BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Solusio
plasenta adalah terlepasnya sebagian atau seluruh permukaan maternalplasenta
dari tempat implantasinya yang normal pada lapisan desidua endometrium
sebelumwaktunya yakni sebelum anak lahir. Di berbagai literatur disebutkan
bahwa risiko mengalamisolusio plasenta meningkat dengan bertambahnya usia.
Solusio
plasenta merupakan salah satu penyebab perdarahan antepartum yangmemberikan
kontribusi terhadap kematian maternal dan perinatal di Indonesia. Terdapatfaktor-faktor
lain yang ikut memegang peranan penting yaitu kekurangan gizi, anemia,paritas
tinggi, dan usia lanjut pada ibu hamil. Di negara yang sedang berkembang
penyebab kematian yang disebabkan oleh komplikasi kehamilan, persalinan, nifas
atau penangannya (direct obstetric death) adalah perdarahan, infeksi,
preeklamsi/eklamsi. Selain itu kematian maternal juga dipengaruhi faktor-faktor
reproduksi, pelayanan kesehatan, dan sosial ekonomi. Salah satu faktor
reproduksi ialah ibu hamil dan paritas.
Solusio
plasenta atau disebut abruption placenta / ablasia placenta adalah separasi
prematur plasenta dengan implantasi normalnya di uterus (korpus uteri) dalam
masa kehamilan lebih dari 20 minggu dan sebelum janin lahir. Dalam plasenta
terdapat banyak pembuluh darah yang memungkinkan pengantaran zat nutrisi dari
ibu kejanin, jika plasenta ini terlepas dari implantasi normalnya dalam masa
kehamilan maka akan mengakibatkan perdarahan yang hebat.
Perdarahan
pada solusio plasenta sebenarnya lebih berbahaya daripada plasenta previa oleh
karena pada kejadian tertentu perdarahan yang tampak keluar melalui vagina
hampir tidak ada / tidak sebanding dengan perdarahan yang berlangsung internal
yang sangat banyak pemandangan yang menipu inilah yang sebenarnya yang membuat
solusio plasenta lebih berbahaya karena dalam keadaan demikian seringkali
perkiraan jumlah, darah yang telah keluar sukar diperhitungkan, padahal janin
telah mati dan ibu berada dalam keadaan syok.Penyebab solusio plasenta tidak
diketahui dengan pasti, tetapi pada kasus-kasus berat didapatkan korelasi
dengan penyakit hipertensi vaskular menahun, 15,5% disertai pula oleh pre
eklampsia. Faktor lain diduga turut berperan sebagai penyebab terjadinya
solusio plasenta adalah tingginya tingkat paritas dan makin bertambahnya usia
ibu.Gejala dan tanda solusio plasenta sangat beragam, sehingga sulit menegakkan
diagnosisnya dengan cepat.
Dari
kasus solusio plasenta didiagnosis dengan persalinan prematur idopatik, sampai
kemudian terjadi gawat janin, perdrhan hebat, kontraksi uterus yang hebat,
hipertomi uterus yang menetap. Gejala-gejala ini dapat ditemukan sebagai gejala
tunggal tetapi lebih sering berupa gejala kombinasi. Solusio plasenta merupakan
penyakit kehamilan yang relatif umum dan dapat secara serius membahayakan keadaan
ibu. Seorang ibu yang pernah mengalami solusio plasenta, mempunyai resiko yang
lebih tinggi mengalami kekambuhan pada kehamilan berikutnya. Solusio plasenta
juga cenderung menjadikan morbiditas dan bahkan mortabilitas pada janin dan
bayi baru lahir.
1.2 Tujuan
1.2 Tujuan
1.
Untuk mengetahui definisi solusio
plasenta.
2.
Untuk mengetahui klasifikasi dari
solusio plasenta.
3.
Untuk mengetahui etiologi dan solusio
plasenta.
4.
Untuk mengetahui gejala-gejala dari
solusio plasenta.
5.
Untuk mengetahui gambaran klinis dari solusio
plasenta.
6.
Untuk mengetahui komplikasi dari solusio
plasenta.
1.3Rumusan
Masalah
2.
Apa definisi solusio plasenta ?
3.
Apa gejala-gejala solusio plasenta?
4.
Apa klasifikasi solusio plasenta?
5.
Bagaimana etiologi dari solusio plasenta
?
6.
Apa saja gambaran klinis dari solusio
plasenta ?
7.
Apa saja komplikasi dari solusio
plasenta ?
BAB II
ISI
2.1 Pengertian Solusio Plasenta
Solusio
plasenta adalah terlepasnya plasenta yang letaknya normal do korpus uteri yang
terjadi setelah kehamilan 20 minggu dan sebelum janin dilahirkan.Solusio
plasenta adalah terlepasnya plasenta yang letaknya normal pada fundus/korpus
uteri sebelum janin lahir. Solusio plasenta adalah lepasnya plasenta dari
insersi sebelum waktunya.
Solusio
plasenta diklasifikasikan menjadi beberapa tipe :
Sistem I
Berdasarkan gejala klinik yang di
timbulkan
a. Kelas
0 : Asimptomatik. Diagnosis ditegakkan secara retrospektif dengan menemukan
hematoma atau daerah yang mengalami pendesakan pada plasenta. Ruptur sinus
marginal juga di masukkan dalam kategori ini.
b. Kelas
1 : Gejala klinis ringan dan terdapat pada hampir 48 % kasus. Gejala meliputi :
tidak ada perdarahan pervaginam sampai perdarahan pervaginam ringan ; uterus
sedikit tegang ; tekanan darah dan denyut jantung maternal normal ; tidak ada
koagulopati ; dan tidak ditemukan tanda-tanda fetal distres.
c. Kelas
2 : Gejala klinik sedang dan terdapat + 27 % kasus. Perdarahan pervaginam bisa
ada atau tidak ada ; ketegangan uterus sedang sampai berat dengan kemungkinan
kontraksi tetanik ; takikardi maternal dengan perubahan ortostatik tekanan
darah dan denyut jantung ; terdapat fetal
distress, dan hipofribinogen ( 150-250 mg/dl ).
d. Kelas
3 : Gejala berat dan terdapat pada hampir 24 % kasus, perdarahan pervaginam
dari tidak ada sampai berat ; uterus tetanik dan sangat nyeri ; syok maternal ;
hipofibrinogenemi ( < 150 mg/dl ); koagulopati serta kematian janin.
Sistem II
Berdasarkan ada atau
tidak tidaknya perdarahan pervaginam :
a. Solusio
plasenta yang nyata/tampak ( revealed )
Terjadinya
perdarahan pervaginam, gejala klinis sesuai dengan jumlah kehilangan darah,
tidak terdapat ketegangan uterus, atau hanya ringan.
b. Solusio
plasenta yang tersembunyi ( concealed )
Tidak
terdapat perdarahan pervaginam, uterus tegang dan hipertonus, sering terjadi fetal distress beart. Tipe ini sering
disebut perdarahan Retroplasental.
c. Solusio
plasenta tipe campuran ( mixed )
Terjadi
perdarahan baik retroplasental atau pervaginam ; uterus tetanik.
Sistem III
Berdasarkan
jumlah perdarahan yang terjadi
a. Solusio
plasenta ringan : perdarahan pervaginam <100 ml.="" span="">100>
b. Solusio
plasenta sedang : perdarahan pervaginam 100-500 ml, hipersensitifitas uterus
atau peningkatantonus, syok ringan, dapat terjadi fetal distress.
c. Solusio
plasenta berat : perdarahan pervaginam luas > 500 ml, uterus tetanik, syok
maternal sampai kematian janin dan koagulopati.
Sistem IV
Berdasarkan luasnya bagian plasenta yang
terlepas dari uterus
a. Solusio
plasenta ringan : kurang dari ¼ bagian – bagian plasenta yang terlepas.
Perdarahan kurang dari dari 250 ml.
b. Solusio
plasenta sedang : Plasenta yang terlepas ¼ - 2/3 bagian.
Perdarahan
< 1000 ml, uterus tegang, terdapat fetal
distress sampai dengan kematian janin, syok maternal serta koagulopati.
2.2 Etiologi
Belum diketahui dengan jelas, namun
terdapat beberapa keadaan tertentu yang menyetai: hipertensi, riwayat trauma,
kebiasaan merokok, usia ibu < 20 atau > 35 tahun, multiparitas, tali
pusat yang pendek, defisiensi asam folat, perdarahan retroplasenta,
penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan.
1. Kategori
sosio ekonomi
Seperti
usia ibu yang terlalu muda, primipara single parent, pendidikan yang rendah dan
solusio plasenta rekurens.
2. Kategori
fisik
Termasuk
trauma tumpul seperti terjatuh dengan telungkup, tendangan anak yang di
gendong, kecelakaaan kendaraan,dan KDRT.
3. Kategori
kelainan dalam rahim
Misalnya
seperti mioma submukosum di belakang plasenta atau uterus berseptum
4. Kategori
penyakit ibu
Sendiri
seperti penyakit tekanan darah tinggi, dan kelainan sistem pembekuan darah
seperti trombofilia
5. Kategori
sebab iatrogenic
Seperti
penggunaan rokok dan kokain.
2.3 Patofisiologi
Perdarahan dapat terjadi dari pembuluh
darah plasenta atau uterus yang membentuk hematoma di desidua, sehingga
plasenta terdesak dan akhirnya terlepas. Perdarahaan berlangsung terus menerus
karena otot uterus yang telah meregang oleh kehamilan tidak mampu lebih berkontraksi untuk menghentikan
perdarahan. Akibatnya, hematoma retroplasenta akan bertambah besar, sehingga
darah akan menyelundup di bawah selaput ketuban keluar dari vagina, atau
menembus selaput ketuban masuk ke dalam kantong ketuban, atau ekstravasasi di
antara serabut-serabut otot uterus.
Apabila ekstravasainya berlangsung hebat,
seluruh permukaan uterus akan berbercak biru atau ungu dan terasa sangat tegang
serta nyeri. Hal ini disebut uterus couvelaire.
Nsib janin tergantung dari luasnya plasenta yang terlepas dari dinding uterus.
Apabila sebagian besar atau seluruhnya terlepas, anoksia akan mengakibatkan
kematian janin. Apabila sebagian kecil yang terlepas, mungkin tidak berpengaruh
sama sekali, atau mengakibatkan gawat janin. Waktu, sangat menentukan beratnya
gangguan perdarahan pembekuan darah, kelainan ginjal,dan nasib janin. Makin lama selang waktu solusio
plasenta sampai persalinan selesai, umumnya makin hebat komplikasinya.
2.4 Gambaran Klinis
v Solusio
plasenta ringan
Salah satu tanda
kecurigaan solusio plasenta adalah perdarahan pervaginam yang kehitam-hitaman,
berbeda dengan perdarahan pada plasenta previa yang berwarna merah segar.
v Solusio
plasenta sedang
Plasenta telah terlepas
> ¼ tapi < 2/3 bagian. Walaupun perdarahan pervaginam tampak sedikit,
seluruh perdarahan-nya mungkin telah mencapai 1000 ml. Dinding uterus teraba
tegang terus menerus dan nyeri tekan sehingga
bagian-bagian janin sukar teraba. Apabila janin masih hidup, bunyi
jantungnya sulit didengar dengan stetoskop biasa, harus dengan stetoskop
ultrasonik. Tanda-tanda persalinan biasanya telah ada, dan persalinan akan
selesai dalam 2 jam. Kelainan pembekuan darah dan kelainan ginjal mungkin telah
terjadi,walaupun kebanyakan terjadinya pada solusi plasenta berat.
v Solusio
plasenta berat
Plasenta telah terlepas
lebih dari 2/3 permukaannya. Dapat terjadi syok, dan janin meninggal. Uterus
tegang seperti papan, dan sangat nyeri.
2.5 Diagnosis
Diagnosis solusio plasenta kadang sukar
di tegakkan. Penderita biasanya datang dengan gejala klinis : perdarahan
pervaginam (80%), nyeri abdomen atau pinggang dan nyeri tekan uterus (70%),
gawat janin (60%), kelainan kontraksi uterus (35%), kelahiran prematur
idiopatik (25%), dan kematian janin
(15%). (4) Syok yang terjadi kadang tidak sesuai dengan banyak
perdarahan. (5) Pemeriksaan laboratrium untuk menyingkirkan diagnosis banding
banding plsenta antara : 1) Hitung sel darah lengkap; 2) Fibrinogen; 3) Waktu
prothrombin/waktu tromboplastin parsial teraktifasi untuk mengetahui terjadinya
DIC ; 4) Nitrogen urea/kreatinin dalam darah ; 5) Kleithauer-Betke test untuk
mendeteksi adanya sel darah merah janin di dalam sirkulasi ibu.
(5,9-10).Pemeriksaan penunjang ultrasonografi (USG) membantu menentukan lokasi
plasenta (untuk menyingkirkan kemungkinan plasenta previa).
Saat
ini lebih dari 50% pasien yang diduga mengalami solusio plasenta dapat
teridentifikasi melalui USG.Hematom retroplsentar dapat dikensli sekitar 2-15 %
dari semua solusio plasenta. Pengenalan hematoma tergantung pada derajat
hematoma (besar dan lamanya) serta keahlian oprator. Pemeriksaan histologik,
setelah plasenta dikeluarkan dapat memperlihatkan hematoms retroplasentar.
Penemuan lain yang mungkin adanya ekstravasasi drah ke myometrium, yang tampak
sebagai bercak ungu pada tunika serosa uterus yabg dikenal sebagai Uterus Couvelaire. Secara klinis
diketahui dari adanya nyeri dan tegang pada uterus. Diagnosis banding lain
perdarahan pada trimester ketiga selain plasenta previa adalah vasa previa,
trauma vagina, serta keganasan ( jarang).
2.6 Komplikasi
Komplikasi dapat terjadi baik pada ibu
maupun janin. Komplikasi yang terjadi pada ibu antara lain :
1) Perdarahan
baik antepartum, intrapartum, maupun post-partum;
2) Koagulopati
konsumtif, DIC; solusio plasenta merupakan penyebab koagulopati komsumtif yang
tersering pada kehamilan.
3) Utero-renal
reflex;
4) Ruptur
uteri. Komplikasi yang dapat terjadi pada janin antara lain hipoksi, anemia,
retardasi pertumbuhan, kelainan susunan saraf pusat, dan kematian janin.
5) Komplikasi
solusio plasenta berasal dari perdarahan retroplasenta yang terus berlangsung
sehinngga menyebabkan berbagai akibat pada ibu, seperti anemia, syok
hipofolemik, insufisiensi fungsi plasenta, gangguan pembekuan darah (
hipofibronegenemia akibat terlalu banyak tromboflastin yang di lepaskan sehingga
menguras persendian fibrin dan faktor pembekuan lainnya ), gagal ginjal
mendadak dan uterus cauvelaire, yaitu keadaan miometrium yangtelah
mengintrilfitrasi darah dari miometrium, perimetrium mrngalir ke ligamentum
laktum ke bawah perisalping, ke dalam ovarium hingga mampu menembus rongga
peritoni.
6) Sedangkan
bagi janin, dapat mengakibatkan kematian janin, kelahiran prematur, dan
kematian perinatal.
2.7 Penanganan
1. Pengantar :
·
Penanganan terhadap solusio plasenta
bisa bervariasi sesuai kasus masing-masing tergantung berat ringannya penyakit,
usia kehamilan, serta keadaan ibu dan janinnya
·
Sebagai petugas kesehatan dengan
fasilitas layanan yang kurang memadai, sistem rujukan menjadi amat penting,
namun sebelum merujuk pastikan pihak rujukan sudah mengetahui dan telah ada
perbaikan pasien sebelumnya.
2. Berikut ada 2 macam terapi bagi ibu dengan solusio plasenta yang harus diketahui
yaitu :
·
Terapi terhadap komplikasi ( seseuai
instruksi dokter )
o
Atasi syok :
ü Infuse
larutan NS/RL untuk restorasi cairan.
ü Berikan
transfusi darah segar untuk memperbaiki faktor pembekuan akibat koagulopati.
o
Tatalaksana oliguria :
Setelah restorasi
cairan, biasanya kondisi ginjal akan membaik, setelah restorasi cairan
dilakukan, lakukan tindakan untuk mengatasai gangguan dengan :
ü Fusemida
40 mg daalm 1 liter kristaloid dengan 40 – 60 tetes/ menit
ü Bila
belum berhasil, gunakan manitol 500 mg dengan 40 tetesan permenit
o
Atasi hipofibrinogenemia :
ü Restorasi
cairan / darah sesegera mungkin dapat menghindarkan terjadinya koagulopati
ü Lakukan
uji beku darah untuk menilai fungsi pembekuan darah ( penilaian tak langsung
kadar abang fibrinogen )
ü Bila
tak ada darah segar berikan plasma beku segar ( 15 ml / kilo BB )
ü Bila
plasma beku segar tidak tersedia, berikan kriopesipitat fibrinogen.
ü Bila
perdarahan masih berlanjut dan trombosit di bawah 20.000 beri konsentrat
trombosit
o
Atasi anemia :
ü Drah
segar merupakan bahan terpilih untuk mengatasi anemia karena di samping
mengandung butir-butir darah merah, juga mengandung unsur pembekuan darah.
ü Bila
restorasi cairan telah tercapai dengan baik, tetapi pasien masih anemi berat
berikan packed cell.
·
Tindakan Obstetrik
Persalinan
diharapkan dapat terjadi dalam 3 jam, umumnya dapat pervaginam.
o
Seksio sesarea
ü Dilakukan
dengan kondisi :
Ø Janin
hidup dan pembekuan belum lengkap.
Ø Janin
hidup, gawat janin, tetapi persalinan pervaginam tidak dapat dilaksanakan
segera.
Ø Janin
mati tetapi kondisi serviks tidak memungkinkan persalinan pervaginam dapat
berlangsung dengan singkat.
ü Persiapan
untuk seksio sesarea, cukup dilakukan penanggulangan awal ( stabilisasi dan
tatalaksana komplikasi ) dan segara lahirkan bayi karena operasi merupakan satu-satunya cara
efektif untuk mengentikan perdarahan.
ü Hematoma
Miometrium tidak mengganggu kontraksi uterus
ü Observasi
ketat kemungkinan perdarahan ulangan.
o
Partus pervaginam
Dilakukan apabila :
ü Janin
hidup, gawat janin, pembukaan lengkap dan bagian terendah berada dibawah dasar
panggul.
ü Janin
telah meninggal dan pembukaan serviks > 2 cm.
ü Pada
kasus pertama, amniotomi ( bila ketuban belum pecah ) kemudian percepat kala 2
dengan ekstraksi forcep/vakum.
ü Untuk
kasus kedua, Amniotomi ( bila ketuban belum pecah ) kemudian akselerasi dengan
5 unit oksitosin dalam D5% atau RL, tetesan diatur dengan kondisi uterus.
ü Setelah
persalinan, gangguan pembekuan darah akan membaik daalm waktu 24 jam, kecuali
bila trombosit sangat rendah ( perbaikan baru terjadi dalam 2 – 4 hari kemudian
).
2.7 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan bervarsiasi tergantung
kondisi/status ibu dan janin.Perdarahan antepartum yang sedikit, dengan uterus
yang tidak tegang,pertama kali harus ditangani sebagai kasus plasenta previa.
Apabila kemudian ternyata kemungkinan plasenta previa dapat disingkirkan,
barulah ditangani sebagai solusio plasenta. Penggunaan tokolitik pada
penatalaksanaan solusio plasenta masih kontroversial, dan pertimbangkan hanya
pada pasien yang hemodinamik stabil, tidak terdapat gawat janin, dan pada janin
prematur di mana penggunaaan kortikosteroid masih nermanfaat, serta untk memperlambat
kelahiran.
Penggunaan tokolitik harus dibawah
pengawasan karena gawat janin ataupun ibu dapat berkembang cepat. Secara umum.
Magnesium sulfat digunakan sebagai tokolitik (drug of choice) karena agen beta simpatomimetik mempunyai pengaruh
yang tidak diinginkan terhadap jantung pasien. Tokolisis diberikan untuk
mengefektifkan terapi glukokortikoid pada janin prematur, untuk mempercepat
kematangam paru janin. Dosis magnesium sulfat : 4-6 g. intravena bolus selama
20 menit, kemudian dilanjutkan dosis pemeliharaan 2-4 g/jam, dititrasi bila
perlu, untuk menekan kontraksi.
Kontraindikasi : riwayat hipersensitifitas terhadap agen ini, hipokalsemi,
miastenia gravis, dan gagal ginjal. Penggunaan tokolitik pada penatalaksanaam
solusio plasenta masih controversial penggunaan tokolitik pada penatalaksanaan
solusio plasenta masih kontraversial.
2.8 Pengelolaan
Setiap pasien yang dicurigai solusio plasenta harus dirujuk
spesialis karena memerlukan monitoring yang lengkap baik dalam kehamilan maupun
persalinan. Pengelolaan pada solusio plasenta adalah sebagai berikut :
1. Solusio
plasenta ringan maka pengelolaan konservatif meliputi tirah baring, sedatif,
mengatasi anemia, monitoring keadaan janin dengan kardiotokografi dan USG serta
menunggu persalinan spontan.
2. Pada
solusio plasenta sedang dan berat atau solusio plasenta ringan yang memburuk,
jika persalinan diperkirakan 6 jam.
Bila umur kehamilan 37 minggu/TBF 2500 g
seksio sesar diindikasikan jika persalinan pervagina diperkirakan berlangsung
lama baik pada solusio plasenta ringan, sednag maupun berat. Pasien dengan
solusio plasenta sedang/berat, tranfusi darah atau resusitasi cairan hendaknya
dilakukan terlebih dahulu sebelum tindakan obstetri. Ketuban dapat segera
dipecah tanpa memperdulikan apakah persalinan pervagina atau perabdominal untuk
regangan uterus.
Komplikasi solusi plasenta pada ibu
biasanya berhubungan dengan banyaknya darah yang hilang. Gangguan pembekuan
darah, infeksi , gagal ginjal akut, perdarahan postpartum yang di sebabkan
atonia uteri atau uterus couvelaire, reaksi transfusi serta syok neurogenik
oleh karena kesakitan.
Komplikasi pada janin berupa asfiksi,
berat bayi lahir rendah, prematuritas dan infeksi. Disamping itu bayi yang
lahir hidup dengan riwayat solusio plasenta mempunyai risiko 7 x lebih sering
mengslami cerebral palsy yang mungkin disebabkab anoksia dan komplikasi dan
syok.
PADA NY Y
G1P0A0 UMUR 21 TAHUN UK 37 MINGGU
DI BPS BIDAN S. BANDA ACEH
No. Register : 045 / BPS/ BUMIL
Masuk RS tanggal/jam :
2 desember 2014
Dirawat diruang :
-
I.
PENGKAJIAN DATA, Tanggal/Pukul : 2 desember 2014 /pukul 15.00 Oleh : Bidan
Biodata Ibu Suami
1.
Nama : Ny. Y Tn.
P
2.
Umur :
21 tahun 25 tahun
3.
Agama : Islam Islam
4.
Suku/Bangsa : Aceh/Indonesia Aceh/Indonesia
5.
Pendidikan : SMU S1
6.
Pekerjaan : IRT PNS
7.
Alamat : Punge blangcut punge blangcut
A.
DATA SUBYEKTIF
1.
Alasan kunjungan
Ibu
mengatakan ingin memeriksakan kehamilanya
2.
Keluhan
utama
Ibu
mengatakan rasa nyeri saat dipegang
pada perut bagian atas
3.
Riwayat
mensturasi
Menarce : 14 tahun Siklus : 28 hari
Lama :
7 hari Teratur : teratur
Sifat darah : cair Keluhan
: tidak ada
4.
Riwayat
perkawinan
Status perkawinan : sah Menikah
ke : 1
Lama : 1 tahun Usia menikah pertama : 20 tahun
5.
Riwayat
kehamilan sekarang
a.
HPM : 6-5-2013 HPL : 13-2-2014
b.
ANC pertama
umur kehamilan : 4 minggu
c.
Kunjungan
ANC
Trimester I
Frekuensi : 2x, Tempat :bidan , Oleh : bidan
Keluhan : tidak ada
Terapi : vitonal f 1x1/hari, vit C 1x1/hari
Trimester II
Frekuensi : 3x, Tempat : bidan , Oleh : bidan
Keluhan : tidak ada
Terapi : vitonal f 1x1/ hari, vit C 1x1/ hari
Trimester III
Frekuensi : 1x, Tempat : bidan,Oleh : bidan
Keluhan : rasa nyeri saat perut dipegang bagian atas
Terapi :
d.
Imunisasi TT
TT I : 20-5-2007
TT II: 20-6-2007 TT III : 23-9-2014
e.
Pergeraakan
janin selama 24 jam (dalam sehari )
Ibu mengatakan merasakan pergerakan
janin 2x/ jam dalam sehari
6.
Riwayat
kesehatan
a.
Penyakit
yang pernah/sedang diderita (menular, menurun dan menahun)
ibu mengatakan tidak pernah / tidak sedang
menderita penyakit menular
(TBC,hepatitis,HIV) penyakit menurun (hipertensi,
asma) dan penyakit menahun (jantung, paru-paru).
b.
Penyakit
yang pernah/sedang diderita keluarga (menular, menurun dan menahun)
ibu mengatakakan keluarga tidak pernah / tidak sedang
menderita penyakit menular(TBC,hepatitis,HIV)
penyakit menurun(hipertensi, asma) dan penyakit menahun (jantung, paru-paru).
c.
Riwayat
keturunan kembar
ibu mengatakan tidak ada riwayat
keturan kembar
d.
Riwayat operasi
ibu mengatakan belum pernah operasi
e.
Riwayat
alergi obat
ibu mengatakan tidak ada riwayat
alergi obat
7.
Pola
pemenuhan kebutuhan sehari-hari
a.
Pola nutrisi
sebelum hamil saat hamil
Makan
Frekuensi : 3x/ hari 3x/
hari
Porsi : 1 piring 1
piring
Jenis : nasi, lauk, sayur nasi,sayur,
lauk
Pantangan : tidak ada tidak
ada
Keluhan : tidak ada tidak
ada
Minum
Frekuensi : 10x/ hari 12x/ hari
Porsi : 1 gelas 1 gelas
Jenis :
air putih, susu, teh nasi,sayur,
lauk
Pantangan : tidak ada tidak ada
Keluhan : tidak ada tidak
ada
b.
Pola
eliminasi
BAB
Frekuensi : 1x/ hari 1x/hari
Konsistensi : lembek lembek
Warna : kuning kuning
Keluhan : tidak ada tidak
ada
BAK
Frekuensi : 5x/ hari 9x/hari
Konsistensi : cair cair
Warna : kuning jernih kuning jernih
Keluhan : tidak ada tidak
ada
c.
Pola
istirahat
Tidur siang
Lama : 2 jam / hari 2
jam / hari
Keluhan : tidak ada tidak ada
Tidur malam
Lama : 8 jam / hari 8
jam / hari
Keluhan : tidak ada tidak
ada
d.
Personal
hygiene
Mandi : 2x/ hari 2x/
hari
Ganti pakaian : 2x/ hari 2x/
hari
Gosok gigi : 2x/ hari 2x/
hari
Keramas : 4x/ minggu 4x/ minggu
e.
Pola
sexsualitas
Frekuensi : 4x/ minggu 1x/
minggu
Keluhan : tidak
ada tidak ada
f.
Pola
aktifitas (terkait kegiatan fisik, olah raga)
ibu mengatakan selalu mengkuti
kegiatan senam hamil dan jalan jalan pagi
B. DATA
OBYEKTIF
1.
Pemeriksaan umum
Keadaan umum : baik
Kesadaran : composmetis
Status emosional : stabil
Tanda vital sign
Tekanan darah : 110/70 mMHg Nadi : 81x/ menit
Pernapasan : 21x/ menit Suhu : 36,5 C
Berat badan : 51 kg Tinggi badan :156 cm
2.
Pemeriksaan fisik
Kepala : mesosepal,
tidak ada benjolan
Rambut : lurus,
hitam, tidak rontok, ddan tidak ketombe
Muka : oval, tidak pucat, tidak odem, tidak ada bekas luka
Mata : simetris, tidak
starbismus, konjungtiva merah muda, sklera putih, tidak ada tanda-tanda
infeksi
Hidung : simetri, berlubang,
tidak polip
Mulut : lembab, tidak
pecah-pecah, gusi tidak epulis, tidak ada stomatitis, gigi tidak karies
Telinga : simetris, pendengaran
baik, tidak ada secret, gendang telinga tidak pecah
Leher : tidak ada pembesaran
kelenjar parotis, tiroid, limfe dan vena jugularis
Dada : simetris,tidak ada
retraksi dinding dada,tidak ada wezing
Payudara : simetris, puting
menonjol, hiperpigmentasi mamae, kolostrum sudah keluar
Abdomen : tidak ada bekas operasi, tidak ada linea alba, tidak ada striegravidarum
3. Pemeriksaan Leopold
Leopold I : teraba bulat, tidak melenting, lunak, berati letak letak di
fundus bokong
Leopold II : bagian kanan teraba kecil-kecil,tidak ada
tahanan berati ekstremitas, bagian kiri
teraba
memanjang
seperti papan,ada tahanan berarti punggung
Leopod III : bagian terendah janin teraba bulat, melenting, keras, tidak bisa
digerakan berarti kepala
Leopod IV : tangan tidak bisa bertemu berarti kepala belum masuk panggul
Osborn test :
-
TFU menurut Mc.Donald : 33 cm
TBJ :
(31-11)x155=3100gr
Auskultasi DJJ : 155x/ menit
Ekstremitas atas :
jumlah jari lengkap, kuku tidak pucat, tidak terdapat odem, gerakan aktif
Ekstremitas bawah : jumlah jari lengkap, kuku tidak pucat,
tidak odem, tidak varises, reflek patela positif
Genetalia luar : bersih, tidak ada pembesaran
kelenjar bartolini, tidak varises,
Anus : bersih, belubang,
tidak hemoroid
Pemeriksaan panggul (bila
perlu) :
-
4.
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laborat
HB : 8 gr/ dl
5.
Data penunjang
Tidak ada
C.
ASSESSMENT
Seorang Ny Y umur 21 tahun G1P0A0 Uk 37 minggu, janin tunggal, hidup
intrauteri, puki, preskep
suspect solusio plasenta.
D. PLANNING Pukul
: 15. 15 WIB
1.
Memberitahu
ibu hasil pemeriksaan bahwa ada tanda-tanda pelepasan plasenta yang menyebabkan
rasa nyeri pada perut ibu dan akan menyebabkan kematian janin bila tidak segera
dirujuk ke dokter SPOG.
2.
Mengajarkan
pada ibu teknik relaksasi dengan cara tarik nafas dalam dari hidung kemudian
dikeluarkan lewat mulut secara perlahan.
3.
Menganjurkan
ibu untuk istirahat total ditempat tidur dan mengurangi aktifitas yang berat.
4.
Memberitahu
ibu tentang tanda bahaya kehamilan yaitu janin tidak bergerak, keluarnya darah
yang berwarna merah kecoklatan dari jalan lahir, keluarnya air ketuban sebelum
waktunya dari jalan lahir, pusing yang hebat, demam yang tinggi
5.
Memberitahu
ibu untuk makan,makanan yang bergizi yang mengadung protein misalnya tahu, tempe, telor dan
ikan. Karbohidrat misalnya nasi, roti, jagung,
singkong dan lain-lain. Vitamin misalnya buah-buahan dan sayuran. Mineral
misalnya susu dan sayuran hijau-hijauan.
Memberitahu ibu agar tidak makan
makanan yang mengganggu kesehatan misalnya bahan makanan yang banyak mengadung
bahan pengawet, minum
minuman berakohol, minum jamu dan merokok.
6.
Memantau
adanya tanda syok hipovelemik dengan cara melalukan pemeriksaan tanda-tanda
vital sign,KU.
7.
Melakukan
pemeriksaan/pemantauan DJJ secara periodik setiap 15 menit sekali
8.
Melakukan
rujukan ke dokter SPOG
9.
Melakukan
dokumentasi
VII.
EVALUASI Pukul
: 15.45 WIB
1.
Ibu
mengatakan sudah mengetahui tentang keadaanya
2.
Ibu
mengatakan sudah mengetahui tentang teknik relaksasi dan ibu dapat menjelaskan
kembali.
3.
Ibu bersedia
untuk melakukan istirahat total ditempat tidur dan mengurangi aktivitas yang
berat.
4.
Ibu
mengatakan sudah mengetahuitanda bahaya kehamilan dan ibu sudah dapat menjelaskan
kembali
5.
Ibu
mengatakan sudah mengetahui tentang nutrisi ibu hamil dan ibu dapat menjelaskan
kembali
6.
Sudah
dilakukan pemantuan pda ibu
7.
Sudah
dilakukan pemantauan DJJ
8.
Sudah
dilakukan rujukan ke dokter SPOG
9.
Sudah dilakukan
dokumentasi
BAB
III
PENUTUP
3.1.
KESIMPULAN
Solusio
plasenta adalah terlepasnya sebagian atau seluruh permukaan maternalplasenta
dari tempat implantasinya yang normal pada lapisan desidua endometrium sebelumwaktunya
yakni sebelum anak lahir. Di berbagai literatur disebutkan bahwa risiko
mengalamisolusio plasenta meningkat dengan bertambahnya usia.
Solusio
plasenta merupakan salah satu penyebab perdarahan antepartum yang memberikan
kontribusi terhadap kematian maternal dan perinatal di Indonesia.
Terdapatfaktor-faktor lain yang ikut memegang peranan penting yaitu kekurangan
gizi, anemia,paritas tinggi, dan usia lanjut pada ibu hamil. Di negara yang
sedang berkembang penyebabkematian yang disebabkan oleh komplikasi kehamilan,
persalinan, nifas atau penangannya(direct obstetric death) adalah perdarahan,
infeksi, preeklamsi/eklamsi. Selain itu kematian maternal juga dipengaruhi
faktor-faktor reproduksi, pelayanan kesehatan, dan sosioekonomi.Salah satu
faktor reproduksi ialah ibu hamil dan paritas.
Solusio plasenta atau
disebut abruption placenta / ablasia placenta adalah separasi prematur plasenta
dengan implantasi normalnya di uterus (korpus uteri) dalam masa kehamilan lebih
dari 20 minggu dan sebelum janin lahir. Dalam plasenta terdapat banyak pembuluh
darah yang memungkinkan pengantaran zat nutrisi dari ibu kejanin, jika plasenta
ini terlepas dari implantasi normalnya dalam masa kehamilan maka akan
mengakibatkan perdarahan yang hebat.
3.2
SARAN
Jika
terjadi perdarahan antepartum sebagai tenaga kesehatan harus melakukan
penanganan sesegera mungkin. Bila perlu harus melakukan rujukan ke Rumah sakit
yang memiliki fasilitas operasi dan tranfusi darah.
DAFTAR PUSTAKA
Meryunani
Anik dan Eka puspita.2013.Asuhan Kegawatdaruratan
Maternal dan
Neonatal.Jakarta : Trans Invo Media
Norma
Nila dan Mustika Dwi.2013.Asuhan
Kebidanan Patologi.Yogyakarta:
Nuha Medika
Sukarni
K Icesmi dan Margaret ZH.2013.Kehamilan,Persalinan,Dan
Nifas.Yogyakarta: Nuha medika
Fadhlun
dan Achmad Feryanto.2012.Asuhan Kebidanan
Patologis.Jakarta:
Salemba
Rukiyah
Ai Yeyeh dan Lia Yulianti.2010.Asuhan
Kebidanan.Jakarta: Trans Info
Media
Tidak ada komentar:
Posting Komentar