Label

Kamis, 25 Desember 2014

FILOSOFI ASUHAN KEHAMILAN

BAB I
PENDAHULUAN
1.1          Latar Belakang
Tujuan utama asuhan antenatal (perawatan semasa kehamilan) adalah untuk memfasiltas hasil yang sehat dan positif bagi ibu maupun bayinya dengan cara membina hubungan saling percaya antara ibu dan anak, mendeteksi komplikasi-komplikasi yang dapat mengancam jiwa, mempersiapkan kelahiran, dan memberikan pendidikan. Asehan antenatal penting utuk menjamin agar proses alamiah tetap berjalan normal selama kehamilan.
Masalah kematian ibu dan bayi di Indonesia yang masih tinggi merupakan focus utama pemecahan masalah kesehatan di Indonesia. Menurut survey Demografi Kesehatan Indonesia pada tahun 1997 Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia adalah 334 per 100 000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Bayi adalah 52 per 1000 kelahiran hidup, Angka Kematian Neonatal adalah 25 per 1000 kelahiran hidup (Standar Pelayanan Kebidanan, DepKes RI,  2001 dan Saifuddin, 2002). Selanjutnya angka kematian tersebut mengalami penurunan yang lambat menjadi sebanyak  307 / 100.000 KH untuk AKI dan AKB sebanyak 35 / 1000 KH ( SDKI 2002 / 2003 ).
Penyebab secara langsung tingginya AKI adalah perdarahan post partum, infeksi, dan preeklamsi/eklamsia. Dari 5.600.000 wanita hamil di Indonesia, sejumlah 27 % akan mengalami komplikasi atau masalah yang bisa berakibat fatal (Survey Demografi dan kesehatan, 1997). Kehamilan dapat berkembang menjadi masalah atau membawa resiko bagi ibu. WHO memperkirakan bahwa sekitar 15 % dari seluruh wanita yang hamil akan berkembang menjadi komplikasi yang berkaitan dengan kehamilannya serta dapat mengancam jiwanya. Sebagian besar penyebab tersebut dapat dicegah melalui pemberian asuhan kehamilan yang berkualitas.







1.2     Tujuan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
a.       Mahasiswa mampu menjelaskan philosofi asuhan kehamilan
b.      Mahasiswa mampu menjelaskan lingkup asuhan kehamilan
c.       Mahasiswa mampu menjelaskan mampu menjelaskan asuhan kehamilan
d.      Mahasiswa mampu menjelaskan tujuan asuhan kehamilan
e.       Mahasiswa mampu menjelaskan menjelaskan refocusing asuhan kehamilan
f.       Mahasiswa mampu menjelaspekan standar asuhan kehamilan























BAB II
PEMBAHASAN

2.1     Filosofi Asuhan Kehamilan
Filosofi adalah sesuatu yang dapat memberikan gambaran dan berperan sebagai tantangan untuk memahami dan menggunakan filosofi sebagai dasar untuk memberikan informasi dan meningkatkan praktik profesional.
Filosofi kebidanan adalah keyakinan atau pandangan hidup bidan yang digunakan sebagai kerangka berfikir dalam memberikan asuhan kepada klien, yang meliputi 7 aspek yang telah diyakini oleh bidan.
Kehamilan merupakan proses yang alamiah. Perubahan-perubahan yang terjadi pada wanita selama kehamilan normal adalah bersifat fisiologis bukan patologis. Oleh karena nya, asuhan yang diberikan pun adalah asuhan yang meminimalkan intervensi. Bidan harus memfasilitasi proses alamiah dari kehamilan dan menghindari tindakan-tindakan yang bersifat medis yang tidak terbukti manfaatnya.
Asuhan kehamilan mengutamakan kesinambungan pelayanan ( continuity of care). Hal ini sangat penting bagi wanita untuk mendapatkan pelayanan dari seorang professional yang sama atau dari satu tim kecil tenaga professional sehingga perkembangan kondisi mereka setiap saat akan terpantau dengan baik selain mereka juga menjadi lebih percaya dan terbuka karena merasa sudah mengenal si pemberi asuhan ( Enkin, 2000 ).
Pelayanan terpusat pada wanita ( women centered ) serta keluarga ( family centered ). Wanita ( ibu ) menjadi pusat asuhan kebidanan dalam arti bahwa asuhan yang diberikan harus berdasarkan pada kebutuhan ibu, bukan kebutuhan dan kepentingan  bidan. Asuhan yang diberikan hendaknya tidak hanya melibatkan ibu hamil saja melainkan juga keluarganya, dan itu sangat penting bagi ibu sebab keluarga menjadi bagian integral / tak terpisahkan dari ibu hamil. Sikap, perilaku, dan kebiasaan ibu hamil sangat dipengaruhi oleh keluarga. Kondisi yang dialami oleh ibu hamil juga akan memengaruhi seluruh anggota keluarga. Selain itu, keluarga juga merupakan unit social yang terdekat dan dapat memberikan dukungan yang kuat bagi anggota nya. Dalam hal pengambilan keputusan harus lah merupakan kesepakatan bersama antara ibu, keluarganya, dan bidan, dengan ibu sebagai penentu utama dalam proses pengamblan keputusan. Ibu mempunyai hak untuk memilih dan memutuskan kepada siapa dan dimana ia akan memperoleh pelayanan kebidanannya.

Asuhan kehamilan menghargai hak ibu hamil untuk berpartisipasi dan memperoleh pengetahuan / pengalaman yag berhubungan dengan kehamilannya. Tenaga professional kesehatan tidak mungkin terus-menerus mendampigi dan merawat ibu hamil, oleh karea itu ibu hamil perlu mendapat informasi dan pengalaman agar dapat merawat diri sendiri secara benar . perempuan harus diberdayakan untuk mampu mengambil keputusan tentang kesehatan diri dan keluarganya melalui tindakan KIE dan konseling yang dilakukan bidan.

       Proses kehamilan merupakan proses yang normal dan alamiah. Hal ini perlu
diyakini oleh tenaga kesehtan khususnya bidan, sehingga dalam memberikan asuhan
kepada pasien, pendekatan yang dilakukan cenderung dalam bentuk pelayanan
promotif. Realisasi yang paling mudah dilaksanakan adalah pelaksanaan komunikasi
informasi dan edukasi ( KIE ) kepada pasien dengan materi-materi mengenai
pemantauan kesehtan ibu hamil dan penatalaksanaan ketidaknyamanan selama hamil.

        Proses ini merupakan pemberdayaan perempuan dan keluarga dalam melaksanakan
asuhan. Salah satu upaya yang dilakukan bidan dalam memberikan asuhan adalah
pemantauan kesehatan pada ibu hamil. Dalam melaksanakan pemantauan ini, bidan
tidak akan mungkin bekerja sendiri, melainkan membutuhkan bantuan pihak lain, dalam
hal ini adalah pasien beserta keluarganya.ini bertujuan agar pasien dan keluarga ikut
bertanggung jawab terhadap kesehatannya sehingga terjad gangguan dan dibutuhkan
tindakan, pasien dan keluarga dapat berperan aktif dalam pengambilan keputusan.

Defenisi dari Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin, lamanya hamil normal adalah 280 hari  (40 minggu/9 bulan 7 hari). Dihitung dari pertama haid terakhir (Saifuddin 2002).
Kehamilan adalah mulai dari ovulasi sampai partus lamanya 280 hari (40 minggu ) dan tidak lebih dari 300 hari (43 minggu). (Prawiroharjo. 1999).
   Pembagian kehamilan di bagi dalam 3 trimester. Trimester pertama, dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan ( 0-12 minggu) trimester kedua dari bulan ke-4 sampai 3 bulan (0-12 Minggu). Trimester ketiga, dari bulan ke-7 sampai 9 bulan (29-42 Minggu).
Antenal care adalah asuhan yang diberikan ibu sebelum persalinan, dan prenatal care (JHPIEGO. 2003:7).
1.      Proses kehamilan merupakan proses yang normal dan alamiah. Hal itu perlu diyakini oleh tenaga kesehatan khususnya bidan, sehingga ketika memberikan asuhan kepada pasien pendekatan yang dilakukan lebih cenderung kepada bentuk pelayanan promotif. Realisasi yang paling mudah dilaksankan adalah pelaksanaan komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE). Kepada pasien dengan materi-materi mengenai pemantauan kesehatan ibu hamil dan penatalaksanaan ketidaknyamanan selama hamil.
2.      Pemberdayaan wanita dan keluarga dalam melaksakan asuhan salah satu upaya yang dilakukan bidan dalam memberikan asuhan adalah pemantauan kesehatan pada ibu hamil. Dalam melaksanakan pemantauan ini, bidan tidak akan mungkin bekerja sendiri. Namun membutuhkan pihak lain, dalam hal ini adalah pasien sendiri beserta keluarganya. Hal ini bertujuan agar pasien dan keluarga ikut merasa bertanggung jawab terhadap kesehatannya, sehingga jika terjadi suatu gangguan dan membutuhkan suatu tindakan, pasien dan keluarga dapat berperan aktif dalam pengambilan keputusan.
3.      Adanya otonomi client dalam pengambilan keputusan dalam pelaksaan asuhan, bidan sering dihadapkan pada suatu situasi yang membuatnya harus menambil langkah terbaik untuk pasien. Dalam penentuan keputusan ini, pasien dan keluarganya sebaiknya diberikan otonomi atau kemandirian. Hal ini akan mempunyai dampak positif bagi pasien dan keluarganya. Pertama, mereka akan lebih merasa bertanggung jawab terhadap peningkatan kesehatannya. Kedua, mereka akan lebih siap dengan segala konsekuensi yang mungkin mjncul dengan keputusannya, dan ketiga, mereka akan lebih puas dengan hasil yang di capai sehingga memudahkan bidan dalam memantau perkembangan kesehatan pasien karena secara tidak langsung mereka juga berperan aktif dalam mengikuti perkembangan kesehatan kehamilannya hari demi hari serta akan dengan cepat datang ke fasilitas kesehatan jika terjadi sesuatu dengan kehamilannya. Dalam proses pengambilan keputusan mengenai tindakan untuk kesehatan pasien, bidan mempunyai peran dan tanggung jawan untuk memberi informasi yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan pasien.
4.      Tidak memberikan asuhan yang dapat menimbulkan penderitaan. Filosofi ini mengacu pada konsep asuhan sayang ibu. Dalam pelaksaan asuhan, posisi pasien bukan sebagai objek bagi bidan melainkan seseorang yang datang dengan kebutuhannya dan menempatkan bidan sebagai orang yang dianggap kompeten dan dapat dipercaya untuk mengatasi permasalahan dan kebutuhannya. Dengan fakta ini sangat tidak bijaksana jika bidan dalam memberika asuhan justru menimbulkan penderitaan bagi pasien. Timbulnya penderitaan dalam konteks ini bukan hanya sesuatu yang berhubungan dengan fisik saja tetapi juga termasuk yang berhubungan dengan psikologis pasien dan keluarganya
5.      Pemberian asuhan yang bertanggung jawab dan berorientasi pada kebutuhan client. Pada saat memberikan asuhan, bidan melakukan pengkajian pada pasien yang bertujuan untuk mengidentifikasi masalah dan kebutuhan pasien sesuai dengan usia kehamilannya. Seluruh rangkaian tahap asuhan dapat dipertanggungjawabkan baik kepada pihak pasien maupun kepada profesi.
OVUM
            Pada waktu dilahirkan bayi memepunyai sekurang-kurangnya 750.000 oogonium, jumlah ini berkurang akibat pertumbuhan dan degenerasi folikel-folikel. Pada umur 6-15 tahun kemudian ditemukan 439.000, pada 16-25 tahun hanya 34.000. pada menopose semua menghilang. Setiap bulanya hanya 1 atau 2 foliker primordiar yanag berkembang menjadi folikel mantang atau folikel de graf  karana pengaruh hormone FSH.
            Sebelum janian dilahirkan sebagian besar oogeneum mengalami perubahan-perubahan pada neukloneusnya. Pada ovum kromosomnya telah berpasangan. Pertumbuhan selanjutnya kea rah pematangan terjadi terus, benda kutup polar pertama disisihkan hanya dengan sedikii sitoplasma, sedangkan oosit kedua ini berada didalam sitoplasma yang cukup banyak. Proses ini disebut proses pematangan pertama ovum.
            Meiosis pada wanita menghasilkan sebuah telur atau ovum. Proses ini terjadi dalm ovarium, khususnya pada folikel ovarium. Pada pembelahan kedua dijumpai neukleus yang berada dalam metaphase, terapung dalam sitoplasma yang kekuning-kuningan yakni vitellus. Ada dua lapisan jaringan pelindung yang mengelilingi ovum. Lapisan pertama berupa membrane tebal tidak berbentuk, yang di sebut zonapeulusida dan lingkaran luarnya di sebut korona radiate, terdiri dari sel-sel oval yang di persatukan oleh asam hialluronat.
            Setiap satu bulan satu ovum menjadi matur dengan sebuah penjamu mengelilingi sel-sel pendukung. Saat ovulasi,ovum keluar dari folikel ovarium yang pecah. Kadar estrogen yang tinggi meningkatkan gerakan tuba uterine, sehingga silia tuba tersebut dapat menangkap ovum dan menggerakkannya sepanjang tuba menuju rongga rahim ovum tidak dapat berjalan sendiri.
SPERMA
            Tiap spermatozoon terdiri atas tiga bagian yaitu:kepala yang berbentuk lonjong agak gepeng dan mengadung bahan nucleus dan bagian badan dan ekor.dengan getaran ekornya dapat bergerak dengan cepat.
            Dalam pertumbuhan embrional spermatogonium berasal dari sel-sel primitive.tiap spermatogonium membelah dua dan menghasilkan spermatosit pertama.spermatosit pertama ini membelah dua dan menjadi dua spermatosit kedua,spermatosit kedua membelah dua lagi tetapi dengan hasil bahwa dua spermatid masing-masing memiliki jumlah kromosom setengah dari jumlah yang khas untuk jenis itu.dari spermatid ini kemudian tumbuh spermatozoon.
KONSEPSI
Konsepsi secara formal didenifisikan sebagai persatuan antara telur dan sperma, yang menandaiawal  suatu kehamilan. Peristiwa ini bukan merupakan peritiwa yang terpisah, tetapi ada suatu rangkaian kejadian yang mengelilinginya. Kejadian ini adalah pembentukan  gamet (telur dan sperma), ovulasi (pelepasan telur), penggabungan gamet dan implantasi embrio di dalam uterus. Jika semua pristiwa ini berlangsung baik, maka proses perkembangan embrio dan janin dapat dimulai.
Konsepsi dapat terjadi jika memenuhi beberapa criteria berikut ini :
1.      Senggama harus terjadi pada bagian siklus reproduksi yang tepat
2.      Ovarium wanita harus melepaskan ovum yang sehat pada saat ovulasi
3.      Pria harus mengeluarkan sperma yang cukup normal dan sehat selama ejakulasi
4.      Tidak ada hambatan atau barier yang mencegah sperma untuk membuahi ovum
Kemungkinan keberhasilan konsepsi yang tinggi apabila hubungan seksual berlangsung tepat sebelum ovulasi. Dalam kondisi normal, ejakulasi pada hubungan seksual mengeluarkan 1 sendok teh semen, yang mengandung 200-500 juta sperma, di dalam vagina. Sperma berenang dengan gerakan flagella pada ekornya. Beberapa sperma dapat mencapai pembuahan dalam waktu 5 menit, tetapi rata-rata waktu yang dibutuhkan adalah 4-6 jam. Sperma akan tetap hidup[ dalam sisitem reproduksi wanita selama 2-3 hari.
Kebanyakan sperma gagal bertahan hidup dalam perjalanan pada saat sperma tersebut keluar dari vagina karena sperma memasuki saliuran yang tidak memiliki ovum, atau mereka tidak mampu melalui lender serviks, atau hancur akibat media vagina yang asam, atau akibat leukosit vagositik di dalam uterus sehingga banyak sperma yang terbuang sia-sia. Untuk memaksimalkan terjadinya konsepsi, sperma yang terkandung dalam ejakulat harus banyak, sehat dan motil.
Sewaktu sperma berjalan melalui tuba uterine, enzim-enzim yang dihasilkan disana akan membantu kapsitasis sperma. Kapasitasi adalah perubahan fisiologis yang membuat lapisan pelindung lepas dari kepala sperma (akrosom), sehoingga terbentuk lubang kecil di akrosom, yang memungkinkan enzim (seperti hialurodinase) keluar. Enzim-enzim ini dibutuhkan agar sperma dapat menembius lapisan pelindung ovum sebelum pembuahan. Enzim hiolurodinase yang dikeluarkan akan membantu mencairkan korona radiata dehinga dapat menembus dinding sel telur.
Tahapan penembusan spermatozoa :
1.      Spermatozoa berupaya untuk mendekati ovum
2.      Spermatozoa memecahkan rinytangan korona radiate yang mengeluarkan isi dari bagian akromion
3.      Membrane akrosom seb elah dalam larut
4.      Satu spermatozoa menembus membrane oosit sambil kehilangan membrane plasmanya sendiri, sehingga terjadilah pembuahan
Pembuahan berlangsung di ampula (1/3 bagian luar) tuba uterine. Apabila sebuah sperma berhasil menmbus membrane yang memgelilingi ovum, baik sperma maupun ovum akan berada dalam membrane dan membrane tidak lagi dapat ditembus oleh sperma lain. Hal ini disebiut reaksi Zona. Pembelahan meiosis kedua oosit selesai dan nucleus ovum menjadi pronukleus ovum. Kepala sperma membesar dan menjadi pronukleus pria, sedanglkan ekornya berdegenerasi. Nucleus-nukleus akan menyatu dan kromosom bergabung, sehingga dicapai jumlah yang diploid (46). Dengan demikian konsepsi berlangsung dan terbentuklah zigot (sel pertama individu baru).
Replikasi sel mitosis, yang disebut pembelahan/cleavage, dimulai saat zigot berjalan disepanjang tuba uterine menuju uterus. Perjalanan ini mebutuhkan waktu 3-4 hari. Karena telur yang difertilisasi membelah dengan cepat, sedangkan ukurannya tidak bertambah, terbentuk sel kecil-kecil, yuang disebut blastomer, terbentuk pada setiap pembelahan. Morula terdiri atas 16 sel, berupa satu bola sel padat yang dihasilkan selama 3 hari. Morula masih dikelilingi oleh lapisan pelindung zona pelusida. Perkembangan selanjutnya terjadi sewaktu morula mengapung bebas di dalam uterus. Cairan masuk kedalam zona pelusida dan menyusup kedalam ruang interselular di antara blastomer. Selanjutnya, terbentuk ruang di dalam masa sel, karena ruangan itu menyyatu dan terbentuklah struktur yang disebut blastosis.pembentukan blastosis menandai diferensiasi utama pertama embrio. Massa padat sel bagian dalam berkembang menjado embrio dan membrane embrio yang disebut amnion. Lapisan sel telur yang mengelilingi rongga, disebut trofoblas, akan berkembang menjadi membrane embrio lain, yaitu korion, bagian embrionik plasenta.
IMPLANTASI
Zona pelusida berdegenerasi dan trofoblas melekatkan dirinya pada endometrium rahim, biasanya pada daerah fundus anterior dan posterior. Anatara 6-10 hari setelah konsepsi, trofoblas menyekresi enzim yang membantunya membenamkan diri ke dalam endometrium sampai seluruh bagian blastosis tertutup. Proses ini dikenal sebagai Implantasi.pembuluh darah endometrium pecah dan sebagian besar wanita akan mengalami pendarahan ringan akibat implantasi ( bercak darah atau perdarahan ringan pada saat seharusnya terjadi menstruasi berikutnya.
Vili korion, yang berbentuk seperti jari, terbentuk diluar trofoblas dan menyusup masuk ke dalam daerah yang mengandung darah pada endometrium. Vili ini adalah tonjolan yang banyak mengandung pembuluh darah dan mendapat oksigen dan gizi dari aliran darah ibu serta dapat membuang karbon dioksida dan produk sisa ke dalam darah ibu. Setelah implantasi, emdometrium disebiut desidua. Bagian yang langsung berada dibawah blastosis, tempat vili korion mengtuk pembuluh darah disebuit desidua basalis. Bagian yang menutup blastosis adalah desidua kapsularis dan bagian yang melapisi sisa uterus adalah desidua vera.

 PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN HASIL KONSEPSI
            Kehamilan berlangsung selama kira-kira 10 bulan lunar atau 9 bulan kalender atau 40 minggu atau 280 hari.lama kehamilan di hitung dari pertama haid terakir/last menstrual periode
(LPM).akan tetapi sebenarnya konsepsi terjadi sekitar 2 minggu setalah hari pertma periode menstruasi terakhir.(14 hari atau saat ovulasi).dengan demikian,umur janin pascakonseps+2 minggu,yakni 266 hari atau 8 minggu.Usia pascakonsepsi akan digunakan untuk membahas perkembangan janin
Awal perkembangan manusia di lalui dengan beberap periode(Moore,1973,1988);
1.      Zygote, yaitu sel yang terbentuk sebagai hasil vertilisasi ovum oleh spermatozoa.
2.      Blastomer, yaitu pembelahan biotic(clealavage) zigot menghasilkan sel anak yang disebut blastomer.
3.      Marula, yaitu sel terbentuk bola padat yang terbentuk dari 16 atau lebih blastomer.
4.      Blastokista, yairu setelah marula mencapai uterus, terbentuk suatu rongga berisi cairan yang mengubah marula menjadi blastokista.
5.      Mudigah(embrio), yaitu sel-sel pembentuk mudigah, yang berkelompok sebagai suatu masa sel dalam (inner cell mass) menghasilkan mudigah bila sudah terbentuk lempeng embreonik bilaminar. Periode mudigah bila sudah terbentuk lempeng embrionik bilaminar. Periode mudigah memanjang sampai akhir minggu ke7 atau ke8 saat struktur utama mulai di temukan.
Embrio(organisme yang tengah berkembang, sejak hari k4 pembuahan sampai akhir minggu k8
6.      Janin (fetus), yaitu setelah periode mudigah, hasil konsepsi yang tumbuh disebut janin
Fetus (keturunan yang belum dilahirkan sejak 9 bulan setelah fertilisasi sampai kelahiran)
Semua produk jaringan hasil konsepsi mudigah, janin, membrane janin dan plasenta disebut dengan konseptus. Konseptus mencakup semua jaringan, baik embrionik maupun ekstra embionik, yang berkembang dari zigot.

Perkembangan intrauterine di bagi dalam 3 tahap yaitu:
1.      Tahap ovum
Berlangsung sejak konsepsi hingga hari k 14. Pada periode ini terjadi replikasi seluler, pembentukan plastosis, perkembangan awal selaput embrio lapisan germinal primer.
2.      Tahap embrio
Berlangsung hari ke 15 hingga sekitar 8 minggu setelah konsepsi.
3.      Tahap janin
Setelah tahap embrio, hasil konsepsi yang tumbuh di sebut janin. Meliputi masa pertumbuhan intrauterine antara usia kehamilan minggu k 8-12 dengan sekitar minggu k 40(pada kehamilan normal atau aterm), dimana organisme yang telah memiliki struktu lengakap tersebut melanjut pertumbuhan dan perkembangan yang pesat, sampai pada keadaan yang memungkinkan untuk hidup dan berfungsi di dunia luar (ekstrauterin).
2.2       Lingkup Asuhan Kehamilan
   Keterampilan Dasar
Keterampilan ini merupakan keahlian yang wajib dimiliki oleh bidan untuk bisa mengasuh dengan baik. Berikut keterampilan tersebut :
a.       Mengumpulkan data riwayat kesehatan
b.      Melakukan pemeriksaan fisik
c.       Menilai keadaan janin
d.      Menghitung usia kehamilan
e.       Mengkaji status nutrisi
f.       Mengkaji kenaikan berat badan
g.      Memberikan penyuluhan
h.      Menatalaksanaan pada anemia ringan hiperemesis gravidarum tingkat 1 abortus imninen, dan preeklamsi ringan
i.        Memberikan imunisasi
keterampilan tambahan
selain keterampilan dasar, akan sangat membantu bila bidan juga memiliki bekal keterampilan tambahan, yaitu :
a.       menggunakan Doppler
b.      memberikan pengobatan
c.       melaksanakan long life skill (LLS) dalam managemen pasca aborsi
2.3     Prinsip Pokok Asuhan Kehamilan
          Prinsip merupakan dasar atau azas yang menjadi dasar berpikir dan bertindak. Lima prinsip dasar dalam memberikan asuhan pada ibu hamil, antara lain :
1.      Kehamilan dan kelahiran adalah suatu proses yang normal, alami dan sehat.
Sebagai bidan kita meyakini bahwa model asuhan kehamilan yang membantu serta melindungi proses kehamilan & kelahiran normal adalah yang paling sesuai bagi sebagian besar wanita. Tidak perlu melakukan intervensi yang tidak didukung oleh bukti ilmiah (evidence-based practice).
2.      Pemberdayaan.
Ibu adalah pelaku utama dalam asuhan kehamilan.Oleh karena itu, bidan harus memberdayakan ibu (dan keluarga) dengan meningkatkan pengetahuan & pengalaman mereka melalui pendidikan kesehatan agar dapat merawat dan menolong diri sendiri pada kondisi tertentu.Hindarkan sikap negatif dan banyak mengkritik.
3.      Otonomi.
Pengambil keputusan adalah ibu & keluarga.Untuk dapat mengambil suatu keputusan mereka memerlukan informasi.Bidan harus memberikan informasi yang akurat tentang resiko dan manfaat dari semua prosedur, obat-obatan, maupun test/pemeriksaan sebelum mereka memutuskan untuk menyetujuinya. Bidan juga harus membantu ibu dalam membuat suatu keputusan tentang apa yang terbaik bagi ibu & bayinya berdasarkan sistem nilai dan kepercayaan ibu/keluarga.
4.      Tidak membahayakan
Intervensi harus dilaksanakan atas dasar indikasi yang spesifik, bukan sebagai rutinitas sebab test-test rutin, obat, atau prosedur lain pada kehamilan dapat membahayakan ibu maupun janin. Bidan yang terampil harus tahu kapan ia harus melakukan sesuatu dan intervensi yang dilakukannya haruslah aman berdasarkan bukti ilmiah.
5.         Tanggung jawab
Asuhan kehamilan yang diberikan bidan harus selalu didasari ilmu, analisa, dan pertimbangan yang matang.Akibat yang timbul dari tindakan yang dilakukan menjadi tanggungan bidan.Pelayanan yang diberikan harus berdasarkan kebutuhan ibu & janin, bukan atas kebutuhan bidan.Asuhan yang berkualitas, berfokus pada klien, dan sayang ibu serta berdasarkan bukti ilmiah terkini (praktek terbaik) menjadi tanggung jawab semua profesional bidan.

2.4     Sejarah Asuhan Kehamilan
Sejarah asuhan kehamilan sejalan dengan perkembangan dunia kebidanan secara umum. Dimana dunia menyadari bahwa persalinan akan berjalan lancar apabila adanya peningkatan pelayanan antenatal care.Boombing terjadi pada tahun 1980-an seiring dengan munculnya safe motherhood dan making pregnancy safer.            Kemampuan pelayanan kesehatan suatu negara di tentukan dengan perbandingan tinggi rendahnya angka kematian ibu hdan angka kematian perinatal. Dikemukakan bahwa angka kematian perinatal lebih mencerminkan kesanggupan suatu negara untuk memberikan pelayanan kesehatan.
Pada zaman pemerintahan hindia-belanda, angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) sangat tinggi dengan tenaga penolong persalinan adalah dukun. Sejak saat itu, pelayanan kebidanan terus berkembang. Pelatihan dan pendidikan bidanpun terus berkembang sejak tahun 1952 hingga kini. Fasilitas pelayanan kesehatan juga semakin dikembangkan dengan menyebarkan bidan di seluruh wilayan tanah air agar pelayanan kebidanan dapat semakin dekat dengan masyarakat.
Safe Motherhood merupakan upaya untuk menyelamatkan wanita agar kehamilan dan persalinannya sehat dan aman, serta melahirkan bayi yang sehat. Tujuan upaya Safe Motherhood adalah menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu hamil, bersalin, nifas, dan menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi baru lahir. Upaya ini terutama ditunjukan pada negara yang sedang berkembang karena 99% kematian ibu di dunia terjadi di negara-negara tersebut.
Menurut the International Classification of Diseases and Related Health Problems, Tenth Revision, 1992 (ICD-10) WHO mendefinisikan kematian ibu sebagai “kematian wanita hamil atau dalam 42 hari setelah persalinan, tanpa memandang lama dan tempat terjadinya kehamilan yang disebabkan oleh atau dipicu oleh kehamilannya atau penanganan kehamilannya, tetapi bukan karena kecelakaan”
Menurut pengertian ini penyebab kematian ibu dapat dibagi menjadi penyebab langsung maupun tak langsung.
Penyebab kematian langsung yaitu setiap komplikasi persalinan disetiap fase kehamilan (kehamilan, persalinan dan pasca persalinan), akibat tindakan, kesalahan pengobatan atau dari kesalahan yang terjadi disetiap rangkaian kejadian diatas. Contohnya seperti perdarahan, pre-eklamsia/eklamsia, akibat komplikasi anestesi atau bedah kaisar.
Penyebab kematian tak langsung yaitu akibat penyakit lain yang telah ada sebelumnya atau berkembang selama kehamilan dan yang tidak berhubungan dengan penyebab langsung tetapi dipicu secara fisiologis oleh kehamilan. Contohnya seperti kematian akibat penyakit ginjal atau jantung.
            Empat pilar Safe Motherhood :
WHO mengembangkan konsep Four Pillars of Safe Motherhood untuk menggambarkan ruang lingkup upaya penyelamatan ibu dan bayi (WHO, 1994). Empat pilar upaya Safe Motherhood tersebut adalah keluarga berencana, asuhan antenatal persalinan bersih dan aman, dan pelayanan obstetri esensial.
        1.      Keluarga Berencana
        2.      Pelayanan antenatal
        3.      Persalinan yang bersih dan aman
  4.      Pelayanan obstetri esensial

1.      Keluarga berencana
KB dapat menurunkan angka kematian ibu karena dapat merencanakan waktu yang tepat untuk hamil, mengatur jarak kehamilan, menentukan jumlah anak. Sehingga tidak ada kehamilan yang tidak diinginkan, “4 terlalu”, yaitu terlalu muda, terlalu tua, terlalu sering hamil, dan terlalu banyak anak.
2.      Pelayanan antenatal
Pelayanan antenatal memiliki tujuan untuk:
1.      Mencegah adanya komplikasi obstetri
2.      Mendeteksi komplikasi sedini mungkin
3.      Penanganan secara memadai dan profesional

3.      Persalinan yang bersih dan aman
Persalinan yang bersih dan aman memiliki tujuan memastikan setiap penolong kelahiran/persalinan mempunyai kemampuan, ketrampilan, dan alat untuk memberikan pertolongan yang bersih dan aman, serta memberikan pelayanan nifas pada ibu dan bayi
4.      Pelayanan obstetri esensial
Memastikan bahwa tempat pelayanan kesehatan dapat memberikan pelayanan obstetri untuk risiko tinggi dan komplikasi tersedia bagi ibu hamil yang membutuhkan.
Departemen Kesehatan pada tahun 2000 telah menyusun Rencana Strategis (Renstra) jangka panjang upaya penurunan angka kematian ibu dan kematian bayi baru lahir. Dalam Renstra ini difokuskan pada kegiatan yang dibangun atas dasar sistem kesehatan yang mantap untuk menjamin pelaksanaan intervensi dengan biaya yang efektif berdasarkan bukti ilmiah yang dikenal dengan sebutan "Making Pregnancy Safer (MPS)" melalui tiga pesan kunci.
Tiga pesan kunci MPS itu adalah
1.      Setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih,
2.      Setiap komplikasi obstetri dan neonatal mendapat pelayanan yang adekuat akses terhadap pencegahan kehamilan yang
3.      Setiap wanita usia subur mempunyai tidak diinginkan dan penanganan komplikasi keguguran.

Dari pelaksanaan MPS, target yang diharapkan dapat dicapai pada tahun 2010 adalah angka kematian ibu menjadi 125 per 100.000 kelahiran hidup dan angka kematian bayi baru lahir menjadi 15 per 1.000 kelahiran hidup. Dalam kerangka inilah Departemen Kesehatan bersama Program Maternal & Neonatal Health (MNH) sejak tahun 1999 mengembangkan berbagai pendekatan baru yang didasarkan pada praktek-praktek terbaik (best practices) yang diakui dunia untuk membantu memperbaiki kondisi kesehatan ibu melahirkan dan bayi baru lahir di beberapa daerah intervensi di Indonesia.

2.5     Tujuan Asuhan Kehamilan
Tujuan  utama ANC adalah menurunakn/mencegah kesakitan dan kematian maternal dan perinatal. Adapun tujuan khususnya adalah :
1.      Memonitor kemajuan kehamilan guna memastikan kesehatan ibu & perkembangan bayi yang normal.
2.      Mengenali secara dini penyimpangan dari normal dan memberikan penatalaksanaan yang diperlukan.
3.      Membina hubungan saling percaya antara ibu dan bidan dalam rangka mempersiapkan   ibu dan keluarga secara fisik, emosional, dan logis untuk menghadapi kelahiran serta kemungkinan adanya komplikasi.
4.      Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan fisik, mental, sosial, ibu dan bayi.
5.      Mempersiapkan persalinan yang cukup bulan, melahirkan dengan selamat ibu maupun bayinya dengan trauma seminimal mungkin.
6.      Mempersiapkan ibu agar nifas berjalan normal dan pemberian ASI ekslusif.


2.6     Refocusing Asuhan Kehamilan
Hasil survey kesehatan rumahtangga (SKRT) tahun 1995 menunjukkan angka kematian ibu sebesar 373 per 100.000 kelahiran hidup dengan penyebab utama adalah perdarahan, infeksi dan eklampsia. Sebenarnya bidan memiliki peran penting dalam mencegah dan atau menangani setiap kondisi yang mengancam jiwa ini melalui beberapa intervensi yang merupakan komponen penting dalam ANC seperti : mengukur tekanan darah, memeriksa kadar proteinuria, mendeteksi tanda-tanda awal perdarahan/infeksi,  maupun deteksi & penanganan awal terhadap anemia. Namun ternyata banyak komponen ANC yang rutin dilaksanakan tersebut  tidak efektif untuk menurunkan angka kematian maternal & perinatal.

Fokus lama ANC :
1.      Mengumpulkan data dalam upaya mengidentifikasi ibu yang beresiko tinggi dan merujuknya untuk mendapatkan asuhan khusus.
2.      Temuan-temuan fisik (TB, BB, ukuran pelvik, edema kaki, posisi & presentasi janin di bawah usia 36 minggu dsb) yang memperkirakan kategori resiko ibu.
3.       Pengajaran /pendidikan kesehatan yang ditujukan  untuk mencegah resiko/komplikasi

Hasil-hasil penelitian yang dikaji oleh WHO (Maternal Neonatal Health) menunjukkan bahwa :
1.      Pendekatan resiko mempunyai bila prediksi yang buruk karena kita tidak bisa membedakan ibu yang akan mengalami komplikasi dan yang tidak. Hasil studi di Kasango (Zaire) membuktikan bahwa 71% ibu yang mengalami partus macet tidak terprediksi sebelumnya, dan 90% ibu yang diidentifikasi sebagai beresiko tinggi tidak pernah mengalami komplikasi.
2.      Banyak ibu yang digolongkan dalam kelompok resiko tinggi tidak pernah mengalami komplikasi, sementara mereka telah memakai sumber daya yang cukup mahal dan jarang didapat. Penelitian menunjukkan bahwa pemberian asuhan khusus pada ibu yang tergolong dalam kategori resiko tinggi terbukti tidak dapat mengurangi komplikasi yang terjadi (Enkin, 2000 : 22).
3.        Memberikan keamanan palsu sebab banyak ibu yang tergolong kelompok resiko rendah mengalami komplikasi tetapi tidak pernah diberitahu bagaimana cara mengetahui dan apa yang dapat dilakukannya.

Pelajaran yang dapat diambil dari pendekatan resiko : adalah bahwa setiap bumil beresiko mengalami komplikasi yang sangat tidak bisa diprediksi sehinggasetiap bumil  harus mempunyai akses asuhan kehamilan dan persalinan yang berkualitas. Karenanya, fokus ANC perlu diperbarui (refocused) agar asuhan kehamilan lebih efektif  dan dapat dijangkau oleh setiap wanita hamil.

Isi Refocusing ANC
Penolong yang terampil/terlatih harus selalu tersedia untuk :
1.      Membantu setiap bumil & keluarganya membuat perencanaan persalinan : petugas kesehatan yang terampil, tempat bersalin, keuangan, nutrisi yang baik selama hamil, perlengkapan esensial untuk ibu-bayi). Penolong persalinan yang terampil menjamin asuhan normal yang aman sehingga mencegah komplikasi yang mengancam jiwa serta dapat segera mengenali masalah dan merespon dengan tepat.
2.          Membantu setiap bumil & keluarganya mempersiapkan diri menghadapi komplikasi  (deteksi dini, menentukan orang yang akan membuat keputusan, dana kegawatdaruratan, komunikasi, transportasi, donor darah,) pada setiap kunjungan. Jika setiap bumil sudah mempersiapkan diri sebelum terjadi komplikasi maka waktu penyelamatan jiwa tidak akan banyak terbuang untuk membuat keputusan, mencari transportasi, biaya, donor darah, dsb.
3.       Melakukan skrining/penapisan kondisi-kondisi yang memerlukan persalinan RS (riwayat SC, IUFD, dsb). Ibu yang sudah tahu kalau ia mempunyai kondisi yang memerlukan kelahiran di RS akan berada di RS saat persalinan, sehingga kematian karena penundaan keputusan, keputusan yang kurang tepat, atau hambatan dalam hal jangkauan akan dapat dicegah.
4.         Mendeteksi & menangani komplikasi (preeklamsia, perdarahan pervaginam, anemia berat, penyakit menular seksual, tuberkulosis, malaria, dsb).
5.        Mendeteksi kehamilan ganda setelah usia kehamilan 28 minggu, dan letak/presentasi abnormal setelah 36 minggu. Ibu yang memerlukan kelahiran operatif akan sudah mempunyai jangkauan pada penolong yang terampil dan fasilitas kesehatan yang dibutuhkan.
6.         Memberikan imunisasi Tetanus Toxoid untuk mencegah kematian BBL karena tetanus.
7.         Memberikan suplementasi zat besi & asam folat. Umumnya anemia ringan yang terjadi pada bumil adalah anemia defisiensi zat besi & asam folat.

Untuk populasi tertentu:
1.      Profilaksis cacing tambang (penanganan presumtif) untuk menurunkan insidens anemia berat,
2.          Pencegahan / terapi preventif malaria untuk  menurunkan resiko terkena malaria di daerah endemic
3.       Suplementasi yodium
4.          Suplementasi vitamin A


2.7     Standard Asuhan Kehamilan
1.       Kebijakan Program
              Kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama kehamilan.
a.       Satu kali pada triwulan pertama
b.      Satu kali pada triwulan kedua
c.       Dua kali pada triwulan ketiga (Saifudin, 2002).
2.      Pelayanan kebidanan meliputi 24 standar yang dapat dikelompokkan sebagai berikut :
a.       Standar pelayanan umum (2 standar)
b.      Standar pelayanan antenatal (6 standar)
c.       Standar pertolongan persalinan (4 standar)
d.      Standar pelayanan nifas (3 standar)
e.       Standar penanganan kegawatdaruratan obstetri neonatal (9 standar)
Terdapat 6 standar dalam pelayanan antenatal sebagai berikut :
a.       Standar 1 : identifikasi ibu hamil
Bidan melakukan kujungan rumah, berinteraksi dengan masyarakat secara berkala untuk memberikan penyuluhan dan memotivasi ibu, suami, dan anggota keluarganya agar mendorong ibu untuk memeriksakan kehamilannya sejak dini dan secara teratur.
b.      Standar 2 : pemeriksaan dan pemantauan antenatal
Bidan memberikan sedikitnya 4 kali pelayanan antenatal. Pemeriksaan meliputi anamnesa serta pemantauan ibu dan janin secara seksama untuk menilai apakah perkembangan berlangsung normal. Bidan juga harus mengenal kehamilan resti/kelaianan, terutama anemia, kurang gizi, hipertensi, PMS, memberikan pelayanan imunisasi, nasehat serta penyuluhan kesehatan serta tugas terkait lain yang diberikan oleh puskesmas.
c.       Standar 3 : palpasi abdominal
Bidan melakukan pemeriksaan abdominal secara seksama dan melakukan palspasi untuk memperkirakan usia kehamilan dan bila usia kehamilan bertamabah, memeriksa posisi, bagian terendah janin dan masuknya kepala janin rongga panggul, mencari kelainan letak, melakukan rujukan tepat waktu.
d.      Standar 4 : pengelolaan anemia pada kehamilan
Bidan melakukan tindakan pencegahan, penemuan, penanganan dan atau rujukan semua kasus anemia pada kehamilan sesuai dengan ketentuan yang berlaku
e.       Standar 5 : pengelolaan dini hipertensi pada kehamilan
Bidan memnemukan secara dini setiap kenaikan tekanan darah pada kehamilan dan mengenali tanda-tanda serta gejala preeklamsi lainnya, lalu mengambil tindakan yang tepat dan merujuknya.
f.       Standar 6 : persuiapan persalianan
Bidan memberikan saran yang tepat kepada ibu hamil, suami serta keluarganya pada trimester ketiga untuk memastikan bahwa persiapan persalinan telah direncanakan dengan baik, bersih, aman, dan disamping persiapan transportasi dan biaya untuk merujuk menyenangkan, bila tiba-tiba terjadi keadaan gawat darurat. Biadan hendaknya melakukan kunjungan rumah untuk hal ini.

3.        Dalam pelayanan/asuhan kehamilan standar minimal yang harus dilaksanakan termasuk 7 T yaitu :

1. Timbang Berat Badan
Kekurangan atau kelebihan nutrisi dapat menyebabkan kelainanyang tidak diinginkan ibu hamil tersebut. Kekurangan makanan dapat menyebabkan anemia, abortus, partus prematurus, inersia uteri, dan sebagainya. Sedangkan makan secara berlebihan karena adanya salah persepsi bahwa ibu hamil makan untuk dua orang dapat pula mengakibatkan komplikasi antara lain preeklamsi, bayi terlalu besar, dan sebagainya. Kenaikan BB wanita hamil rata-rata 6,5-16 kg (anjuran kenaikan BB disesuaikan dengan Indeks Masa Tubuh).
Bila  BB naik lebih dari semestinya anjurkan untuk mengurangi karbohidrat, lemak, jangan dikurangi apalagi sayur mayor dan buah-buahan. Bila BB tetap saja atau menurun, semua makanan dianjurkan terutama mengandung protein dan besi.
2.  Ukur Tekanan Darah
Tekanan darah harus diperiksa secara tepat dan benar. Banyak factor yang mempengaruhi peningkatan tekanan darah.  Posisi ibu saat dilakukan pemeriksaan sebaiknya posisi tidur (setengah duduk/semi fowler), jangan mengukur tekanan darah langsung saat ibu datang tapi persilahkan ibu untuk istirahat  sebentar sebelum dilakukan pemeriksaan, karena aktivitas ibu akan menimbulkan kenaikan tekanan darah sehingga hasilnya menjadi tidak akurat.

3.  Ukur Tinggi Fundus Uteri (TFU)
TFU dapat digunakan untuk memantau pertumbuhan dan perkembangan janin. Mengukur TFU bisa menggunakan jari pada kehamilan <22 22="" dan="" kehamilan="" menggunakan="" minggu.="" minggu="" pada="" sentimeter="" span="">



4.  Pemberian imunisasi Tetanus Toxoid (TT) lengkap
Imunisasi TT yang diberikan pada ibu hamil sangat bermanfaat untuk mencegah terjadinya tetanus neonatorum.

5.  Pemberian Tablet Besi, minimum 90 tablet selama kehamilan
Dimulai dengan memberikan 1 tablet besi sehari sesegera mungkin setelah rasa mual hilang. Tiap tablet besi mengandung FeSO4 320 mg (zat besi 60mg) dan asam folat 500 mikogram. Minimal masing-masing 90 tablet besi. Tablet besi sebaiknya tidak diminum bersama teh atau kopi karena akan mengganggu penyerapan. Anjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang mengandung vitamin C bersamaan dengan mengkonsumsi tablet besi karena vitamin C dapat membantu penyerapan tablet besi sehingga tablet besi yang dikonsumsi dapat terserap sempurna oleh tubuh.

6.  Test terhadap Penyakit Menular Seksual
Wanita termasuk yang sedang hamil merupakan kelompok risiko tinggi terhadap PMS. PMS dapat menimbulkan morbiditas dan mortalitas terhadap ibu maupun janin yang dikandung. Pada asuhan kehamilan dilakukan anamnea kehamilan risiko terhadap PMS meliputi penapisan, konseling, dan terapi PMS.

7.  Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan
Dalam temu wicara untuk persiapan rujukan ini melibatkan ibu, suami, keluarga dan masyarakat.
BAB III
PENUTUP

3.1     Kesimpulan
Filosofi adalah pernyataan menganai keyakinan dan nilai atau value yang dimiliki yang berpengaruh terhadap prilaku seseorang atau kelompok. Kehamilan merupakan proses yang alamiah, pelayanan yang terpusat pada wanita serta keluarga untuk berpartisipasidan memperoleh pengetahuan atau pengalaman yang berhubungan dengan kehamilan, kehamilan dan kelahiran adalah suatu proses yang normal, alami dan sehat.

3.2         Saran
1.    Mahasiswa dapat menerapkan konsep dasar asuhan kehamilan.
2.    Mahasiswa mampu memahami konsep dasar asuhan kehamilan.




















DAFTAR PUSTAKA

Hani, Ummi. Jiari Kusbandyah Marjati. Rita Yulifah. 2011. Asuhan Kebidanan Pada
Kehamilan Fisiologis. JakartaSalemba Medika

Asrinah, dkk. 2010. Asuhan Kebidanan Masa Kehamilan. YogyakartaGraha Ilmu

Indrayani. 2011. Buku Ajar Asuhan Kehamilan. Jakarta: Trans Info Media

Tidak ada komentar: