BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Tujuan utama asuhan
antenatal (perawatan semasa kehamilan) adalah untuk memfasiltas hasil yang
sehat dan positif bagi ibu maupun bayinya dengan cara membina hubungan saling
percaya antara ibu dan anak, mendeteksi komplikasi-komplikasi yang dapat
mengancam jiwa, mempersiapkan kelahiran, dan memberikan pendidikan. Asehan
antenatal penting utuk menjamin agar proses alamiah tetap berjalan normal
selama kehamilan.
Masalah kematian
ibu dan bayi di Indonesia yang masih tinggi merupakan focus utama pemecahan
masalah kesehatan di Indonesia. Menurut survey Demografi Kesehatan Indonesia
pada tahun 1997 Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia adalah 334 per 100 000
kelahiran hidup dan Angka Kematian Bayi adalah 52 per 1000 kelahiran hidup,
Angka Kematian Neonatal adalah 25 per 1000 kelahiran hidup (Standar Pelayanan
Kebidanan, DepKes RI, 2001 dan Saifuddin, 2002). Selanjutnya angka
kematian tersebut mengalami penurunan yang lambat
menjadi sebanyak 307 / 100.000 KH untuk AKI dan AKB sebanyak 35
/ 1000 KH ( SDKI 2002 / 2003 ).
Penyebab secara
langsung tingginya AKI adalah perdarahan post partum, infeksi, dan
preeklamsi/eklamsia. Dari 5.600.000 wanita hamil di Indonesia, sejumlah 27 %
akan mengalami komplikasi atau masalah yang bisa berakibat fatal (Survey
Demografi dan kesehatan, 1997). Kehamilan dapat berkembang menjadi masalah atau
membawa resiko bagi ibu. WHO memperkirakan bahwa sekitar 15 % dari seluruh
wanita yang hamil akan berkembang menjadi komplikasi yang berkaitan dengan kehamilannya
serta dapat mengancam jiwanya. Sebagian besar penyebab tersebut dapat dicegah
melalui pemberian asuhan kehamilan yang berkualitas.
1.2 Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
a. Mahasiswa mampu menjelaskan
philosofi asuhan kehamilan
b. Mahasiswa mampu menjelaskan lingkup
asuhan kehamilan
c. Mahasiswa mampu menjelaskan
mampu menjelaskan asuhan kehamilan
d. Mahasiswa mampu menjelaskan tujuan
asuhan kehamilan
e. Mahasiswa mampu menjelaskan
menjelaskan refocusing asuhan kehamilan
f. Mahasiswa mampu menjelaspekan
standar asuhan kehamilan
BAB
II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
2.1 Filosofi
Asuhan Kehamilan
Filosofi adalah sesuatu yang dapat memberikan gambaran
dan berperan sebagai tantangan untuk memahami dan menggunakan filosofi sebagai
dasar untuk memberikan informasi dan meningkatkan praktik profesional.
Filosofi kebidanan adalah keyakinan atau pandangan
hidup bidan yang digunakan sebagai kerangka berfikir dalam memberikan asuhan
kepada klien, yang meliputi 7 aspek yang telah diyakini oleh bidan.
Kehamilan merupakan proses
yang alamiah.
Perubahan-perubahan yang terjadi pada wanita selama kehamilan normal adalah
bersifat fisiologis bukan patologis. Oleh karena nya, asuhan yang diberikan pun
adalah asuhan yang meminimalkan intervensi. Bidan harus memfasilitasi proses
alamiah dari kehamilan dan menghindari tindakan-tindakan yang bersifat medis
yang tidak terbukti manfaatnya.
Asuhan kehamilan
mengutamakan kesinambungan pelayanan ( continuity of care). Hal ini sangat penting bagi wanita untuk mendapatkan
pelayanan dari seorang professional yang sama atau dari satu tim kecil tenaga
professional sehingga perkembangan kondisi mereka setiap saat akan terpantau
dengan baik selain mereka juga menjadi lebih percaya dan terbuka karena merasa
sudah mengenal si pemberi asuhan ( Enkin, 2000 ).
Pelayanan terpusat pada
wanita ( women centered ) serta keluarga ( family centered ). Wanita ( ibu ) menjadi pusat asuhan kebidanan dalam
arti bahwa asuhan yang diberikan harus berdasarkan pada kebutuhan ibu, bukan
kebutuhan dan kepentingan bidan. Asuhan
yang diberikan hendaknya tidak hanya melibatkan ibu hamil saja melainkan juga
keluarganya, dan itu sangat penting bagi ibu sebab keluarga menjadi bagian
integral / tak terpisahkan dari ibu hamil. Sikap, perilaku, dan kebiasaan ibu
hamil sangat dipengaruhi oleh keluarga. Kondisi yang dialami oleh ibu hamil
juga akan memengaruhi seluruh anggota keluarga. Selain itu, keluarga juga
merupakan unit social yang terdekat dan dapat memberikan dukungan yang kuat
bagi anggota nya. Dalam hal pengambilan keputusan harus lah merupakan
kesepakatan bersama antara ibu, keluarganya, dan bidan, dengan ibu sebagai
penentu utama dalam proses pengamblan keputusan. Ibu mempunyai hak untuk
memilih dan memutuskan kepada siapa dan dimana ia akan memperoleh pelayanan
kebidanannya.
Asuhan kehamilan menghargai
hak ibu hamil untuk berpartisipasi dan memperoleh pengetahuan / pengalaman yag
berhubungan dengan kehamilannya. Tenaga professional kesehatan tidak mungkin terus-menerus mendampigi
dan merawat ibu hamil, oleh karea itu ibu hamil perlu mendapat informasi dan
pengalaman agar dapat merawat diri sendiri secara benar . perempuan harus
diberdayakan untuk mampu mengambil keputusan tentang kesehatan diri dan
keluarganya melalui tindakan KIE dan konseling yang dilakukan bidan.
Proses
kehamilan merupakan proses yang normal dan alamiah. Hal ini perlu
diyakini oleh tenaga kesehtan khususnya bidan,
sehingga dalam memberikan asuhan
kepada pasien, pendekatan yang dilakukan cenderung
dalam bentuk pelayanan
promotif. Realisasi yang paling mudah dilaksanakan
adalah pelaksanaan komunikasi
informasi dan edukasi ( KIE ) kepada pasien dengan materi-materi
mengenai
pemantauan kesehtan ibu hamil dan penatalaksanaan
ketidaknyamanan selama hamil.
Proses
ini merupakan pemberdayaan perempuan dan keluarga dalam melaksanakan
asuhan. Salah satu upaya yang dilakukan bidan dalam
memberikan asuhan adalah
pemantauan kesehatan pada ibu hamil. Dalam melaksanakan
pemantauan ini, bidan
tidak akan mungkin bekerja sendiri, melainkan membutuhkan
bantuan pihak lain, dalam
hal ini adalah pasien beserta keluarganya.ini bertujuan
agar pasien dan keluarga ikut
bertanggung jawab terhadap kesehatannya sehingga
terjad gangguan dan dibutuhkan
tindakan, pasien dan keluarga dapat berperan aktif
dalam pengambilan keputusan.
Defenisi dari
Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin, lamanya hamil
normal adalah 280 hari (40 minggu/9
bulan 7 hari). Dihitung dari pertama haid terakhir (Saifuddin 2002).
Kehamilan adalah
mulai dari ovulasi sampai partus lamanya 280 hari (40 minggu ) dan tidak lebih
dari 300 hari (43 minggu). (Prawiroharjo. 1999).
Pembagian kehamilan di bagi dalam 3
trimester. Trimester pertama, dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan ( 0-12
minggu) trimester kedua dari bulan ke-4 sampai 3 bulan (0-12 Minggu). Trimester
ketiga, dari bulan ke-7 sampai 9 bulan (29-42 Minggu).
Antenal care
adalah asuhan yang diberikan ibu sebelum persalinan, dan prenatal care
(JHPIEGO. 2003:7).
1. Proses
kehamilan merupakan proses yang normal dan alamiah. Hal itu perlu diyakini oleh
tenaga kesehatan khususnya bidan, sehingga ketika memberikan asuhan kepada
pasien pendekatan yang dilakukan lebih cenderung kepada bentuk pelayanan
promotif. Realisasi yang paling mudah dilaksankan adalah pelaksanaan
komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE). Kepada pasien dengan materi-materi
mengenai pemantauan kesehatan ibu hamil dan penatalaksanaan ketidaknyamanan
selama hamil.
2. Pemberdayaan
wanita dan keluarga dalam melaksakan asuhan salah satu upaya yang dilakukan
bidan dalam memberikan asuhan adalah pemantauan kesehatan pada ibu hamil. Dalam
melaksanakan pemantauan ini, bidan tidak akan mungkin bekerja sendiri. Namun
membutuhkan pihak lain, dalam hal ini adalah pasien sendiri beserta
keluarganya. Hal ini bertujuan agar pasien dan keluarga ikut merasa bertanggung
jawab terhadap kesehatannya, sehingga jika terjadi suatu gangguan dan
membutuhkan suatu tindakan, pasien dan keluarga dapat berperan aktif dalam
pengambilan keputusan.
3. Adanya
otonomi client dalam pengambilan keputusan dalam pelaksaan asuhan, bidan sering
dihadapkan pada suatu situasi yang membuatnya harus menambil langkah terbaik
untuk pasien. Dalam penentuan keputusan ini, pasien dan keluarganya sebaiknya
diberikan otonomi atau kemandirian. Hal ini akan mempunyai dampak positif bagi
pasien dan keluarganya. Pertama, mereka akan lebih merasa bertanggung jawab
terhadap peningkatan kesehatannya. Kedua, mereka akan lebih siap dengan segala
konsekuensi yang mungkin mjncul dengan keputusannya, dan ketiga, mereka akan
lebih puas dengan hasil yang di capai sehingga memudahkan bidan dalam memantau
perkembangan kesehatan pasien karena secara tidak langsung mereka juga berperan
aktif dalam mengikuti perkembangan kesehatan kehamilannya hari demi hari serta
akan dengan cepat datang ke fasilitas kesehatan jika terjadi sesuatu dengan
kehamilannya. Dalam proses pengambilan keputusan mengenai tindakan untuk
kesehatan pasien, bidan mempunyai peran dan tanggung jawan untuk memberi
informasi yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan pasien.
4. Tidak
memberikan asuhan yang dapat menimbulkan penderitaan. Filosofi ini mengacu pada
konsep asuhan sayang ibu. Dalam pelaksaan asuhan, posisi pasien bukan sebagai
objek bagi bidan melainkan seseorang yang datang dengan kebutuhannya dan
menempatkan bidan sebagai orang yang dianggap kompeten dan dapat dipercaya
untuk mengatasi permasalahan dan kebutuhannya. Dengan fakta ini sangat tidak
bijaksana jika bidan dalam memberika asuhan justru menimbulkan penderitaan bagi
pasien. Timbulnya penderitaan dalam konteks ini bukan hanya sesuatu yang
berhubungan dengan fisik saja tetapi juga termasuk yang berhubungan dengan
psikologis pasien dan keluarganya
5. Pemberian
asuhan yang bertanggung jawab dan berorientasi pada kebutuhan client. Pada saat
memberikan asuhan, bidan melakukan pengkajian pada pasien yang bertujuan untuk
mengidentifikasi masalah dan kebutuhan pasien sesuai dengan usia kehamilannya.
Seluruh rangkaian tahap asuhan dapat dipertanggungjawabkan baik kepada pihak
pasien maupun kepada profesi.
OVUM
Pada waktu dilahirkan bayi memepunyai
sekurang-kurangnya 750.000 oogonium, jumlah ini berkurang akibat pertumbuhan
dan degenerasi folikel-folikel. Pada umur 6-15 tahun kemudian ditemukan
439.000, pada 16-25 tahun hanya 34.000. pada menopose semua menghilang. Setiap
bulanya hanya 1 atau 2 foliker primordiar yanag berkembang menjadi folikel
mantang atau folikel de graf karana
pengaruh hormone FSH.
Sebelum janian dilahirkan sebagian
besar oogeneum mengalami perubahan-perubahan pada neukloneusnya. Pada ovum
kromosomnya telah berpasangan. Pertumbuhan selanjutnya kea rah pematangan
terjadi terus, benda kutup polar pertama disisihkan hanya dengan sedikii
sitoplasma, sedangkan oosit kedua ini berada didalam sitoplasma yang cukup
banyak. Proses ini disebut proses pematangan pertama ovum.
Meiosis pada wanita menghasilkan
sebuah telur atau ovum. Proses ini terjadi dalm ovarium, khususnya pada folikel
ovarium. Pada pembelahan kedua dijumpai neukleus yang berada dalam metaphase,
terapung dalam sitoplasma yang kekuning-kuningan yakni vitellus. Ada dua
lapisan jaringan pelindung yang mengelilingi ovum. Lapisan pertama berupa
membrane tebal tidak berbentuk, yang di sebut zonapeulusida dan lingkaran
luarnya di sebut korona radiate, terdiri dari sel-sel oval yang di persatukan
oleh asam hialluronat.
Setiap satu bulan satu ovum menjadi
matur dengan sebuah penjamu mengelilingi sel-sel pendukung. Saat ovulasi,ovum
keluar dari folikel ovarium yang pecah. Kadar estrogen yang tinggi meningkatkan
gerakan tuba uterine, sehingga silia tuba tersebut dapat menangkap ovum dan
menggerakkannya sepanjang tuba menuju rongga rahim ovum tidak dapat berjalan
sendiri.
SPERMA
Tiap
spermatozoon terdiri atas tiga bagian yaitu:kepala yang berbentuk lonjong agak
gepeng dan mengadung bahan nucleus dan bagian badan dan ekor.dengan getaran
ekornya dapat bergerak dengan cepat.
Dalam pertumbuhan embrional
spermatogonium berasal dari sel-sel primitive.tiap spermatogonium membelah dua
dan menghasilkan spermatosit pertama.spermatosit pertama ini membelah dua dan
menjadi dua spermatosit kedua,spermatosit kedua membelah dua lagi tetapi dengan
hasil bahwa dua spermatid masing-masing memiliki jumlah kromosom setengah dari
jumlah yang khas untuk jenis itu.dari spermatid ini kemudian tumbuh
spermatozoon.
KONSEPSI
Konsepsi
secara formal didenifisikan sebagai persatuan antara telur dan sperma, yang
menandaiawal suatu kehamilan. Peristiwa
ini bukan merupakan peritiwa yang terpisah, tetapi ada suatu rangkaian kejadian
yang mengelilinginya. Kejadian ini adalah pembentukan gamet (telur dan sperma), ovulasi (pelepasan
telur), penggabungan gamet dan implantasi embrio di dalam uterus. Jika semua
pristiwa ini berlangsung baik, maka proses perkembangan embrio dan janin dapat
dimulai.
Konsepsi
dapat terjadi jika memenuhi beberapa criteria berikut ini :
1. Senggama
harus terjadi pada bagian siklus reproduksi yang tepat
2. Ovarium
wanita harus melepaskan ovum yang sehat pada saat ovulasi
3. Pria
harus mengeluarkan sperma yang cukup normal dan sehat selama ejakulasi
4. Tidak
ada hambatan atau barier yang mencegah sperma untuk membuahi ovum
Kemungkinan
keberhasilan konsepsi yang tinggi apabila hubungan seksual berlangsung tepat
sebelum ovulasi. Dalam kondisi normal, ejakulasi pada hubungan seksual
mengeluarkan 1 sendok teh semen, yang mengandung 200-500 juta sperma, di dalam
vagina. Sperma berenang dengan gerakan flagella pada ekornya. Beberapa sperma
dapat mencapai pembuahan dalam waktu 5 menit, tetapi rata-rata waktu yang
dibutuhkan adalah 4-6 jam. Sperma akan tetap hidup[ dalam sisitem reproduksi
wanita selama 2-3 hari.
Kebanyakan
sperma gagal bertahan hidup dalam perjalanan pada saat sperma tersebut keluar
dari vagina karena sperma memasuki saliuran yang tidak memiliki ovum, atau
mereka tidak mampu melalui lender serviks, atau hancur akibat media vagina yang
asam, atau akibat leukosit vagositik di dalam uterus sehingga banyak sperma
yang terbuang sia-sia. Untuk memaksimalkan terjadinya konsepsi, sperma yang
terkandung dalam ejakulat harus banyak, sehat dan motil.
Sewaktu
sperma berjalan melalui tuba uterine, enzim-enzim yang dihasilkan disana akan
membantu kapsitasis sperma. Kapasitasi adalah perubahan fisiologis yang membuat
lapisan pelindung lepas dari kepala sperma (akrosom), sehoingga terbentuk
lubang kecil di akrosom, yang memungkinkan enzim (seperti hialurodinase) keluar.
Enzim-enzim ini dibutuhkan agar sperma dapat menembius lapisan pelindung ovum
sebelum pembuahan. Enzim hiolurodinase yang dikeluarkan akan membantu
mencairkan korona radiata dehinga dapat menembus dinding sel telur.
Tahapan
penembusan spermatozoa :
1. Spermatozoa
berupaya untuk mendekati ovum
2. Spermatozoa
memecahkan rinytangan korona radiate yang mengeluarkan isi dari bagian akromion
3. Membrane
akrosom seb elah dalam larut
4. Satu
spermatozoa menembus membrane oosit sambil kehilangan membrane plasmanya sendiri,
sehingga terjadilah pembuahan
Pembuahan
berlangsung di ampula (1/3 bagian luar) tuba uterine. Apabila sebuah sperma
berhasil menmbus membrane yang memgelilingi ovum, baik sperma maupun ovum akan
berada dalam membrane dan membrane tidak lagi dapat ditembus oleh sperma lain.
Hal ini disebiut reaksi Zona. Pembelahan meiosis kedua oosit selesai dan
nucleus ovum menjadi pronukleus ovum. Kepala sperma membesar dan menjadi
pronukleus pria, sedanglkan ekornya berdegenerasi. Nucleus-nukleus akan menyatu
dan kromosom bergabung, sehingga dicapai jumlah yang diploid (46). Dengan
demikian konsepsi berlangsung dan terbentuklah zigot (sel pertama individu
baru).
Replikasi
sel mitosis, yang disebut pembelahan/cleavage, dimulai saat zigot berjalan
disepanjang tuba uterine menuju uterus. Perjalanan ini mebutuhkan waktu 3-4
hari. Karena telur yang difertilisasi membelah dengan cepat, sedangkan
ukurannya tidak bertambah, terbentuk sel kecil-kecil, yuang disebut blastomer,
terbentuk pada setiap pembelahan. Morula terdiri atas 16 sel, berupa satu bola
sel padat yang dihasilkan selama 3 hari. Morula masih dikelilingi oleh lapisan
pelindung zona pelusida. Perkembangan selanjutnya terjadi sewaktu morula
mengapung bebas di dalam uterus. Cairan masuk kedalam zona pelusida dan menyusup
kedalam ruang interselular di antara blastomer. Selanjutnya, terbentuk ruang di
dalam masa sel, karena ruangan itu menyyatu dan terbentuklah struktur yang
disebut blastosis.pembentukan blastosis menandai diferensiasi utama pertama
embrio. Massa padat sel bagian dalam berkembang menjado embrio dan membrane
embrio yang disebut amnion. Lapisan sel telur yang mengelilingi rongga, disebut
trofoblas, akan berkembang menjadi membrane embrio lain, yaitu korion, bagian
embrionik plasenta.
IMPLANTASI
Zona
pelusida berdegenerasi dan trofoblas melekatkan dirinya pada endometrium rahim,
biasanya pada daerah fundus anterior dan posterior. Anatara 6-10 hari setelah
konsepsi, trofoblas menyekresi enzim yang membantunya membenamkan diri ke dalam
endometrium sampai seluruh bagian blastosis tertutup. Proses ini dikenal
sebagai Implantasi.pembuluh darah endometrium pecah dan sebagian besar wanita
akan mengalami pendarahan ringan akibat implantasi ( bercak darah atau
perdarahan ringan pada saat seharusnya terjadi menstruasi berikutnya.
Vili
korion, yang berbentuk seperti jari, terbentuk diluar trofoblas dan menyusup
masuk ke dalam daerah yang mengandung darah pada endometrium. Vili ini adalah
tonjolan yang banyak mengandung pembuluh darah dan mendapat oksigen dan gizi
dari aliran darah ibu serta dapat membuang karbon dioksida dan produk sisa ke
dalam darah ibu. Setelah implantasi, emdometrium disebiut desidua. Bagian yang
langsung berada dibawah blastosis, tempat vili korion mengtuk pembuluh darah
disebuit desidua basalis. Bagian yang menutup blastosis adalah desidua
kapsularis dan bagian yang melapisi sisa uterus adalah desidua vera.
PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN HASIL KONSEPSI
Kehamilan berlangsung selama
kira-kira 10 bulan lunar atau 9 bulan kalender atau 40 minggu atau 280
hari.lama kehamilan di hitung dari pertama haid terakir/last menstrual periode
(LPM).akan
tetapi sebenarnya konsepsi terjadi sekitar 2 minggu setalah hari pertma periode
menstruasi terakhir.(14 hari atau saat ovulasi).dengan demikian,umur janin
pascakonseps+2 minggu,yakni 266 hari atau 8 minggu.Usia pascakonsepsi akan
digunakan untuk membahas perkembangan janin
Awal
perkembangan manusia di lalui dengan beberap periode(Moore,1973,1988);
1. Zygote,
yaitu sel yang terbentuk sebagai hasil vertilisasi ovum oleh spermatozoa.
2. Blastomer,
yaitu pembelahan biotic(clealavage) zigot menghasilkan sel anak yang disebut
blastomer.
3. Marula,
yaitu sel terbentuk bola padat yang terbentuk dari 16 atau lebih blastomer.
4. Blastokista,
yairu setelah marula mencapai uterus, terbentuk suatu rongga berisi cairan yang
mengubah marula menjadi blastokista.
5. Mudigah(embrio),
yaitu sel-sel pembentuk mudigah, yang berkelompok sebagai suatu masa sel dalam
(inner cell mass) menghasilkan mudigah bila sudah terbentuk lempeng embreonik
bilaminar. Periode mudigah bila sudah terbentuk lempeng embrionik bilaminar.
Periode mudigah memanjang sampai akhir minggu ke7 atau ke8 saat struktur utama
mulai di temukan.
Embrio(organisme yang
tengah berkembang, sejak hari k4 pembuahan sampai akhir minggu k8
6. Janin (fetus), yaitu setelah periode
mudigah, hasil konsepsi yang tumbuh disebut janin
Fetus (keturunan yang belum dilahirkan
sejak 9 bulan setelah fertilisasi sampai kelahiran)
Semua produk jaringan
hasil konsepsi mudigah, janin, membrane janin dan plasenta disebut dengan
konseptus. Konseptus mencakup semua jaringan, baik embrionik maupun ekstra
embionik, yang berkembang dari zigot.
Perkembangan
intrauterine di bagi dalam 3 tahap yaitu:
1. Tahap
ovum
Berlangsung sejak
konsepsi hingga hari k 14. Pada periode ini terjadi replikasi seluler,
pembentukan plastosis, perkembangan awal selaput embrio lapisan germinal
primer.
2. Tahap
embrio
Berlangsung hari ke 15
hingga sekitar 8 minggu setelah konsepsi.
3. Tahap
janin
Setelah tahap embrio,
hasil konsepsi yang tumbuh di sebut janin. Meliputi masa pertumbuhan
intrauterine antara usia kehamilan minggu k 8-12 dengan sekitar minggu k
40(pada kehamilan normal atau aterm), dimana organisme yang telah memiliki
struktu lengakap tersebut melanjut pertumbuhan dan perkembangan yang pesat, sampai
pada keadaan yang memungkinkan untuk hidup dan berfungsi di dunia luar (ekstrauterin).
2.2 Lingkup Asuhan Kehamilan
Keterampilan Dasar
Keterampilan ini merupakan keahlian
yang wajib dimiliki oleh bidan untuk bisa mengasuh dengan baik. Berikut keterampilan
tersebut :
a. Mengumpulkan
data riwayat kesehatan
b. Melakukan
pemeriksaan fisik
c. Menilai
keadaan janin
d. Menghitung
usia kehamilan
e. Mengkaji
status nutrisi
f. Mengkaji
kenaikan berat badan
g. Memberikan
penyuluhan
h. Menatalaksanaan
pada anemia ringan hiperemesis gravidarum tingkat 1 abortus imninen, dan
preeklamsi ringan
i.
Memberikan imunisasi
keterampilan tambahan
selain keterampilan dasar, akan sangat membantu bila bidan juga memiliki
bekal keterampilan tambahan, yaitu :
a.
menggunakan
Doppler
b.
memberikan
pengobatan
c.
melaksanakan
long life skill (LLS) dalam managemen pasca aborsi
2.3 Prinsip
Pokok Asuhan Kehamilan
Prinsip
merupakan dasar atau azas yang menjadi dasar berpikir dan bertindak. Lima
prinsip dasar dalam memberikan asuhan pada ibu hamil, antara lain :
1. Kehamilan dan kelahiran adalah
suatu proses yang normal, alami dan sehat.
Sebagai bidan kita meyakini bahwa model asuhan kehamilan yang membantu
serta melindungi proses kehamilan & kelahiran normal adalah yang paling
sesuai bagi sebagian besar wanita. Tidak perlu melakukan intervensi yang tidak
didukung oleh bukti ilmiah (evidence-based practice).
2. Pemberdayaan.
Ibu adalah pelaku
utama dalam asuhan kehamilan.Oleh karena itu, bidan harus memberdayakan ibu
(dan keluarga) dengan meningkatkan pengetahuan & pengalaman mereka melalui
pendidikan kesehatan agar dapat merawat dan menolong diri sendiri pada kondisi
tertentu.Hindarkan sikap negatif dan banyak mengkritik.
3. Otonomi.
Pengambil keputusan
adalah ibu & keluarga.Untuk dapat mengambil suatu keputusan mereka
memerlukan informasi.Bidan harus memberikan informasi yang akurat tentang
resiko dan manfaat dari semua prosedur, obat-obatan, maupun test/pemeriksaan
sebelum mereka memutuskan untuk menyetujuinya. Bidan juga harus membantu ibu
dalam membuat suatu keputusan tentang apa yang terbaik bagi ibu & bayinya
berdasarkan sistem nilai dan kepercayaan ibu/keluarga.
4. Tidak membahayakan
Intervensi harus dilaksanakan atas dasar indikasi yang
spesifik, bukan sebagai rutinitas sebab test-test rutin, obat, atau prosedur
lain pada kehamilan dapat membahayakan ibu maupun janin. Bidan yang terampil
harus tahu kapan ia harus melakukan sesuatu dan intervensi yang dilakukannya
haruslah aman berdasarkan bukti ilmiah.
5. Tanggung
jawab
Asuhan kehamilan yang
diberikan bidan harus selalu didasari ilmu, analisa, dan pertimbangan yang
matang.Akibat yang timbul dari tindakan yang dilakukan menjadi tanggungan
bidan.Pelayanan yang diberikan harus berdasarkan kebutuhan ibu & janin,
bukan atas kebutuhan bidan.Asuhan yang berkualitas, berfokus pada klien, dan
sayang ibu serta berdasarkan bukti ilmiah terkini (praktek terbaik) menjadi
tanggung jawab semua profesional bidan.
2.4 Sejarah
Asuhan Kehamilan
Sejarah asuhan kehamilan sejalan dengan perkembangan dunia kebidanan secara
umum. Dimana dunia
menyadari bahwa persalinan akan berjalan lancar apabila adanya peningkatan
pelayanan antenatal care.Boombing terjadi pada tahun 1980-an seiring dengan munculnya safe
motherhood dan making pregnancy safer. Kemampuan pelayanan kesehatan suatu
negara di tentukan dengan perbandingan tinggi rendahnya angka kematian ibu hdan
angka kematian perinatal. Dikemukakan bahwa angka kematian perinatal lebih
mencerminkan kesanggupan suatu negara untuk memberikan pelayanan kesehatan.
Pada zaman pemerintahan hindia-belanda, angka kematian ibu (AKI) dan angka
kematian bayi (AKB) sangat tinggi dengan tenaga penolong persalinan adalah
dukun. Sejak saat itu, pelayanan kebidanan terus berkembang. Pelatihan dan
pendidikan bidanpun terus berkembang sejak tahun 1952 hingga kini. Fasilitas
pelayanan kesehatan juga semakin dikembangkan dengan menyebarkan bidan di
seluruh wilayan tanah air agar pelayanan kebidanan dapat semakin dekat dengan
masyarakat.
Safe Motherhood merupakan upaya
untuk menyelamatkan wanita agar kehamilan dan persalinannya sehat dan aman,
serta melahirkan bayi yang sehat. Tujuan upaya Safe Motherhood adalah menurunkan angka
kesakitan dan kematian ibu hamil, bersalin, nifas, dan menurunkan angka
kesakitan dan kematian bayi baru lahir. Upaya ini terutama ditunjukan pada
negara yang sedang berkembang karena 99% kematian ibu di dunia terjadi di
negara-negara tersebut.
Menurut the International Classification of
Diseases and Related Health Problems, Tenth Revision, 1992 (ICD-10) WHO
mendefinisikan kematian ibu sebagai “kematian wanita hamil atau dalam 42 hari
setelah persalinan, tanpa memandang lama dan tempat terjadinya kehamilan yang
disebabkan oleh atau dipicu oleh kehamilannya atau penanganan kehamilannya,
tetapi bukan karena kecelakaan”
Menurut pengertian ini penyebab kematian ibu dapat dibagi
menjadi penyebab langsung maupun tak langsung.
Penyebab kematian langsung yaitu setiap komplikasi
persalinan disetiap fase kehamilan (kehamilan, persalinan dan pasca
persalinan), akibat tindakan, kesalahan pengobatan atau dari kesalahan yang
terjadi disetiap rangkaian kejadian diatas. Contohnya seperti perdarahan,
pre-eklamsia/eklamsia, akibat komplikasi anestesi atau bedah kaisar.
Penyebab kematian tak langsung yaitu akibat penyakit lain
yang telah ada sebelumnya atau berkembang selama kehamilan dan yang tidak
berhubungan dengan penyebab langsung tetapi dipicu secara fisiologis oleh
kehamilan. Contohnya seperti kematian akibat penyakit ginjal atau jantung.
Empat pilar Safe Motherhood :
WHO mengembangkan konsep Four Pillars of Safe Motherhood
untuk menggambarkan ruang lingkup upaya penyelamatan ibu dan bayi (WHO, 1994).
Empat pilar upaya Safe Motherhood tersebut adalah keluarga berencana, asuhan
antenatal persalinan bersih dan aman, dan pelayanan obstetri esensial.
1. Keluarga Berencana
2. Pelayanan antenatal
3. Persalinan yang bersih dan
aman
4.
Pelayanan obstetri esensial
1. Keluarga berencana
KB dapat menurunkan angka kematian ibu karena dapat
merencanakan waktu yang tepat untuk hamil, mengatur jarak kehamilan, menentukan
jumlah anak. Sehingga tidak ada kehamilan yang tidak diinginkan, “4 terlalu”,
yaitu terlalu muda, terlalu tua, terlalu sering hamil, dan terlalu banyak anak.
2. Pelayanan antenatal
Pelayanan antenatal memiliki tujuan
untuk:
1. Mencegah adanya komplikasi
obstetri
2. Mendeteksi komplikasi
sedini mungkin
3. Penanganan secara memadai
dan profesional
3.
Persalinan yang bersih dan aman
Persalinan yang bersih dan aman memiliki tujuan memastikan
setiap penolong kelahiran/persalinan mempunyai kemampuan, ketrampilan, dan alat
untuk memberikan pertolongan yang bersih dan aman, serta memberikan pelayanan
nifas pada ibu dan bayi
4.
Pelayanan obstetri esensial
Memastikan bahwa tempat pelayanan kesehatan dapat memberikan
pelayanan obstetri untuk risiko tinggi dan komplikasi tersedia bagi ibu hamil
yang membutuhkan.
Departemen Kesehatan pada tahun 2000 telah menyusun Rencana
Strategis (Renstra) jangka panjang upaya penurunan angka kematian ibu dan
kematian bayi baru lahir. Dalam Renstra ini difokuskan pada kegiatan yang
dibangun atas dasar sistem kesehatan yang mantap untuk menjamin pelaksanaan
intervensi dengan biaya yang efektif berdasarkan bukti ilmiah yang dikenal dengan
sebutan "Making Pregnancy Safer (MPS)" melalui tiga pesan kunci.
Tiga pesan kunci MPS itu adalah
1.
Setiap
persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih,
2.
Setiap
komplikasi obstetri dan neonatal mendapat pelayanan yang adekuat akses terhadap
pencegahan kehamilan yang
3.
Setiap wanita
usia subur mempunyai tidak diinginkan dan penanganan komplikasi keguguran.
Dari pelaksanaan MPS, target yang
diharapkan dapat dicapai pada tahun 2010 adalah angka kematian ibu menjadi 125
per 100.000 kelahiran hidup dan angka kematian bayi baru lahir menjadi 15 per
1.000 kelahiran hidup. Dalam kerangka inilah Departemen Kesehatan bersama
Program Maternal & Neonatal Health (MNH) sejak tahun 1999 mengembangkan
berbagai pendekatan baru yang didasarkan pada praktek-praktek terbaik (best
practices) yang diakui dunia untuk membantu memperbaiki kondisi kesehatan ibu
melahirkan dan bayi baru lahir di beberapa daerah intervensi di Indonesia.
2.5 Tujuan Asuhan Kehamilan
Tujuan utama ANC adalah menurunakn/mencegah kesakitan
dan kematian maternal dan perinatal. Adapun tujuan khususnya adalah :
1.
Memonitor kemajuan kehamilan guna memastikan kesehatan ibu &
perkembangan bayi yang normal.
2.
Mengenali
secara dini penyimpangan dari normal dan memberikan penatalaksanaan yang
diperlukan.
3.
Membina
hubungan saling percaya antara ibu dan bidan dalam rangka
mempersiapkan ibu dan keluarga secara fisik, emosional, dan
logis untuk menghadapi kelahiran serta kemungkinan adanya komplikasi.
4.
Meningkatkan dan mempertahankan
kesehatan fisik, mental, sosial, ibu dan bayi.
5.
Mempersiapkan persalinan yang cukup
bulan, melahirkan dengan selamat ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal
mungkin.
6.
Mempersiapkan ibu agar nifas berjalan
normal dan pemberian ASI ekslusif.
2.6 Refocusing
Asuhan Kehamilan
Hasil survey kesehatan
rumahtangga (SKRT) tahun 1995 menunjukkan angka kematian ibu sebesar 373 per
100.000 kelahiran hidup dengan penyebab utama adalah perdarahan, infeksi dan
eklampsia. Sebenarnya bidan memiliki peran penting dalam mencegah dan atau
menangani setiap kondisi yang mengancam jiwa ini melalui beberapa intervensi
yang merupakan komponen penting dalam ANC seperti : mengukur tekanan darah,
memeriksa kadar proteinuria, mendeteksi tanda-tanda awal perdarahan/infeksi, maupun
deteksi & penanganan awal terhadap anemia. Namun ternyata banyak komponen
ANC yang rutin dilaksanakan tersebut tidak efektif untuk menurunkan angka kematian maternal
& perinatal.
Fokus lama ANC :
1.
Mengumpulkan data dalam upaya mengidentifikasi ibu yang
beresiko tinggi dan merujuknya untuk mendapatkan asuhan khusus.
2.
Temuan-temuan fisik (TB, BB, ukuran pelvik, edema
kaki, posisi & presentasi janin di bawah usia 36 minggu dsb) yang
memperkirakan kategori resiko ibu.
3.
Pengajaran /pendidikan kesehatan yang
ditujukan untuk mencegah resiko/komplikasi
Hasil-hasil penelitian yang dikaji oleh WHO (Maternal
Neonatal Health) menunjukkan bahwa :
1.
Pendekatan resiko mempunyai bila prediksi yang buruk
karena kita tidak bisa membedakan ibu yang akan mengalami komplikasi dan yang
tidak. Hasil studi di Kasango (Zaire) membuktikan bahwa 71% ibu yang mengalami
partus macet tidak terprediksi sebelumnya, dan 90% ibu yang diidentifikasi
sebagai beresiko tinggi tidak pernah mengalami komplikasi.
2.
Banyak ibu yang digolongkan dalam kelompok resiko
tinggi tidak pernah mengalami komplikasi, sementara mereka telah memakai sumber
daya yang cukup mahal dan jarang didapat. Penelitian menunjukkan bahwa
pemberian asuhan khusus pada ibu yang tergolong dalam kategori resiko tinggi
terbukti tidak dapat mengurangi komplikasi yang terjadi (Enkin, 2000 : 22).
3.
Memberikan
keamanan palsu sebab banyak ibu yang tergolong kelompok resiko rendah mengalami
komplikasi tetapi tidak pernah diberitahu bagaimana cara mengetahui dan apa
yang dapat dilakukannya.
Pelajaran yang dapat diambil dari pendekatan resiko :
adalah bahwa setiap bumil beresiko mengalami komplikasi yang sangat tidak bisa
diprediksi sehinggasetiap bumil harus mempunyai akses asuhan
kehamilan dan persalinan yang berkualitas. Karenanya, fokus ANC perlu
diperbarui (refocused) agar asuhan kehamilan lebih
efektif dan dapat dijangkau oleh setiap wanita hamil.
Isi Refocusing ANC
Penolong yang
terampil/terlatih harus selalu tersedia untuk :
1.
Membantu setiap bumil & keluarganya membuat perencanaan
persalinan : petugas kesehatan yang terampil, tempat bersalin, keuangan,
nutrisi yang baik selama hamil, perlengkapan esensial untuk ibu-bayi). Penolong
persalinan yang terampil menjamin asuhan normal yang aman sehingga mencegah
komplikasi yang mengancam jiwa serta dapat segera mengenali masalah dan
merespon dengan tepat.
2.
Membantu
setiap bumil & keluarganya mempersiapkan diri menghadapi
komplikasi (deteksi dini, menentukan orang yang akan membuat
keputusan, dana kegawatdaruratan, komunikasi, transportasi, donor darah,) pada
setiap kunjungan. Jika setiap bumil sudah mempersiapkan diri sebelum terjadi
komplikasi maka waktu penyelamatan jiwa tidak akan banyak terbuang untuk
membuat keputusan, mencari transportasi, biaya, donor darah, dsb.
3.
Melakukan skrining/penapisan kondisi-kondisi
yang memerlukan persalinan RS (riwayat SC, IUFD, dsb). Ibu yang sudah tahu
kalau ia mempunyai kondisi yang memerlukan kelahiran di RS akan berada di RS
saat persalinan, sehingga kematian karena penundaan keputusan, keputusan yang
kurang tepat, atau hambatan dalam hal jangkauan akan dapat dicegah.
4.
Mendeteksi & menangani
komplikasi (preeklamsia, perdarahan pervaginam, anemia berat, penyakit menular
seksual, tuberkulosis, malaria, dsb).
5.
Mendeteksi kehamilan ganda setelah usia
kehamilan 28 minggu, dan letak/presentasi abnormal setelah 36 minggu. Ibu yang
memerlukan kelahiran operatif akan sudah mempunyai jangkauan pada penolong yang
terampil dan fasilitas kesehatan yang dibutuhkan.
6.
Memberikan imunisasi Tetanus Toxoid
untuk mencegah kematian BBL karena tetanus.
7.
Memberikan suplementasi zat besi
& asam folat. Umumnya anemia ringan yang terjadi pada bumil adalah anemia
defisiensi zat besi & asam folat.
Untuk populasi tertentu:
1.
Profilaksis cacing tambang (penanganan presumtif)
untuk menurunkan insidens anemia berat,
2.
Pencegahan / terapi preventif malaria untuk menurunkan
resiko terkena malaria di daerah endemic
3.
Suplementasi yodium
4.
Suplementasi vitamin A
2.7 Standard
Asuhan Kehamilan
1. Kebijakan
Program
Kunjungan antenatal sebaiknya
dilakukan paling sedikit 4 kali selama kehamilan.
a.
Satu kali pada
triwulan pertama
b.
Satu kali pada
triwulan kedua
c.
Dua kali pada
triwulan ketiga (Saifudin, 2002).
2. Pelayanan
kebidanan meliputi 24 standar yang dapat dikelompokkan sebagai berikut :
a. Standar
pelayanan umum (2 standar)
b. Standar
pelayanan antenatal (6 standar)
c. Standar
pertolongan persalinan (4 standar)
d. Standar
pelayanan nifas (3 standar)
e. Standar
penanganan kegawatdaruratan obstetri neonatal (9 standar)
Terdapat
6 standar dalam pelayanan antenatal sebagai berikut :
a. Standar
1 : identifikasi ibu hamil
Bidan melakukan kujungan rumah,
berinteraksi dengan masyarakat secara berkala untuk memberikan penyuluhan dan
memotivasi ibu, suami, dan anggota keluarganya agar mendorong ibu untuk
memeriksakan kehamilannya sejak dini dan secara teratur.
b. Standar
2 : pemeriksaan dan pemantauan antenatal
Bidan memberikan sedikitnya 4 kali pelayanan
antenatal. Pemeriksaan meliputi anamnesa serta pemantauan ibu dan janin secara
seksama untuk menilai apakah perkembangan berlangsung normal. Bidan juga harus
mengenal kehamilan resti/kelaianan, terutama anemia, kurang gizi, hipertensi,
PMS, memberikan pelayanan imunisasi, nasehat serta penyuluhan kesehatan serta
tugas terkait lain yang diberikan oleh puskesmas.
c. Standar
3 : palpasi abdominal
Bidan melakukan pemeriksaan abdominal secara seksama
dan melakukan palspasi untuk memperkirakan usia kehamilan dan bila usia
kehamilan bertamabah, memeriksa posisi, bagian terendah janin dan masuknya
kepala janin rongga panggul, mencari kelainan letak, melakukan rujukan tepat
waktu.
d. Standar
4 : pengelolaan anemia pada kehamilan
Bidan melakukan tindakan pencegahan, penemuan,
penanganan dan atau rujukan semua kasus anemia pada kehamilan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku
e. Standar
5 : pengelolaan dini hipertensi pada kehamilan
Bidan memnemukan secara dini setiap kenaikan tekanan
darah pada kehamilan dan mengenali tanda-tanda serta gejala preeklamsi lainnya,
lalu mengambil tindakan yang tepat dan merujuknya.
f. Standar
6 : persuiapan persalianan
Bidan memberikan saran yang tepat kepada ibu hamil,
suami serta keluarganya pada trimester ketiga untuk memastikan bahwa persiapan
persalinan telah direncanakan dengan baik, bersih, aman, dan disamping
persiapan transportasi dan biaya untuk merujuk menyenangkan, bila tiba-tiba
terjadi keadaan gawat darurat. Biadan hendaknya melakukan kunjungan rumah untuk
hal ini.
3. Dalam pelayanan/asuhan
kehamilan standar minimal yang harus dilaksanakan termasuk 7 T yaitu :
1. Timbang Berat Badan
Kekurangan atau kelebihan nutrisi dapat menyebabkan kelainanyang tidak
diinginkan ibu hamil tersebut. Kekurangan makanan dapat menyebabkan anemia,
abortus, partus prematurus, inersia uteri, dan sebagainya. Sedangkan makan
secara berlebihan karena adanya salah persepsi bahwa ibu hamil makan untuk dua
orang dapat pula mengakibatkan komplikasi antara lain preeklamsi, bayi terlalu
besar, dan sebagainya. Kenaikan BB wanita hamil rata-rata 6,5-16 kg (anjuran
kenaikan BB disesuaikan dengan Indeks Masa Tubuh).
Bila BB naik lebih dari semestinya anjurkan untuk mengurangi
karbohidrat, lemak, jangan dikurangi apalagi sayur mayor dan buah-buahan. Bila
BB tetap saja atau menurun, semua makanan dianjurkan terutama mengandung
protein dan besi.
2. Ukur Tekanan Darah
Tekanan darah harus diperiksa secara tepat dan benar. Banyak factor yang
mempengaruhi peningkatan tekanan darah. Posisi ibu saat dilakukan
pemeriksaan sebaiknya posisi tidur (setengah duduk/semi fowler), jangan
mengukur tekanan darah langsung saat ibu datang tapi persilahkan ibu untuk
istirahat sebentar sebelum dilakukan pemeriksaan, karena aktivitas
ibu akan menimbulkan kenaikan tekanan darah sehingga hasilnya menjadi tidak
akurat.
3. Ukur Tinggi Fundus Uteri (TFU)
TFU dapat digunakan untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan janin.
Mengukur TFU bisa menggunakan jari pada kehamilan <22 22="" dan="" kehamilan="" menggunakan="" minggu.="" minggu="" pada="" sentimeter="" span="">22>
4. Pemberian
imunisasi Tetanus Toxoid (TT) lengkap
Imunisasi TT yang diberikan pada ibu hamil sangat bermanfaat untuk mencegah
terjadinya tetanus neonatorum.
5. Pemberian Tablet
Besi, minimum 90 tablet selama kehamilan
Dimulai dengan memberikan 1 tablet besi sehari sesegera mungkin setelah
rasa mual hilang. Tiap tablet besi mengandung FeSO4 320 mg (zat besi 60mg) dan
asam folat 500 mikogram. Minimal masing-masing 90 tablet besi. Tablet besi
sebaiknya tidak diminum bersama teh atau kopi karena akan mengganggu
penyerapan. Anjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang mengandung vitamin C
bersamaan dengan mengkonsumsi tablet besi karena vitamin C dapat membantu
penyerapan tablet besi sehingga tablet besi yang dikonsumsi dapat terserap
sempurna oleh tubuh.
6. Test terhadap
Penyakit Menular Seksual
Wanita termasuk yang sedang hamil merupakan kelompok risiko tinggi terhadap
PMS. PMS dapat menimbulkan morbiditas dan mortalitas terhadap ibu maupun janin
yang dikandung. Pada asuhan kehamilan dilakukan anamnea kehamilan risiko
terhadap PMS meliputi penapisan, konseling, dan terapi PMS.
7. Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan
Dalam temu wicara untuk persiapan rujukan ini melibatkan ibu, suami,
keluarga dan masyarakat.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Filosofi adalah pernyataan menganai keyakinan dan
nilai atau value yang dimiliki yang berpengaruh terhadap prilaku seseorang atau
kelompok. Kehamilan merupakan proses yang alamiah, pelayanan yang terpusat pada
wanita serta keluarga untuk berpartisipasidan memperoleh pengetahuan atau
pengalaman yang berhubungan dengan kehamilan, kehamilan dan kelahiran adalah suatu
proses yang normal, alami dan sehat.
3.2
Saran
1.
Mahasiswa dapat menerapkan konsep dasar asuhan kehamilan.
2.
Mahasiswa mampu memahami konsep dasar asuhan kehamilan.
DAFTAR PUSTAKA
Hani, Ummi. Jiari
Kusbandyah Marjati. Rita Yulifah. 2011. Asuhan
Kebidanan Pada
Kehamilan Fisiologis. Jakarta: Salemba Medika
Asrinah, dkk. 2010. Asuhan Kebidanan Masa Kehamilan.
Yogyakarta: Graha Ilmu
Indrayani. 2011. Buku Ajar Asuhan
Kehamilan. Jakarta: Trans Info Media
Tidak ada komentar:
Posting Komentar