mata
Tujuan
(1)   Mengetahui bentuk dan fungsi mata
(2)   Mengetahui adanya kelainan pada mata.
Persiapan alat
(1)   Senter Kecil
(2)   Surat kabar atau majalah
(3)   Kartu Snellen
(4)   Penutup Mata
(5)   Sarung tangan
Prosedur Pelaksanaan
Inspeksi:  bentuk, kesimestrisan, alis mata, bulu mata, kelopak mata, kesimestrisan, bola mata, warna konjunctiva dan sclera (anemis/ikterik), penggunaan kacamata / lensa kontak, dan respon terhadap cahaya.
Normal: simetris mata kika, simetris bola mata kika, warna konjungtiva pink, dan sclera berwarna putih.
Tes Ketajaman Penglihatan
Ketajaman penglihatan seseorang mungkin berbeda dengan orang lain. Tajam penglihatan tersebut merupakan derajad persepsi deteil dan kontour beda. Visus tersebut dibagi dua yaitu:
4.      Pemeriksaan telinga
Tujuan
Mengetahui keadaan telinga luar, saluran telinga, gendang telinga, dan fungsi pendengaran.
Persiapan Alat
    a)     Arloji berjarum detik
    b)     Garpu tala
    c)     Speculum telinga
    d)     Lampu kepala
Prosedur Pelaksanaan
·    Inspeksi  : bentuk dan ukuran telinga, kesimetrisan, integritas, posisi telinga, warna, liang telinga (cerumen/tanda-tanda infeksi), alat bantu dengar..
Normal: bentuk dan posisi simetris kika, integritas kulit bagus, warna sama dengan kulit lain, tidak ada tanda-tanda infeksi, dan alat bantu dengar.
·    Palpasi : nyeri tekan aurikuler, mastoid, dan  tragus
Normal: tidak ada nyeri tekan.
5.     Pemeriksan hidung dan sinus
Tujuan
a.    Mengetahui bentuk dan fungsi hidung
b.    Menentukan kesimetrisan struktur dan adanya inflamasi atau infeksi
Persiapan Alat
a)      Spekulum hidung
b)      Senter kecil
c)      Lampu penerang
d)     Sarung tangan (jika perlu)
Prosedur Pelaksanaan
·     Inspeksi  : hidung eksternal (bentuk, ukuran, warna, kesimetrisan), rongga, hidung ( lesi, sekret, sumbatan, pendarahan), hidung internal (kemerahan, lesi, tanda2 infeksi)
Normal: simetris kika, warna sama dengan warna kulit lain, tidak ada lesi, tidak ada sumbatan, perdarahan dan tanda-tanda infeksi.
·     Palpasi  dan Perkusi frontalis dan, maksilaris  (bengkak, nyeri, dan septum deviasi)
Normal: tidak ada bengkak dan nyeri tekan.

6.    Pemeriksaan mulut dan bibir
Tujuan
Mengetahui bentuk kelainan mulut
Persiapan Alat
    a)     Senter kecil
     b)     Sudip lidah
     c)     Sarung tangan bersih
     d)     Kasa
Prosedur Pelaksanaan
·     Inspeksi dan palpasi struktur luar : warna mukosa mulut dan bibir, tekstur , lesi, dan stomatitis.
Normal: warna mukosa mulut dan bibir pink, lembab, tidak ada lesi dan stomatitis
·     Inspeksi dan palpasi strukur dalam  : gigi lengkap/penggunaan gigi palsu, perdarahan/ radang gusi, kesimetrisan, warna, posisi lidah, dan keadaan langit2.
·     Normal:gigi lengkap, tidak ada tanda-tanda gigi berlobang atau kerusakan gigi, tidak ada perdarahan atau radang gusi, lidah simetris, warna pink, langit2 utuh dan tidak ada tanda infeksi.
 Gigi lengkap pada orang dewasa berjumlah 36 buah, yang terdiri dari 16 buah di rahang atas dan 16 buah di rahang bawah. Pada anak-anak gigi sudah mulai tumbuh pada usia enam bulan. Gigi pertama tumbuh dinamakan gigi susu di ikuti tumbuhnya gigi lain yang disebut gigi sulung. Akhirnya pada usia enam tahun hingga empat belas tahun, gigi tersebut mulai tanggal dan dig anti gigi tetap.
Pada usia 6 bulan gigi berjumlah 2 buah (dirahang bawah), usia 7-8 bulan berjumlah 7 buah(2 dirahang atas dan 4 dirahang bawah) , usia 9-11 bulan berjumlah 8 buah(4 dirahang atas dan 4 dirahang bawah), usia 12-15 bulan gigi berjumlah 12 buah (6 dirahang atas dan 6 dirahang bawah), usia 16-19 bulan berjumlah 16 buah (8 dirahang atas dan 8 dirahang bawah), dan pada usia 20-30 bulan berjumlah 20 buah (10 dirahang atas dan 10 dirahang bawah). setelah diadakan pemeriksaan mulut dan bibir evaluasi hasil yang di dapat dengan membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat tersebut.

7.   Pemeriksaan leher
Tujuan
    a)     Menentukan struktur integritas leher
    b)     Mengetahui bentuk leher serta organ yang berkaitan
    c)      Memeriksa system limfatik
Persiapan Alat
Stetoskop
Prosedur Pelaksanaan
·     Inspeksi leher: warna integritas, bentuk simetris.
Normal: warna sama dengan kulit lain, integritas kulit baik, bentuk simetris, tidak ada pembesaran kelenjer gondok.
·    Inspeksi dan auskultasi arteri karotis: lokasi pulsasi
Normal:arteri karotis terdengar.
·      nspeksi dan palpasi kelenjer tiroid (nodus/difus, pembesaran,batas, konsistensi, nyeri, gerakan/perlengketan pada kulit), kelenjer limfe (letak, konsistensi, nyeri, pembesaran), kelenjer parotis (letak, terlihat/ teraba)
Normal: tidak teraba pembesaran kel.gondok, tidak ada nyeri, tidak ada  pembesaran kel.limfe, tidak ada nyeri.
·     Auskultasi :bising pembuluh darah.

8.    Pemeriksaan dada( dada dan punggung)
Posisi klien: berdiri, duduk dan berbaring
Cara/prosedur:
A)    System pernafasan
Tujuan :
a)    Mengetahui bentuk, kesimetrisas, ekspansi, keadaan kulit, dan dinding dada
b)   Mengetahui frekuensi, sifat, irama pernafasan,
c)    Mengetahui adanya nyeri tekan, masa, peradangan, traktil premitus
Persiapan alat
    a)     Stetoskop
    b)     Penggaris centimeter
    c)      Pensil penada
Prosedur pelaksanaan
·      Inspeksi : kesimetrisan, bentuk/postur  dada, gerakan nafas (frekuensi, irama, kedalaman, dan upaya  pernafasan/penggunaan otot-otot bantu pernafasan), warna kulit, lesi, edema, pembengkakan/ penonjolan.
Normal: simetris, bentuk dan postur normal, tidak ada tanda-tanda distress pernapasan, warna kulit sama dengan warna kulit lain, tidak ikterik/sianosis, tidak ada pembengkakan/penonjolan/edema
·       Palpasi: Simetris, pergerakan dada, massa dan lesi, nyeri, tractile fremitus.
(perawat berdiri dibelakang pasien, instruksikan pasien untuk mengucapkan angka “tujuh-tujuh” atau “enam-enam” sambil melakukan perabaan dengan kedua telapak tangan pada punggung pasien.)
Normal: integritas kulit baik, tidak ada nyeri tekan/massa/tanda-tanda peradangan, ekspansi simetris, taktil vremitus cendrung sebelah kanan lebih teraba jelas.
·     Perkusi: paru, eksrusi diafragma (konsistensi dan bandingkan satu sisi dengan satu sisi lain pada tinggi yang sama dengan pola berjenjang sisi ke sisi)
Normal: resonan (“dug dug dug”), jika bagian padat lebih daripada bagian udara=pekak (“bleg bleg bleg”), jika bagian udara lebih besar dari bagian padat=hiperesonan (“deng deng deng”), batas jantung=bunyi rensonan----hilang>>redup.
·     Auskultasi: suara nafas, trachea, bronchus, paru. (dengarkan dengan menggunakan stetoskop di lapang paru kika, di RIC 1 dan 2, di atas manubrium dan di atas trachea)
Normal: bunyi napas vesikuler, bronchovesikuler, brochial, tracheal

Tidak ada komentar: