Jiwaku
menasihatiku dan memintaku agar tidak merasa mulia kerana pujian agar tidak
disusahkan oleh ketakutan kerana cacian. Sampai hari ini aku berasa ragu akan
nilai pekerjaanku . Tapi sekarang aku
belajar, Bahwa pohon berbunga di musim bunga, dan berbuah di musim panas Dan
menggugurkan daun-daunnya di musim gugur untuk menjadi benar-benar telanjang di
musim dingin. Tanpa merasa mulia dan tanpa ketakutan atau tanpa rasa malu.
Jiwaku menasihatiku dan meyakinkanku Bahwa aku
tak lebih tinggi berbanding cebol ataupun tak lebih rendah berbanding raksasa.
Sebelumnya aku melihat manusia ada dua, Seorang yang lemah yang aku caci atau
kukasihani, Dan seorang yang kuat yang kuikuti, maupun yang kulawan dalam
pemberontakan. Tapi sekarang aku tahu bahwa aku bahkan dibentuk oleh tanah yang
sama darimana semua manusia diciptakan. Bahwa unsur-unsurku adalah unsur-unsur
mereka, dan pengembaraan mereka adalah juga milikku. Bila mereka melanggar aku
juga pelanggar, Dan bila mereka berbuat baik, maka aku juga bersama perbuatan
baik mereka. Bila mereka bangkit, aku juga bangkit bersama mereka. Bila mereka tinggal di belakang, aku juga
menemani mereka.
Jiwaku
menasihatiku dan memerintahku untuk melihat bahawa cahaya yang kubawa bukanlah
cahayaku, Bahwa laguku tidak diciptakan dalam diriku. Kerena meski aku berjalan
dengan cahaya, aku bukanlah cahaya, Dan meskipun aku bermain kecapi yang diikat
kemas oleh dawai-dawaiku,Aku bukanlah pemain kecapi.
Jiwaku
menasihatiku dan mengingatkanku untuk mengukur waktu dengan perkataan ini:
"Di sana ada hari semalam dan di sana ada hari esok. " Pada saat itu
aku menganggap masa lampau sebuah zaman yang lenyap dan akan dilupakan, Dan
masa depan kuanggap suatu masa yang tak bisa kucapai, Tapi kini aku terdidik
perkara ini : Bahwa dalam keseluruhan waktu masa kini yang singkat, serta semua
yang ada dalam waktu, Harus diraih sampai dapat.
Jiwaku
menasihatiku, saudaraku, dan menerangiku. Dan seringkali jiwamu menasihati dan
menerangimu. Karena engkau seperti diriku, dan tak ada beda di antara kita.
Kusimpan apa yang kukatakan dalam diriku ini dalam kata-kata yang kudengar
dalam heningku, Dan engkau jagalah apa yang ada di dalam dirimu, dan engkau
adalah penjaga yang sama baiknya seperti yang kukatakan ini. “LAGU OMBAK Pantai
yang perkasa adalah kekasihku, Dan aku adalah kekasihnya, Akhirnya kami
dipertautkan oleh cinta, Namun kemudian Bulan menjarakkan aku darinya. Kupergi
padanya dengan cepat Lalu berpisah dengan berat hati. Membisikkan selamat
tinggal berulang kali. Aku segera bergerak diam-diam Dari balik kebiruan
cakerawala Untuk mengayunkan sinar keperakan buihku Ke pangkuan keemasan pasirnya
Dan kami berpadu dalam adunan terindah. Aku lepaskan kehausannya Dan nafasku
memenuhi segenap relung hatinya Dia melembutkankan suaraku dan mereda gelora di
dada. Kala fajar tiba, kuucapkan prinsip cinta di telinganya, dan dia memelukku
penuh damba Di terik siang kunyanyikan dia lagu harapan Diiringi
kecupan-kecupan kasih sayang Gerakku pantas diwarnai kebimbangan Sedangkan dia
tetap sabar dan tenang. Dadanya yang bidang meneduhkan kegelisahan Kala air
pasang kami saling memeluk, Kala surut aku berlutut menjamah kakinya
Memanjatkan doa Seribu sayang, aku selalu berjaga sendiri Menyusut kekuatanku.
Tetapi aku pemuja cinta, Dan kebenaran cinta itu sendiri perkasa, Mungkin
kelelahan akan menimpaku, Namun tiada aku bakal binasa”.
21 Nov 2014
Selina Novela
Tidak ada komentar:
Posting Komentar