Label

Kamis, 25 Desember 2014

KANTUNG PERSALINAN

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar belakang
Kantung persalinan adalah kain berukuran kurang lebih 60×60 cm, dengan tempelan seperti saku temple sejumlah dua belas buah dan bertuliskan nama-nama bulan. Kantong bersalinan berfungsi untuk memudahkan bidan mengetahui siapa saja yang akan bersalin bulan tersebut.
Tiga kantung wasiat KB sudah dibagikan kepada bidan desa untuk dimodifikasi menjadi kantung bersalin, sedangkan 2 kantung untuk puskesmas Lindu. Harapannya, agar semua bidan mempunyai kantung persalinan, dan rutin menyetorkan data ibu hamil yang baru dan melaporkan ibu hamil yang sudah melahirkan ke Puskesmas, sehingga kami dan staf puskesmas bisa memantau ibu hamil di semua desa.
Kantong persalinan adalah alat digunakan bidan untuk mendeteksi resiko tinggi, dan mendeteksi kapan akan terjadi persalinan dengan membagi kantong sejumlah 12 buah.

1.2  Rumusan masalah
1.Apa itu kantong persalinan?
2.Apa analis persimpulan data?
3.Apa penelusuran data kohort dan rencana tidak lanjut?

1.3  Tujuan
1.Mengetahui kantong persalinan
2.Membuka wawasan tentang pembuatan kantong persalinan
3.Mengetahui data kohort dan rencana tidak lanjut
4.Mahasiswa dapat memahami bagaimana analisis data





BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Kantung persalinan
Ibu hamil sebelumnya tidak mau melahirkan dipuskesmas, mereka lebih suka memanggil tenaga kesehatan ke rumah dan melahirkan di rumah. Sejak bidan membantu 3 ibu hamil melahirkan di puskesmas, banyak ibu hamil yang lain yang sudah berencana untuk melahirkan di puskesmas dan di Lindu sering terjadi kehamilan yang lewat bulan/post date/post term, sehingga di Puskesmas perlu ada kantung persalinan.
Kantung persalinan adalah karton berukuran kurang lebih 60×60 cmdipotongpersegisebanyak 12 lembar yang menunjukkanjumlahbulandalamsatutahun. Kemudian di tulisnama-namabulan di setianlembarnya.Kantong bersalinan berfungsi untuk memudahkan bidan mengetahui siapa saja yang akan bersalin bulan tersebut.

Bidan sedang menggunting kertas untuk menyulap kantung Kantung persalinan






inilah hasilnya










2.2  AnalisisdanPenelusuran Data Kohort Dan Rencana Tindaklanjut
A.    Analisis
Analisisadal ah suatu pemeri ksaan dan evaluasi dari suatu informasi yang
sesuai dan rel evant dalam menyeleksi suatu tindakan yang terbaik dari berbagai macam alternatif variasi.  Analisis yang dapat dilakukan mulai dari yang sederhana hingga analisis
lanjut sesuai dengan tingkatan penggunaannya. Data yang di analisis adalah data register kohort ibu, bayi dan anak balita serta cakupan.
B.     Analisis Sederhana
Analisis ini membandingkan cakupan hasil kegiatan antar wilayah terhadap target dan kecenderungan dari waktu ke waktu. Analisis sederhana ini bermanfaat untuk mengetahui desa/kelurahan mana yang paling memerlukan perhatian dan tindak lanjut yang harus dilakukan. Selain di Puskesmas, analisis ini dapat juga dilakukan oleh Bidan di Desa dimana Bidan di Desa dapat menilai cakupan indikator PWS KIA di desanya untuk menilai kemajuan desanya. Di Poskesdes seorang Bidan di Desa dapat membuat grafik cakupan
indikator PWS KIA sehingga dia bisa mengikuti perkembangan dan menindaklanjutinya.
Contoh analisis sederhana
Analisis dari grafik cakupan ibu hamil baru (akses) pada pemantauan bulan Juni 2008 dapat digambarkan dalam matriks seperti dibawah ini.
Contoh Analisis Sederhana :
A + + Baik
B + + Baik
C + + Kurang
D + + Cukup
E + + Jelek
Dari matriks diatas dapat disimpulkan adanya 4 macam status cakupan desa/kelurahan, yaitu :
1.      Status baik
Adalah desa/kelurahan dengan cakupan diatas target yang ditetapkan untuk bulan Juni 2008, dan mempunyai kecenderungan cakupan bulanan yang meningkat atau tetap jika dibandingkan dengan cakupan bulan lalu. Desa/kelurahan-desa/kelurahan ini adalah desa/kelurahan A dan desa/kelurahan B. Jika keadaan tersebut berlanjut, maka desa/kelurahan-desa/kelurahan tersebut akan mencapai atau melebihi target tahunan yang ditentukan.
2.      Status kurang
Adalah desa/kelurahan dengan cakupan diatas target bulan Juni 2008, namun mempunyai kecenderungan cakupan bulanan yang menurun jika dibandingkan dengan cakupan bulan lalu. Desa/kelurahan dalam kategori ini adalah desa/kelurahan C, yang perlu mendapatkan perhatian karena cakupan bulan lalu ini hanya 5% (lebih kecil dari cakupan bulan minimal 7,5%). Jika cakupan terus menurun, maka desa/kelurahan tersebut tidak akan mencapai target tahunan yang ditentukan.
3.      Status cukup
Adalah desa/kelurahan dengan cakupan dibawah target bulan Juni 2008, namun mempunyai kecenderungan cakupan bulanan yang meningkat jika dibandingkan dengan cakupan bulan lalu. Desa/kelurahan dalam kategori ini adalah desa/kelurahan D, yang perlu didorong agar cakupan bulanan selanjutnya tidak lebih daripada cakupan bulanan minimal 7,5%. Jika keadaan tersebut dapat terlaksana , maka desa/kelurahan ini kemungkinan besar akan mencapai target tahunan yang ditentukan.
4.      Status jelek
Adalah desa/kelurahan dengan cakupan dibawah target bulan Juni
2008, dan mempunyai kecenderungan cakupan bulanan yang menurun dibandingkan dengan bulan lalu. Desa/kelurahan dalam kategori ini adalah desa/kelurahan E, yang perlu diprioritaskan untuk pembinaan agar cakupan bulanan selanjutnya dapat ditingkatkan diatas cakupan bulanan minimal agar dapat mengejar kekurangan target sampai bulan Juni, sehingga dapat pula mencapai target tahunan yang ditentukan.

2.3  Analisis Lanjut (Tabulasi Silang/Cross Tabulation)
Analisis ini dilakukan dengan cara membandingkan variabel tertentu dengan variabel terkait lainnya untuk mengetahui hubungan sebab akibat antar variabel yang dimaksud.
Contoh :
a.       K1 dibandingkan dengan K4
b.      K1 dibandingkan dengan Pn
c.       Pn dibandingkan dengan KF dan KN
d.      Jumlah Ibu Hamil Anemia dibandingkan dengan K1 dan K4
e.        KN1 dibandingkan dengan Jumlah Hep B Uniject
f.       Dll
Contoh :                                                 
Apabila Drop Out (DO) K1 - K4 lebih dari 10% berarti wilayah tersebut bermasalah dan perlu penelusuran dan intervensi lebih lanjut. Drop Out tersebut dapat disebabkan karena ibu yang kontak pertama (K1) dengan tenaga kesehatan, kehamilannya sudah berumur
lebih dari 3 bulan. Sehingga diperlukan intervensi peningkatan pendataan ibu hamil yang lebih intensif.

2.4  Penelusuran Data Kohort
Penelusuran adalah proses pengamatan seseorang atau obyek yang bergerak dalam kurun waktu dari lokasi tertentu. Penelusuran dilakukan dalam rangka :
1.      Mengidentifikasi kasus/masalah secara individu selama masa hamil, bersalin, masa nifas, neonatus, bayi dan balita. Masalah yang ditelusuri:
·         Perkembangan kesehatan setiap ibu hamil, bersalin, nifas, neonatus, bayi dan anak balita
·         Kesiapan perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi setiap ibu hamil
·         Faktor risiko dan komplikasi ibu hamil, bersalin, nifas, neonatus, bayi baru lahir dan anak balita
·         Menilai kualitas pelayanan yang diberikan
·         Kematian ibu dan bayi
2.      Membangun perencanaan berdasarkan masalah yang spesifik. Seorang bidan harus mencatat setiap ibu hamil yang ada di desanya. Sehingga setiap bulan dia dapat melakukan analisis dan penelusuran data kohort terhadap ibu hamil di desanya. Analisis dan penelusuran data kohort yang dapat dilakukan oleh bidan untuk
meningkatkan kinerja bidan, contohnya :
1.      Dari data kohort ditemukan :
a)      Ibu T, 19 tahun, punya jamkesmas, hamil anak pertama, HPHT tanggal 21 Februari 2008, taksiran partus tanggal 7 September 2008, rencana persalinan oleh bidan, tempat persalinan di rumah, pendamping persalinan suami, transportasi dari suami, donor darah dari suami, datang ANC pertama kali tanggal 25 April 2008 pada usia 9 minggu, dengan hasil pemeriksaan BB 37 kg, Tekanan Darah 90/60 dan LILA 22 cm dan anemia. Hasil pemeriksaan dicatat dalam buku KIA. Tanggal 15 April 2008 keguguran ditolong oleh dukun.
b)      Ibu Tar, 39 tahun, termasuk masyarakat miskin, tidak punya jamkesmas, hamil anak ke 6, pernah melahirkan 5 anak dan semuanya hidup. Rencana persalinan oleh 4 bidan, tempat persalinan di rumah, pendamping persalinan suami, sudah memiliki transportasi dan calon donor darah. Datang ANC pertama kali tanggal 4 Julil 2008 pada usia 22 minggu, dengan hasil pemeriksaan BB 45 kg, LILA 23 cm, Tekanan Darah 130/80, TFU 20 cm, taksiran beran janin 1240, denyut jantung janin 140, status imunisasi T1, anemia, dilakukan injeksi TT. Hasil pemeriksaan dicatat dalam buku KIA.
Analisis dari 2 contoh data dari kohort di atas adalah sebagai berikut:t
Ibu T, umur 19 thn, G1, HPHT 1/2/08, mempunyai P4K, rencana tempat persalinan di rumah, periksa ANC 1 pd mg ke-9 BB 37 kg, TD 90/60, Anemia, LILA 22 Tanggal 15/4/08 keguguran, ditolongdukun di rumah:
·         G1A1, usia terlalu muda
·         Rencana persalinan di rumah
·         Status gizi kurang
·         Anemia
·         Abortus ditolong dukun
·         Kunjungan rumah segera
·         Perbaiki status gizi (berikan PMT dan konseling gizi, libatkan masyarakat untuk mendukung)
·         Atasi anemia (berikan tab Fe)
·         Konseling tunda kehamilan (libatkan suami) sampai usia > 20 tahun dan status gizi nya baik Ibu Tar, masyarakat miskin, tidak punya jamkesmas, 39 tahun, G6 P5 H5, P4K lengkap, rencana tempat persalinan di rumah, ANC 1 pada usia kehamilan 22 mg, LILA 23, Anemia.
·         Terlalu tua, terlalu banyak Tempat persalinan di rumah ANC 1 trimester 2
·         Belum punya KTM/Jamkesmas
·         Pantau kehamilan dengan ANC teratur (tiap bulan)
·         Perbaiki status Gizi (PMT, konsul gizi, libatkan masyarakat untuk mendukung)
·         Berikan tablet Fe
·         Pastikan mendapatkan Jamkesmas
·         Rencanakan persalinan di RS (untuk melakukan kontap dan persiapan komplikasi)
·         Konseling KB kontap (libatkan suami)
Contoh analisis cakupan pelayanan dari data kohort :
2        4 2 3 6 2 5
Analisis seperti ini dinamakan analisis penelusuran per individu yang dapatmembantu Bidan meningkatkan kinerja dan apa yang harus dilakukan untuk bulan depanterutama untuk meningkatkan cakupan Persalinan oleh tenaga kesehatan (Pn).
1)      DefinisiKohort
Adalahrancanganpenelitianepidemiologianalitikobservasionalyang mempelajarihubunganantarapaparandanpenyakit, dengancaramembandingkankelompokterpapardankelompoktidakterpaparberdasarkan status penyakit

SkemaKohort




Terpapar (E)                               sakit (D)
                                                   tidaksakit (D)
Tidakterpapar (E)                   
sakit (D)
                                                   tidaksakit (D)

2)      Ciri-CiriKohort
Pemilihansubyekberdasarkan status paparannya, kemudiandilakukanpengamatandanpencatatanapakahsubyekmengalami outcome yang diamatiatautidak.Bisabersifatretrospektifatauprospektif


3)      KarakteristikPenelitianKohor
  1. Bersifatobservasional
  2. Pengamatandilakukandarisebabkeakibat
  3. Disebutsebagaistudiinsidens
  4. Terdapatkelompokkontrol
  5. Terdapathipotesisspesifik
  6. Dapatbersifatprospektifataupunretrospektif
  7. Untukkohorretrospektif, sumberdatanyamenggunakan data sekunder

4)      KeuntunganKohort
  1. Kesesuaiandenganlogika normal dalammembuatinferensikausal
  2. Dapatmenghitunglajuinsidensi
  3. Untukmenelitipaparanlangka
  4. Dapatmempelajaribeberapaakibatdarisuatupaparan

5)      KelemahanKohort
  1. Lebihmahaldanbutuhwaktu lama
  2. Padakohortretrospektif, butuh data sekunder yang lengkapdanhandal
  3. Tidakefisiendantidakpraktisuntukkasuspenyakitlangka
  4. Risikountukhilangnyasubyekselamapenelitian, karenamigrasi, partisipasirendahataumeninggal
6)      Kohort Ibu
Kohort ibu merupakan sumber data pelayanan ibu hamil dan bersalinan,serta keadaan /resiko yang dipunyai ibu .dibawah ini tertera contoh kohort ibu serta petunjuk pengisiannyaPetunjuk pengisian:
ü  Diisi nomor urut.( kolom 1)
ü  Diisi nomor indeks dari famili folder SP2TP.(2)
ü  Diisi nama bumil.(3)
ü  Diisi nama suami bumil.(4)
ü  Diisi alamat bumil.(5)
ü  Diisi umur ibu hamilyang sebenarnya dengan angka,misalnya umur 23th diisikan pda kolom 7.(6-8)
ü  Diisi umur kehamilan pada kunjungan pertama dengan angka misalnya 20 minggu diisikan pada kolom 10.(9-11)
ü  Diisi jumlah kehamilan yang pernah dialami oleh ibu yang bersangkutan,misalnya kehamilan ke-4 ,diisikan pada kolom 13 angka 4.(12-14)
ü  Diisi tanda (v) bila jarak kehamilan < 2 tahun atau > 2 tahun.(15=16)
ü  Diisi dengan tanggal ditemukan ibu berat badan  < 45 kg pada TM III.(17)
ü  Diisi tanda (v) bila tinggi badan ibu < 145 cm.(18)
ü  Diisi tanggal ditemukanibu hamil dengan Hb <8 gr="" span="">
ü  Diisi tanggal ditemukan ibu hamil dengan resiko tinggi; NK= non kesehatan K=kesehatan.(20-22)
Diisi pengkodean ,sbb:
o   0 = untuk KI
o   # = untuk K4
o   = untuk persalinan
o   + = untuk kematian ibu.
o   F1,F2,F3 = untuk pemberian tablet Fe.
o   I = untuk pemberin IODIUM.
o   A = untuk pemberian vitamin A.
o   T1,T2,TU = untuk pemberian tetanus toxoid.

ü  Diisi tanda (v) sesuai penolong persalinan; TK: tenaga kesehatan,DT; dukun terlatih,DTT;  dukun tidak terlatih,LM; lahir mati,LH;lahir hadup bila BB, 2500 gram,LH ; bila BB > 2500 gram.(47-52)
ü  Diisi tanda lidi setiap kali melakukan kunjungan,selama masa nifas (diharapkan dua kali kunjungan).(53)
ü  Diisi tanda lidi setiap klai melakukan kunjungan,selam perioda pasca nifas sampai 2 tahun (diharapkan minimal 4kali kunjungan selama 1 tahun).(54)
ü  Diisi hal lain yang dianggap penting untuk ibu hamil yang bersangkutan.

7)      Kohort Bayi
Merupakan sumber data pelayanan kesehatan bayi,termasuk neonatal.petunjuk pengisian kohort bayi,yaitu:
ü  Diisi nomor urut bayi disesuaikan dengan nomor urut ibu pada register kohort ibu.(kolom 1)
ü  Diisi nomor indeks family folder SP2TP.(2)
ü  Jelas (3-7)
ü  Diisi angka berat badan bayi waktu lahir dalam gram.(8)
ü  Diisi tanggal pemeriksan neonatal oleh tenaga kesehatan.(9-10)
ü  Diisi ;(11)
ü  A-E1 Apabila sampai dengan umur 1 bulan bayi hanya diberi ASI saja(ASI eksklusif bulan pertama).
ü  A-E2 apabila sampai umur 2 bulan bayi hanya diberi ASI saja.
ü  A-E3 apabila sampai pada umur 3 bln bayi hanya diberi ASI saja.
ü  A-E4 apabila sampai bulan ke 4 hanya diberi ASI saja.
ü  Diisi tanggal kode berat badan bayi yang ditimbang;N = naik,T= turun,R = dibawah garis titik-titik (BGT),# = dibawah garis merah (BGM).(12-23)
ü  Diisi tanggal bayi mendapat imunisasi.(24-28)
ü  Diisi tanggal bayi ditumukan meninggal.(29)
ü  Diisi tanda (v) sesuai dengan penyebab kematian bayi tersebut.(30-32)
ü  Diisi diagnosa penyebab kematian bayi selain tetanus,ISPA, diare.(33)
ü  Diisi hal lain yang dianggap penting untuk bayi yang bersangkutan.(34)

2.5    Rencana Tindak Lanjut
Bagi kepentingan program, analisis PWS KIA ditujukan untuk menghasilkan suatu keputusan tindak lanjut teknis dan non-teknis bagi puskesmas. Keputusan tersebut harus dijabarkan dalam bentuk rencana operasional jangka pendek untuk dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi sesuai dengan spesifikasi daerah.
1.      Rencana tindak lanjut tingkat bidan di desa
Setelah menganalisa data yang didapatkan di wilayah kerjanya, setiap bulan bidan di desa membuat perencanaan berdasarkan hasil analisanya masing-masing yang akan didiskusikan pada acara minilokakarya tiap bulan. Rencana tersebut termasuk jugarencana logisti.
2.      Kepala Puskesmas dan bidan koordinator harus mampu melihat masalah dan membuat perencanaan tindak lanjut berdasarkan masalah yang ada. Tabel di bawah adalah contoh intervensi yang dilakukan Puskesmas yang didiskusikan pada saat pertemuan bulanan dengan bidan di desa dengan melihat jumlah cakupan di desa.
Rencana operasional tersebut perlu dibicarakan dengan semua pihak yang terkait :
1.      Bagi desa/kelurahan yang berstatus baik atau cukup, pola penyelenggaraan pelayanan KIA perlu dilanjutkan, dengan beberapa penyesuaian tertentu sesuai kebutuhan antara lain perbaikan mutu pelayanan.
2.      Bagi desa/kelurahan berstatus kurang dan terutama yang berstatus jelek, perlu prioritas intervensi sesuai dengan permasalahan.
3.      Intervensi yang bersifat teknis (termasuk segi penyediaan logistik) harus dibicarakan dalam pertemuan minilokakarya puskesmas dan/atau rapat dinas kesehatan kabupaten/kota (untuk mendapat bantuan dari kabupaten/kota).
4.      Intervensi yang bersifat non-teknis (untuk motivasi, penggerakan sasaran, dan mobilisasi sumber daya di masyarakat) harus dibicarakan pada rapat koordinasi kecamatan dan/atau rapat dinas kesehatan kabupaten/kota (untuk mendapat bantuan dari kabupaten/kota).

2.6    Alur Pengolahan, Analisis dan Pemanfaatan PWS KIA
Alur pengolahan data, analisis dan pemanfaatan data PWS KIA di tingkat
Puskesmas
Umpan Balik :
Umpan Balik dari Puskesmas : 1 bulan sekali
Umpan Balik dari Kabupaten/Kota : 1 bulan sekali
Umpan Balik dari Propinsi : 3 - 6 bulan sekali
Umpan Balik dari Pusat : 6 - 12 bulan sekali

2.7    Manajemen Pemantauan Pelayanan Kebidanan
Pemantauan pelayanan kebidanan harus lebih terarah,agar dapat menjangkau semua ibu serta mampu menagani mereka yang ditemukan resiko tinggi secara memadai.pemantauan pelayanan kebidanan dapat dilakukan dengan cara:

PWS KIA (Pemantauan Wilayah Setempat – KIA)
Definisi :
PWS KIA adalah alat managemen program KIA untuk memantau cakupan pelayanan KIA di sustu wilayah kerja secara terus menerus agar dapat ditindak lanjuti secara tepat dan cepat terhadap desa yang cakupan layanan KIAnya masih rendah.

Tujuan :
Tujuan Umum
Meningkatkan jangkauan dan mutu pelayanan KIA di wilayah kerja puskesmas,melalui pemantauan cakupan layanan di setiap desa secara terus menerus.
Tujuan Khusu
Memantau cakupan 6 indikator KIA secara terus menerus.
Menilai kesenjangan antara target yang ditetapkan dengan pencapaian.
Menentukan urutan desa prioritas yang akan ditangani secara intensif  berdasarkan kesenjangan antara target dengan pencapaian.
Merencanakan tindak lanjut dengan menggunakan sumber daya yang tersedia dan dapat digali.
Membangkitkan peran pamong setempat dalam pergerakan sasaran dan mobilisasi sumber daya.

Prinsip pengelolaan program kia :
Pengelolaan program KIA pada prinsipnya bertujuan: memantapkan dan meningkatkan jangkauan serta mutu pelayanan KIA secara efektif dan efisien.Pemantapan pelayanan KIA dewasa ini diutamakan pada kegiatan pokok sebagai berikut:
Peningkatan pelayanan antenatal di semua fasilitas pelayanan dengan mutu yang baik serta jangkauan yang setinggi-tingginya.
Peningkatan pertolongan persalinan yang lebih ditujukan kepada peningkatan pertolongan oleh tenaga kesehatan professional secara berangsur.
Peningkatan deteksi dini resiko tinggi ibu hamil,baik oleh tenaga kesehatan maupun di masyarakat oleh kader atau dukun bayi,serta penanganannya dan pengamatan secara terus menerus.
Peningkatan pelayanan neonatal (bayi berumur kurang dari satu bulan) dengan mutu baik dan jangkauan yang setinggi-tingginya.

Batasan dan indikator pemantauan
Dalam penerapan PWS-KIA dipakai batasan operasional dan indicator pemantauan seperti diuraikan berikut ini:

Batasan
Pelayanan antenatal
Pelayanan kesehatan oleh tenaga professional untuk ibu selama kehamilannya yang dilaksanakan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan (7T).
Deteksi dini kehamilan beresiko
Penjaringan bumil resti oleh nakes,kader,maupun dukun.
Kunjungan bumil
Kontak bumil dengan tenaga kesehatan sesuai dengan standar (posyandu,peskesmas,pondok bersalin,kunjungan rumah).
Kunjungan KI
Kontak bumil pertama kali dengan tenaga professional kesehatan.
Kunjungan ulang
Kontak bumil dengan nakes.
K4
Kontak bumil dengan nakes yang professional yang ke-4 atau lebih sesuai standar dengan criteria:
ü  Minimal 1 kali kontak triwulan I.
ü  Minimal 1 kali kontak triwulan II.
ü  Minimal 2 kali kontak triwulan III.

Indikator pemantauan
Indicator pemantauanprogram KIA yang dipakai untuk PWS-KIA meliputi indicator
yang dapat menggambarkan keadaan kegiatan pokok dalam program KIA.
Ditetapkan 6 indikator dalam PWS-KIA yaitu:
Akses pelayanan antenatal (cakupan I)
Merupakan alat untuk mengetahui jangkauan pelayanan antenatal serta kemampuan
program dalam menggerakkan masyarakat.
DENGAN RUMUS: Jumlah kunjungan baru ibu hamil (KI)  X 100 %
                         -----------------------------------------------
                         Jumlah sasaran ibu hamil dalam 1 tahun
Cakupan ibu hamil (cakupan K4)
Menggambarkan tingkat perlindungan ibu hamil disuatu wilayah serta menggambarkan kemampuan manajemen / kelangsungan program KIA.
DENGAN RUMUS :Jumlah kunjungan ibu hamil (cakupan K4)  X 100%
                                  -----------------------------------------------------
                                 Jumlah sasaran ibu hamil dalam satu tahun

      Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan
      Merupakan alat untuk memperkirakan proporsi persalinan yang ditangani oleh tenaga kesehatan yang menggambarkan kemampuan manajemen program KIA dalam pertolongan persalinan secara professional.
DENGAN RUMUS: Jumlah persalinan oleh tenaga kesehatan  X 100%
                                   ------------------------------------------------
                                   Jumlah sasaran persalinan dalam satu tahun

      Deteksi ibu hamil beresiko oleh tenaga kesehatan
      Merupakan alat untuk mengukur besarnya masalah yang dihadapi oleh program KIA yang harus ditindak lanjuti dan diintervensi secara intensif.
DENGAN RUMUS:         Jumlah ibu hamil beresiko                       X 100%
                                  -----------------------------------------------
                                  Jumlah sasaran bumil dalam satu tahun

      Detaksi ibu hamil beresiko oleh masyarakat.
Merupakan alat untuk mengukur tingkat kemampuan dan peran serta masyarakat dalam melakukan deteksi ibu hamil beresiko di suatu wilayah.
DENGAN RUMUS: Jumlah bumil yang dirujuk oleh          X 100%
kader ke peskesmas/nakes
--------------------------------------------
                                    Jumlah sasaran bumil dalam 1 tahun

      Cakupan pelayanan neonatal oleh tenaga kesehatan
Untuk mengetahui jangkauan layanan kesehatan neonatal serta kemampuan program dalam menggerakan masyarakat melakukan layanan kesehatan neonatal.
DENGAN RUMUS: Jumlah kunjungan baru bayi usia < 1 bulan yang      X 100%
                                    mendapatkan layanan kesehatan oleh nakes
                                    ------------------------------------------------------------
                                    Jumlah sasaran bayi dalam satu tahun














BAB II
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ibu hamil sebelumnya tidak mau melahirkan dipuskesmas, mereka lebih suka memanggil tenaga kesehatan ke rumah dan melahirkan di rumah. Sejak bidan membantu 3 ibu hamil melahirkan di puskesmas, banyak ibu hamil yang lain yang sudah berencana untuk melahirkan di puskesmas dan di Lindu sering terjadi kehamilan yang lewat bulan/post date/post term, sehingga di Puskesmas perlu ada kantung persalinan.
Kantung persalinan adalah karton berukuran kurang lebih 60×60 cmdipotongpersegisebanyak 12 lembar yang menunjukkanjumlahbulandalamsatutahun. Kemudian di tulisnama-namabulan di setianlembarnya.Kantong bersalinan berfungsi untuk memudahkan bidan mengetahui siapa saja yang akan bersalin bulan tersebut.
Kohort
Adalahrancanganpenelitianepidemiologianalitikobservasionalyang mempelajarihubunganantarapaparandanpenyakit, dengancaramembandingkankelompokterpapardankelompoktidakterpaparberdasarkan status penyakit


3.2 Saran
Bagipenulis agar lebihmemahamilagiilmupengetahuantentangkantong persalinan dan analisis data.







DAFTAR PUSTAKA

Syafrudin, 2010, Organisasi manajemen Pelayamam Kesehatan, Trans info Media, Jakarta
Pusat Pendidikan Tenaga kesehatan,Departemen Kesehatan Republik Inonesia,Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak,Bakti Husada ,Jakarta,1996.
Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan,Departemen Kesehatan Republik Indonesia,Pedoman Pelayanan Kebidanan dasar,Bakti Husada,Jakarta 1999.

Tidak ada komentar: