Label

Kamis, 25 Desember 2014

SOLUSIO PLACENTA


BAB I
PENDAHULUAN
  
1.1.            Latar Belakang
Solusio plasenta adalah terlepasnya sebagian atau seluruh permukaan maternalplasenta dari tempat implantasinya yang normal pada lapisan desidua endometrium sebelumwaktunya yakni sebelum anak lahir. Di berbagai literatur disebutkan bahwa risiko mengalamisolusio plasenta meningkat dengan bertambahnya usia.
Solusio plasenta merupakan salah satu penyebab perdarahan antepartum yangmemberikan kontribusi terhadap kematian maternal dan perinatal di Indonesia. Terdapatfaktor-faktor lain yang ikut memegang peranan penting yaitu kekurangan gizi, anemia,paritas tinggi, dan usia lanjut pada ibu hamil. Di negara yang sedang berkembang penyebab kematian yang disebabkan oleh komplikasi kehamilan, persalinan, nifas atau penangannya (direct obstetric death) adalah perdarahan, infeksi, preeklamsi/eklamsi. Selain itu kematian maternal juga dipengaruhi faktor-faktor reproduksi, pelayanan kesehatan, dan sosial ekonomi. Salah satu faktor reproduksi ialah ibu hamil dan paritas.
Solusio plasenta atau disebut abruption placenta / ablasia placenta adalah separasi prematur plasenta dengan implantasi normalnya di uterus (korpus uteri) dalam masa kehamilan lebih dari 20 minggu dan sebelum janin lahir. Dalam plasenta terdapat banyak pembuluh darah yang memungkinkan pengantaran zat nutrisi dari ibu kejanin, jika plasenta ini terlepas dari implantasi normalnya dalam masa kehamilan maka akan mengakibatkan perdarahan yang hebat.
Perdarahan pada solusio plasenta sebenarnya lebih berbahaya daripada plasenta previa oleh karena pada kejadian tertentu perdarahan yang tampak keluar melalui vagina hampir tidak ada / tidak sebanding dengan perdarahan yang berlangsung internal yang sangat banyak pemandangan yang menipu inilah yang sebenarnya yang membuat solusio plasenta lebih berbahaya karena dalam keadaan demikian seringkali perkiraan jumlah, darah yang telah keluar sukar diperhitungkan, padahal janin telah mati dan ibu berada dalam keadaan syok.Penyebab solusio plasenta tidak diketahui dengan pasti, tetapi pada kasus-kasus berat didapatkan korelasi dengan penyakit hipertensi vaskular menahun, 15,5% disertai pula oleh pre eklampsia. Faktor lain diduga turut berperan sebagai penyebab terjadinya solusio plasenta adalah tingginya tingkat paritas dan makin bertambahnya usia ibu.Gejala dan tanda solusio plasenta sangat beragam, sehingga sulit menegakkan diagnosisnya dengan cepat.
Dari kasus solusio plasenta didiagnosis dengan persalinan prematur idopatik, sampai kemudian terjadi gawat janin, perdrhan hebat, kontraksi uterus yang hebat, hipertomi uterus yang menetap. Gejala-gejala ini dapat ditemukan sebagai gejala tunggal tetapi lebih sering berupa gejala kombinasi. Solusio plasenta merupakan penyakit kehamilan yang relatif umum dan dapat secara serius membahayakan keadaan ibu. Seorang ibu yang pernah mengalami solusio plasenta, mempunyai resiko yang lebih tinggi mengalami kekambuhan pada kehamilan berikutnya. Solusio plasenta juga cenderung menjadikan morbiditas dan bahkan mortabilitas pada janin dan bayi baru lahir.

1.2      Tujuan
1.      Untuk mengetahui definisi solusio plasenta.
2.      Untuk mengetahui klasifikasi dari solusio plasenta.
3.      Untuk mengetahui etiologi dan solusio plasenta.
4.      Untuk mengetahui gejala-gejala dari solusio plasenta.
5.      Untuk mengetahui gambaran klinis dari solusio plasenta.
6.      Untuk mengetahui komplikasi dari solusio plasenta.
1.3Rumusan Masalah
2.      Apa definisi solusio plasenta ?
3.      Apa gejala-gejala solusio plasenta?
4.      Apa klasifikasi solusio plasenta?
5.      Bagaimana etiologi dari solusio plasenta ?
6.      Apa saja gambaran klinis dari solusio plasenta ?
7.      Apa saja komplikasi dari solusio plasenta ?



BAB II
ISI
2.1 Pengertian Solusio Plasenta
      Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta yang letaknya normal do korpus uteri yang terjadi setelah kehamilan 20 minggu dan sebelum janin dilahirkan.Solusio plasenta adalah terlepasnya plasenta yang letaknya normal pada fundus/korpus uteri sebelum janin lahir. Solusio plasenta adalah lepasnya plasenta dari insersi sebelum waktunya.
           




Solusio plasenta diklasifikasikan menjadi beberapa tipe :
Sistem I
     Berdasarkan gejala klinik yang di timbulkan
a.       Kelas 0 : Asimptomatik. Diagnosis ditegakkan secara retrospektif dengan menemukan hematoma atau daerah yang mengalami pendesakan pada plasenta. Ruptur sinus marginal juga di masukkan dalam kategori ini.
b.      Kelas 1 : Gejala klinis ringan dan terdapat pada hampir 48 % kasus. Gejala meliputi : tidak ada perdarahan pervaginam sampai perdarahan pervaginam ringan ; uterus sedikit tegang ; tekanan darah dan denyut jantung maternal normal ; tidak ada koagulopati ; dan tidak ditemukan tanda-tanda fetal distres.
c.       Kelas 2 : Gejala klinik sedang dan terdapat + 27 % kasus. Perdarahan pervaginam bisa ada atau tidak ada ; ketegangan uterus sedang sampai berat dengan kemungkinan kontraksi tetanik ; takikardi maternal dengan perubahan ortostatik tekanan darah dan denyut jantung ; terdapat fetal distress, dan hipofribinogen ( 150-250 mg/dl ).
d.      Kelas 3 : Gejala berat dan terdapat pada hampir 24 % kasus, perdarahan pervaginam dari tidak ada sampai berat ; uterus tetanik dan sangat nyeri ; syok maternal ; hipofibrinogenemi ( < 150 mg/dl ); koagulopati serta kematian janin.


Sistem II
      Berdasarkan ada atau tidak tidaknya perdarahan pervaginam :
a.       Solusio plasenta yang nyata/tampak ( revealed )
Terjadinya perdarahan pervaginam, gejala klinis sesuai dengan jumlah kehilangan darah, tidak terdapat ketegangan uterus, atau hanya ringan.
b.      Solusio plasenta yang tersembunyi ( concealed )
Tidak terdapat perdarahan pervaginam, uterus tegang dan hipertonus, sering terjadi fetal distress beart. Tipe ini sering disebut perdarahan Retroplasental.
c.       Solusio plasenta tipe campuran ( mixed )
Terjadi perdarahan baik retroplasental atau pervaginam ; uterus tetanik.
Sistem III
      Berdasarkan jumlah perdarahan yang terjadi
a.       Solusio plasenta ringan : perdarahan pervaginam <100 ml.="" span="">
b.      Solusio plasenta sedang : perdarahan pervaginam 100-500 ml, hipersensitifitas uterus atau peningkatantonus, syok ringan, dapat terjadi fetal distress.
c.       Solusio plasenta berat : perdarahan pervaginam luas > 500 ml, uterus tetanik, syok maternal sampai kematian janin dan koagulopati.


Sistem IV
       Berdasarkan luasnya bagian plasenta yang terlepas dari uterus
a.       Solusio plasenta ringan : kurang dari ¼ bagian – bagian plasenta yang terlepas. Perdarahan kurang dari dari 250 ml.
b.      Solusio plasenta sedang : Plasenta yang terlepas ¼ - 2/3 bagian.
Perdarahan < 1000 ml, uterus tegang, terdapat fetal distress sampai dengan kematian janin, syok maternal serta koagulopati.
2.2 Etiologi
        Belum diketahui dengan jelas, namun terdapat beberapa keadaan tertentu yang menyetai: hipertensi, riwayat trauma, kebiasaan merokok, usia ibu < 20 atau > 35 tahun, multiparitas, tali pusat yang pendek, defisiensi asam folat, perdarahan retroplasenta, penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan.
1.      Kategori sosio ekonomi
Seperti usia ibu yang terlalu muda, primipara single parent, pendidikan yang rendah dan solusio plasenta rekurens.
2.      Kategori fisik
Termasuk trauma tumpul seperti terjatuh dengan telungkup, tendangan anak yang di gendong, kecelakaaan kendaraan,dan KDRT.
3.      Kategori kelainan dalam rahim
Misalnya seperti mioma submukosum di belakang plasenta atau uterus berseptum
4.      Kategori penyakit ibu
Sendiri seperti penyakit tekanan darah tinggi, dan kelainan sistem pembekuan darah seperti trombofilia
5.      Kategori sebab iatrogenic
Seperti penggunaan rokok dan kokain.
2.3 Patofisiologi
      Perdarahan dapat terjadi dari pembuluh darah plasenta atau uterus yang membentuk hematoma di desidua, sehingga plasenta terdesak dan akhirnya terlepas. Perdarahaan berlangsung terus menerus karena otot uterus yang telah meregang oleh kehamilan tidak mampu  lebih berkontraksi untuk menghentikan perdarahan. Akibatnya, hematoma retroplasenta akan bertambah besar, sehingga darah akan menyelundup di bawah selaput ketuban keluar dari vagina, atau menembus selaput ketuban masuk ke dalam kantong ketuban, atau ekstravasasi di antara serabut-serabut otot uterus.
      Apabila ekstravasainya berlangsung hebat, seluruh permukaan uterus akan berbercak biru atau ungu dan terasa sangat tegang serta nyeri. Hal ini disebut uterus couvelaire. Nsib janin tergantung dari luasnya plasenta yang terlepas dari dinding uterus. Apabila sebagian besar atau seluruhnya terlepas, anoksia akan mengakibatkan kematian janin. Apabila sebagian kecil yang terlepas, mungkin tidak berpengaruh sama sekali, atau mengakibatkan gawat janin. Waktu, sangat menentukan beratnya gangguan perdarahan pembekuan darah, kelainan ginjal,dan  nasib janin. Makin lama selang waktu solusio plasenta sampai persalinan selesai, umumnya makin hebat komplikasinya.
2.4 Gambaran Klinis
v  Solusio plasenta ringan
Salah satu tanda kecurigaan solusio plasenta adalah perdarahan pervaginam yang kehitam-hitaman, berbeda dengan perdarahan pada plasenta previa yang berwarna merah segar.
v  Solusio plasenta sedang
Plasenta telah terlepas > ¼ tapi < 2/3 bagian. Walaupun perdarahan pervaginam tampak sedikit, seluruh perdarahan-nya mungkin telah mencapai 1000 ml. Dinding uterus teraba tegang terus menerus dan nyeri tekan sehingga  bagian-bagian janin sukar teraba. Apabila janin masih hidup, bunyi jantungnya sulit didengar dengan stetoskop biasa, harus dengan stetoskop ultrasonik. Tanda-tanda persalinan biasanya telah ada, dan persalinan akan selesai dalam 2 jam. Kelainan pembekuan darah dan kelainan ginjal mungkin telah terjadi,walaupun kebanyakan terjadinya pada solusi plasenta berat.
v  Solusio plasenta berat
Plasenta telah terlepas lebih dari 2/3 permukaannya. Dapat terjadi syok, dan janin meninggal. Uterus tegang seperti papan, dan sangat nyeri.


2.5 Diagnosis
      Diagnosis solusio plasenta kadang sukar di tegakkan. Penderita biasanya datang dengan gejala klinis : perdarahan pervaginam (80%), nyeri abdomen atau pinggang dan nyeri tekan uterus (70%), gawat janin (60%), kelainan kontraksi uterus (35%), kelahiran prematur idiopatik (25%), dan kematian janin  (15%). (4) Syok yang terjadi kadang tidak sesuai dengan banyak perdarahan. (5) Pemeriksaan laboratrium untuk menyingkirkan diagnosis banding banding plsenta antara : 1) Hitung sel darah lengkap; 2) Fibrinogen; 3) Waktu prothrombin/waktu tromboplastin parsial teraktifasi untuk mengetahui terjadinya DIC ; 4) Nitrogen urea/kreatinin dalam darah ; 5) Kleithauer-Betke test untuk mendeteksi adanya sel darah merah janin di dalam sirkulasi ibu. (5,9-10).Pemeriksaan penunjang ultrasonografi (USG) membantu menentukan lokasi plasenta (untuk menyingkirkan kemungkinan plasenta previa).
Saat ini lebih dari 50% pasien yang diduga mengalami solusio plasenta dapat teridentifikasi melalui USG.Hematom retroplsentar dapat dikensli sekitar 2-15 % dari semua solusio plasenta. Pengenalan hematoma tergantung pada derajat hematoma (besar dan lamanya) serta keahlian oprator. Pemeriksaan histologik, setelah plasenta dikeluarkan dapat memperlihatkan hematoms retroplasentar. Penemuan lain yang mungkin adanya ekstravasasi drah ke myometrium, yang tampak sebagai bercak ungu pada tunika serosa uterus yabg dikenal sebagai Uterus Couvelaire. Secara klinis diketahui dari adanya nyeri dan tegang pada uterus. Diagnosis banding lain perdarahan pada trimester ketiga selain plasenta previa adalah vasa previa, trauma vagina, serta keganasan ( jarang).
2.6 Komplikasi
       Komplikasi dapat terjadi baik pada ibu maupun janin. Komplikasi yang terjadi pada ibu antara lain :
1)      Perdarahan baik antepartum, intrapartum, maupun post-partum;
2)      Koagulopati konsumtif, DIC; solusio plasenta merupakan penyebab koagulopati komsumtif yang tersering pada kehamilan.
3)      Utero-renal reflex;
4)      Ruptur uteri. Komplikasi yang dapat terjadi pada janin antara lain hipoksi, anemia, retardasi pertumbuhan, kelainan susunan saraf pusat, dan kematian janin.
5)      Komplikasi solusio plasenta berasal dari perdarahan retroplasenta yang terus berlangsung sehinngga menyebabkan berbagai akibat pada ibu, seperti anemia, syok hipofolemik, insufisiensi fungsi plasenta, gangguan pembekuan darah ( hipofibronegenemia akibat terlalu banyak tromboflastin yang di lepaskan sehingga menguras persendian fibrin dan faktor pembekuan lainnya ), gagal ginjal mendadak dan uterus cauvelaire, yaitu keadaan miometrium yangtelah mengintrilfitrasi darah dari miometrium, perimetrium mrngalir ke ligamentum laktum ke bawah perisalping, ke dalam ovarium hingga mampu menembus rongga peritoni.
6)      Sedangkan bagi janin, dapat mengakibatkan kematian janin, kelahiran prematur, dan kematian perinatal.
2.7 Penanganan
      1. Pengantar :
·         Penanganan terhadap solusio plasenta bisa bervariasi sesuai kasus masing-masing tergantung berat ringannya penyakit, usia kehamilan, serta keadaan ibu dan janinnya
·         Sebagai petugas kesehatan dengan fasilitas layanan yang kurang memadai, sistem rujukan menjadi amat penting, namun sebelum merujuk pastikan pihak rujukan sudah mengetahui dan telah ada perbaikan pasien sebelumnya.
 2. Berikut ada 2 macam terapi bagi ibu  dengan solusio plasenta yang harus diketahui yaitu :
·         Terapi terhadap komplikasi ( seseuai instruksi dokter ) 
o   Atasi syok :
ü  Infuse larutan NS/RL  untuk restorasi cairan.
ü  Berikan transfusi darah segar untuk memperbaiki faktor pembekuan akibat koagulopati.
o   Tatalaksana oliguria :
Setelah restorasi cairan, biasanya kondisi ginjal akan membaik, setelah restorasi cairan dilakukan, lakukan tindakan untuk mengatasai gangguan dengan :
ü  Fusemida 40 mg daalm 1 liter kristaloid dengan 40 – 60 tetes/ menit
ü  Bila belum berhasil, gunakan manitol 500 mg dengan 40 tetesan permenit
o   Atasi hipofibrinogenemia :
ü  Restorasi cairan / darah sesegera mungkin dapat menghindarkan terjadinya koagulopati
ü  Lakukan uji beku darah untuk menilai fungsi pembekuan darah ( penilaian tak langsung kadar abang fibrinogen )
ü  Bila tak ada darah segar berikan plasma beku segar ( 15 ml / kilo BB )
ü  Bila plasma beku segar tidak tersedia, berikan kriopesipitat fibrinogen.
ü  Bila perdarahan masih berlanjut dan trombosit di bawah 20.000 beri konsentrat trombosit
o   Atasi anemia :
ü  Drah segar merupakan bahan terpilih untuk mengatasi anemia karena di samping mengandung butir-butir darah merah, juga mengandung unsur pembekuan darah.
ü  Bila restorasi cairan telah tercapai dengan baik, tetapi pasien masih anemi berat berikan packed cell.

·         Tindakan Obstetrik
Persalinan diharapkan dapat terjadi dalam 3 jam, umumnya dapat pervaginam.
o   Seksio sesarea
ü  Dilakukan dengan kondisi :
Ø  Janin hidup dan pembekuan belum lengkap.
Ø  Janin hidup, gawat janin, tetapi persalinan pervaginam tidak dapat dilaksanakan segera.
Ø  Janin mati tetapi kondisi serviks tidak memungkinkan persalinan pervaginam dapat berlangsung dengan singkat.
ü  Persiapan untuk seksio sesarea, cukup dilakukan penanggulangan awal ( stabilisasi dan tatalaksana komplikasi ) dan segara lahirkan bayi  karena operasi merupakan satu-satunya cara efektif untuk mengentikan perdarahan.
ü  Hematoma Miometrium tidak mengganggu kontraksi uterus
ü  Observasi ketat kemungkinan perdarahan ulangan.
o   Partus pervaginam
Dilakukan apabila :
ü  Janin hidup, gawat janin, pembukaan lengkap dan bagian terendah berada dibawah dasar panggul.
ü  Janin telah meninggal dan pembukaan serviks > 2 cm.
ü  Pada kasus pertama, amniotomi ( bila ketuban belum pecah ) kemudian percepat kala 2 dengan ekstraksi forcep/vakum.
ü  Untuk kasus kedua, Amniotomi ( bila ketuban belum pecah ) kemudian akselerasi dengan 5 unit oksitosin dalam D5% atau RL, tetesan diatur dengan kondisi uterus.
ü  Setelah persalinan, gangguan pembekuan darah akan membaik daalm waktu 24 jam, kecuali bila trombosit sangat rendah ( perbaikan baru terjadi dalam 2 – 4 hari kemudian ).

2.7 Penatalaksanaan
       Penatalaksanaan bervarsiasi tergantung kondisi/status ibu dan janin.Perdarahan antepartum yang sedikit, dengan uterus yang tidak tegang,pertama kali harus ditangani sebagai kasus plasenta previa. Apabila kemudian ternyata kemungkinan plasenta previa dapat disingkirkan, barulah ditangani sebagai solusio plasenta. Penggunaan tokolitik pada penatalaksanaan solusio plasenta masih kontroversial, dan pertimbangkan hanya pada pasien yang hemodinamik stabil, tidak terdapat gawat janin, dan pada janin prematur di mana penggunaaan kortikosteroid masih nermanfaat, serta untk memperlambat kelahiran.
      Penggunaan tokolitik harus dibawah pengawasan karena gawat janin ataupun ibu dapat berkembang cepat. Secara umum. Magnesium sulfat digunakan sebagai tokolitik (drug of choice) karena agen beta simpatomimetik mempunyai pengaruh yang tidak diinginkan terhadap jantung pasien. Tokolisis diberikan untuk mengefektifkan terapi glukokortikoid pada janin prematur, untuk mempercepat kematangam paru janin. Dosis magnesium sulfat : 4-6 g. intravena bolus selama 20 menit, kemudian dilanjutkan dosis pemeliharaan 2-4 g/jam, dititrasi bila perlu, untuk menekan  kontraksi. Kontraindikasi : riwayat hipersensitifitas terhadap agen ini, hipokalsemi, miastenia gravis, dan gagal ginjal. Penggunaan tokolitik pada penatalaksanaam solusio plasenta masih controversial penggunaan tokolitik pada penatalaksanaan solusio plasenta masih kontraversial.
2.8 Pengelolaan
       Setiap pasien  yang dicurigai solusio plasenta harus dirujuk spesialis karena memerlukan monitoring yang lengkap baik dalam kehamilan maupun persalinan. Pengelolaan pada solusio plasenta adalah sebagai berikut :
1.      Solusio plasenta ringan maka pengelolaan konservatif meliputi tirah baring, sedatif, mengatasi anemia, monitoring keadaan janin dengan kardiotokografi dan USG serta menunggu persalinan spontan.
2.      Pada solusio plasenta sedang dan berat atau solusio plasenta ringan yang memburuk, jika persalinan diperkirakan 6 jam.
       Bila umur kehamilan 37 minggu/TBF 2500 g seksio sesar diindikasikan jika persalinan pervagina diperkirakan berlangsung lama baik pada solusio plasenta ringan, sednag maupun berat. Pasien dengan solusio plasenta sedang/berat, tranfusi darah atau resusitasi cairan hendaknya dilakukan terlebih dahulu sebelum tindakan obstetri. Ketuban dapat segera dipecah tanpa memperdulikan apakah persalinan pervagina atau perabdominal untuk regangan uterus.
      Komplikasi solusi plasenta pada ibu biasanya berhubungan dengan banyaknya darah yang hilang. Gangguan pembekuan darah, infeksi , gagal ginjal akut, perdarahan postpartum yang di sebabkan atonia uteri atau uterus couvelaire, reaksi transfusi serta syok neurogenik oleh karena kesakitan.
      Komplikasi pada janin berupa asfiksi, berat bayi lahir rendah, prematuritas dan infeksi. Disamping itu bayi yang lahir hidup dengan riwayat solusio plasenta mempunyai risiko 7 x lebih sering mengslami cerebral palsy yang mungkin disebabkab anoksia dan komplikasi dan syok.







ASUHAN  KEBIDANAN PADA IBU HAMIL PATOLOGI
PADA NY Y G1P0A0 UMUR 21 TAHUN UK 37 MINGGU
DI BPS BIDAN S. BANDA ACEH
No. Register                            : 045 / BPS/ BUMIL
Masuk RS tanggal/jam            : 2 desember 2014
Dirawat diruang                      : -

I.     PENGKAJIAN DATA, Tanggal/Pukul : 2 desember 2014 /pukul 15.00 Oleh : Bidan
         Biodata                             Ibu                                       Suami
1.    Nama                            : Ny. Y                                  Tn. P
2.    Umur                            : 21 tahun                              25 tahun
3.    Agama                          : Islam                                    Islam
4.    Suku/Bangsa                 : Aceh/Indonesia                  Aceh/Indonesia
5.    Pendidikan                   : SMU                                    S1
6.    Pekerjaan                      : IRT                                      PNS
7.    Alamat                          : Punge blangcut                    punge blangcut
A.       DATA SUBYEKTIF
1.    Alasan kunjungan
Ibu mengatakan ingin memeriksakan kehamilanya

2.    Keluhan utama
Ibu mengatakan rasa nyeri saat dipegang pada perut bagian atas

3.    Riwayat mensturasi
Menarce          : 14 tahun                    Siklus  : 28 hari
Lama               : 7 hari                         Teratur : teratur
Sifat darah      : cair                            Keluhan : tidak ada
4.    Riwayat perkawinan
Status perkawinan       : sah                 Menikah ke : 1
Lama                           : 1 tahun          Usia menikah pertama : 20 tahun

5.    Riwayat kehamilan sekarang
a.    HPM   : 6-5-2013                    HPL : 13-2-2014
b.   ANC pertama umur kehamilan           : 4 minggu
c.    Kunjungan ANC
Trimester I
Frekuensi         : 2x, Tempat :bidan , Oleh : bidan
Keluhan           : tidak ada
Terapi : vitonal f 1x1/hari, vit C 1x1/hari
Trimester II
Frekuensi         : 3x, Tempat : bidan , Oleh : bidan
Keluhan           : tidak ada
Terapi : vitonal f 1x1/ hari, vit C 1x1/ hari
Trimester III
Frekuensi         : 1x, Tempat : bidan,Oleh : bidan
Keluhan           : rasa nyeri saat perut dipegang bagian atas
Terapi :

d.   Imunisasi TT
TT I : 20-5-2007
TT II: 20-6-2007              TT III : 23-9-2014      

e.    Pergeraakan janin selama 24 jam (dalam sehari )
Ibu mengatakan merasakan pergerakan janin 2x/ jam dalam sehari

6.    Riwayat kesehatan
a.    Penyakit yang pernah/sedang diderita (menular,  menurun dan menahun)
ibu mengatakan tidak pernah / tidak sedang menderita penyakit menular (TBC,hepatitis,HIV) penyakit menurun (hipertensi, asma) dan penyakit menahun (jantung, paru-paru).

b.   Penyakit yang pernah/sedang diderita keluarga (menular, menurun dan menahun)
ibu mengatakakan keluarga tidak pernah / tidak sedang menderita penyakit menular(TBC,hepatitis,HIV) penyakit menurun(hipertensi, asma) dan penyakit menahun (jantung, paru-paru).

c.    Riwayat keturunan kembar
ibu mengatakan tidak ada riwayat keturan kembar

d.   Riwayat operasi
ibu mengatakan belum pernah operasi

e.    Riwayat alergi obat
ibu mengatakan tidak ada riwayat alergi obat

7.    Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari
a.    Pola nutrisi sebelum hamil                  saat hamil
Makan            
Frekuensi         : 3x/ hari                      3x/ hari
Porsi    : 1 piring                                  1 piring
Jenis    : nasi, lauk, sayur                     nasi,sayur, lauk
Pantangan       : tidak ada                   tidak ada
Keluhan           : tidak ada                   tidak ada

Minum
Frekuensi         : 10x/ hari                               12x/ hari
Porsi                : 1 gelas                                   1 gelas
Jenis                : air putih, susu, teh                 nasi,sayur, lauk
Pantangan       : tidak ada                              tidak ada
Keluhan           : tidak ada                               tidak ada
    
b.    Pola eliminasi
BAB                 
Frekuensi         : 1x/ hari                      1x/hari
Konsistensi      :  lembek                      lembek
Warna              :  kuning                      kuning
Keluhan            :  tidak ada                 tidak ada
BAK              
Frekuensi         : 5x/ hari                      9x/hari
Konsistensi      :  cair                           cair
Warna              :  kuning jernih            kuning jernih
Keluhan            :  tidak ada                 tidak ada

c.    Pola istirahat
Tidur siang
Lama               : 2 jam / hari                2 jam / hari
Keluhan           : tidak ada                   tidak ada
Tidur malam   
Lama               : 8 jam / hari                8 jam / hari
Keluhan           : tidak ada                   tidak ada

d.   Personal hygiene
Mandi              : 2x/ hari                      2x/ hari
Ganti pakaian : 2x/ hari                      2x/ hari
Gosok gigi       : 2x/ hari                      2x/ hari
Keramas          : 4x/ minggu                4x/ minggu

e.    Pola sexsualitas
Frekuensi                     : 4x/ minggu                1x/ minggu
Keluhan                       : tidak ada                   tidak ada

f.     Pola aktifitas (terkait kegiatan fisik, olah raga)
ibu mengatakan selalu mengkuti kegiatan senam hamil dan jalan jalan pagi

B. DATA OBYEKTIF
1.      Pemeriksaan umum
Keadaan umum           : baik
Kesadaran                   : composmetis
Status emosional         : stabil
Tanda vital sign
Tekanan darah             : 110/70 mMHg           Nadi              : 81x/ menit
Pernapasan                  : 21x/ menit                 Suhu              : 36,5 C
Berat badan                 : 51 kg                         Tinggi badan :156 cm

2.      Pemeriksaan fisik
Kepala                                    : mesosepal, tidak ada benjolan
Rambut                                   : lurus, hitam, tidak rontok, ddan tidak ketombe
  Muka           : oval, tidak pucat, tidak odem, tidak ada bekas luka
Mata           : simetris, tidak starbismus, konjungtiva merah muda, sklera putih, tidak ada tanda-tanda   
                      infeksi
Hidung       : simetri, berlubang, tidak polip
Mulut          : lembab, tidak pecah-pecah, gusi tidak epulis, tidak ada stomatitis, gigi tidak karies
Telinga        : simetris, pendengaran baik, tidak ada secret, gendang telinga tidak pecah
Leher          : tidak ada pembesaran kelenjar parotis, tiroid, limfe dan vena jugularis
Dada           : simetris,tidak ada retraksi dinding dada,tidak ada wezing
Payudara     : simetris, puting menonjol, hiperpigmentasi mamae, kolostrum sudah keluar
Abdomen : tidak ada bekas operasi, tidak ada linea alba, tidak ada  striegravidarum

          3. Pemeriksaan Leopold
    Leopold I    : teraba bulat, tidak melenting, lunak, berati letak letak di fundus bokong
    Leopold II   : bagian kanan teraba kecil-kecil,tidak ada tahanan berati ekstremitas,  bagian kiri teraba  
                          memanjang seperti papan,ada tahanan berarti punggung
   Leopod III   : bagian terendah janin teraba bulat, melenting, keras, tidak bisa digerakan berarti kepala
   Leopod IV   : tangan tidak bisa bertemu berarti kepala belum masuk panggul
 Osborn test                 : -
TFU menurut Mc.Donald       : 33 cm           
TBJ                                          : (31-11)x155=3100gr
Auskultasi DJJ                        : 155x/ menit
                    Ekstremitas   atas      : jumlah jari lengkap, kuku tidak pucat, tidak terdapat odem, gerakan aktif
                    Ekstremitas bawah    : jumlah jari lengkap, kuku tidak pucat, tidak odem, tidak varises, reflek patela positif
                    Genetalia luar            : bersih, tidak ada pembesaran kelenjar bartolini, tidak varises, 
                    Anus                          : bersih, belubang, tidak hemoroid
                    Pemeriksaan panggul (bila perlu)      : -

4.      Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laborat
HB : 8 gr/ dl
5.      Data penunjang
Tidak ada   


C. ASSESSMENT
Seorang Ny Y umur 21 tahun G1P0A0  Uk 37  minggu, janin tunggal, hidup intrauteri, puki, preskep suspect solusio plasenta.

D. PLANNING                                                           Pukul : 15. 15 WIB
1.      Memberitahu ibu hasil pemeriksaan bahwa ada tanda-tanda pelepasan plasenta yang menyebabkan rasa nyeri pada perut ibu dan akan menyebabkan kematian janin bila tidak segera dirujuk ke dokter SPOG.
2.      Mengajarkan pada ibu teknik relaksasi dengan cara tarik nafas dalam dari hidung kemudian dikeluarkan lewat mulut secara perlahan.
3.      Menganjurkan ibu untuk istirahat total ditempat tidur dan mengurangi aktifitas yang berat.
4.      Memberitahu ibu tentang tanda bahaya kehamilan yaitu janin tidak bergerak, keluarnya darah yang berwarna merah kecoklatan dari jalan lahir, keluarnya air ketuban sebelum waktunya dari jalan lahir, pusing yang hebat, demam yang tinggi
5.      Memberitahu ibu untuk makan,makanan yang bergizi yang mengadung protein misalnya tahu, tempe, telor dan ikan. Karbohidrat misalnya nasi, roti, jagung, singkong dan lain-lain. Vitamin misalnya buah-buahan dan sayuran. Mineral misalnya susu dan sayuran hijau-hijauan.
Memberitahu ibu agar tidak makan makanan yang mengganggu kesehatan misalnya bahan makanan yang banyak mengadung bahan pengawet, minum minuman berakohol, minum jamu dan merokok.
6.      Memantau adanya tanda syok hipovelemik dengan cara melalukan pemeriksaan tanda-tanda vital sign,KU.
7.      Melakukan pemeriksaan/pemantauan DJJ secara periodik setiap 15 menit sekali
8.      Melakukan rujukan ke dokter SPOG
9.      Melakukan dokumentasi

VII.     EVALUASI                                                                    Pukul : 15.45 WIB
1.      Ibu mengatakan sudah mengetahui tentang keadaanya
2.      Ibu mengatakan sudah mengetahui tentang teknik relaksasi dan ibu dapat menjelaskan kembali.
3.      Ibu bersedia untuk melakukan istirahat total ditempat tidur dan mengurangi aktivitas yang berat.
4.      Ibu mengatakan sudah mengetahuitanda bahaya kehamilan dan ibu sudah dapat menjelaskan kembali
5.      Ibu mengatakan sudah mengetahui tentang nutrisi ibu hamil dan ibu dapat menjelaskan kembali
6.      Sudah dilakukan pemantuan pda ibu
7.      Sudah dilakukan pemantauan DJJ
8.      Sudah dilakukan rujukan ke dokter SPOG
9.      Sudah dilakukan dokumentasi


























BAB III
PENUTUP
     
3.1.   KESIMPULAN
Solusio plasenta adalah terlepasnya sebagian atau seluruh permukaan maternalplasenta dari tempat implantasinya yang normal pada lapisan desidua endometrium sebelumwaktunya yakni sebelum anak lahir. Di berbagai literatur disebutkan bahwa risiko mengalamisolusio plasenta meningkat dengan bertambahnya usia.
Solusio plasenta merupakan salah satu penyebab perdarahan antepartum yang memberikan kontribusi terhadap kematian maternal dan perinatal di Indonesia. Terdapatfaktor-faktor lain yang ikut memegang peranan penting yaitu kekurangan gizi, anemia,paritas tinggi, dan usia lanjut pada ibu hamil. Di negara yang sedang berkembang penyebabkematian yang disebabkan oleh komplikasi kehamilan, persalinan, nifas atau penangannya(direct obstetric death) adalah perdarahan, infeksi, preeklamsi/eklamsi. Selain itu kematian maternal juga dipengaruhi faktor-faktor reproduksi, pelayanan kesehatan, dan sosioekonomi.Salah satu faktor reproduksi ialah ibu hamil dan paritas.
Solusio plasenta atau disebut abruption placenta / ablasia placenta adalah separasi prematur plasenta dengan implantasi normalnya di uterus (korpus uteri) dalam masa kehamilan lebih dari 20 minggu dan sebelum janin lahir. Dalam plasenta terdapat banyak pembuluh darah yang memungkinkan pengantaran zat nutrisi dari ibu kejanin, jika plasenta ini terlepas dari implantasi normalnya dalam masa kehamilan maka akan mengakibatkan perdarahan            yang    hebat.

3.2 SARAN
Jika terjadi perdarahan antepartum sebagai tenaga kesehatan harus melakukan penanganan sesegera mungkin. Bila perlu harus melakukan rujukan ke Rumah sakit yang memiliki fasilitas operasi dan tranfusi darah.











DAFTAR PUSTAKA
Meryunani Anik dan Eka puspita.2013.Asuhan Kegawatdaruratan Maternal dan   
     Neonatal.Jakarta : Trans Invo Media
Norma Nila dan Mustika Dwi.2013.Asuhan Kebidanan Patologi.Yogyakarta:  
    Nuha Medika
Sukarni K Icesmi dan Margaret ZH.2013.Kehamilan,Persalinan,Dan
    Nifas.Yogyakarta: Nuha medika
Fadhlun dan Achmad Feryanto.2012.Asuhan Kebidanan Patologis.Jakarta:
     Salemba
Rukiyah Ai Yeyeh dan Lia Yulianti.2010.Asuhan Kebidanan.Jakarta: Trans Info
     Media

     
     

Tidak ada komentar: